Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Sampah Pelepah Jadi Berkah

20 Oktober 2018   23:57 Diperbarui: 21 Oktober 2018   00:12 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat melihat batang pisang batu bergelimpangan , tak ada keinginan untuk memanfaatkannya selain jadi sekat sampah dedaunan. Biar kelak menghumus dan jadi kompos satu dua tahun kemudian. Bahan untuk isian media tanam. Itu yang terjadi selama bertahun-tahun. Sampah organik tersedia cukup banyak dari beragam pepohonan yang tumbuh di halaman rumah.

Entah dari mana datangnya, tiba-tiba muncul keinginan untuk membuka pelepah batang pisang batu yang baru ditebang. Satu demi satu lapis dikelupas. Hampir setengah hari waktu yang dibutuhkan untuk menguliti dua batang pisang (gedebog) yang berlembar-lembar itu. Pegal dan sedikit perih, tapi plong. Lalu lembaran-lembaran dijemur ditempat terbuka seminggu lamanya sampai layu dan bisa diikat satu ujungnya sebelum dipindahkan ke tempat teduh. 

Teringat cerita Kang Edie Juandi - Bonggol Jagung   yang saya anggap guru dan pakar kerajinan berbahan dasar limbah organik, lembaran-lembaran pelepah batang pisang yang sudah kering dipilah dan dirobek jadi lembaran berukuran lebih kecil. Pertama yang muncul di benak adalah membuat tali dari pilin-pilin pelepah itu. Hampir 100m panjangnya. 

Sementara belum ada gagasan mau diapakan tali itu, sisa potongan yang tidak dipakai, saya gunting jadi serpihan tak beraturan ukurannya . Kebetulan di sekitar tempat pengguntingan itu ada multipleks bekas. Tanpa sengaja saya menumpahkan air kelapa muda yang sedang diminum di atas papan itu karena kaget dengan kehadiran teman lama . 

Urusan limbah tadi jadi terbengkalai. Setelah ngobrol dan kangen-kangenan selesai, saya berniat membersihkan dan merapikan tempat menggunting pelepah kering. Subhanallah... tanpa sengaja, tumpahan air kelapa muda di papan dan jatuh di atas tumpukan limbah, telah menjadi satu lukisan. Sayang sekali ketika akan dipindahkan, serpihan yang menempel di papan rontok sedikit demi sedikit. Ada rasa kecewa memang, tapi jadi ide untuk membuat mozaik.

Mozaik pelepah batang pisang kering. Karya pertama. Dokpri
Mozaik pelepah batang pisang kering. Karya pertama. Dokpri
Setelah jadi karya pertama, berlanjut dengan eksperimen penggabungan antara gedebog dan sisa potongan multipleks. Ide yang muncul adalah obsesi para pemancing laut dalam, mendapatkan blue marlin. Jadilah lukisan obsesif di bawah ini.

img-20180615-150728-5bcb581d12ae943089400ea4.jpg
img-20180615-150728-5bcb581d12ae943089400ea4.jpg
Jika sedang mood, seperti dalam Obsesi Pemancing Laut Dalam, sebuah karya bisa diselesaikan kurang dari tiga hari. Sebaliknya saat membuat : Andaikan, hampir sebulan baru jadi.  Mungkin karena bercampur aduk antara antara emosi, memori dan obsesi. Ia pahlawan kemanusiaan sejati. Bukan hanya nyawa, mobil pribadinya juga jadi korban. Tapi harga diri sebagai Relawan PMI juga dipertaruhkan. Den Tutur adalah inspirasi untuk kami bergerak melawan arogansi orang-orang yang menyebut dirinya wakil rakyat.

Apapun sebutannya, satu kesadaran atas keberlangsungan hidup dan kehidupan telah hadir dalam suatu karya. Semua masih menggantung di dinding lusuh. Entah sampai kapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun