Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Manajer Namaku

16 Oktober 2018   01:30 Diperbarui: 16 Oktober 2018   01:33 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa arti sebuah nama? Begitu kurang lebihnya jika ada pertanyaan tentang nama "unik" dari pegiat seni, sastra dan entah siapa lagi. Pada konteks tertentu boleh jadi memang begitu. Jangan teruskan dengan pertanyaan sah atau tidaknya hal itu. Silakan saja, itu pilihan Anda. 

Nama bisa sekadarnya agar mudah diingat atau disapa. Bisa juga penuh makna. Berisi harapan atau doa. Saya memilih yang ini. 

Lahir sebagai anak keempat dari lima bersaudara. Dua perempuan di ujung depan dan belakang. Alias anak sulung dan bungsu dari ayah, Pak Djasmin (baca Jasmin atau melati ) dan Ibu Atiatoen (yang pasti: perempuan, guru, tegas , galak dan sebagainya). 

Itu kata istri dan beberapa orang yang kenal kedua orang tuaku. Yang pasti wangi dan suci. Kombinasi yang membuat diriku selalu tersenyum mengenang mendiang kedua orang tuaku. Karena satu diantara banyak kewajiban anak adalah memuliakan orang tua.

Orangtuaku memberi nama Toto Karyanto yang artinya penata kerja atau sang manajer. Kata orang, saya realistik dengan tingkat kedewasaan nyaris sempurna. Tidak mau berdiam diri, apalagi mengasihani diri (ehemm.. benarkah begitu?? ). Tapi saya setuju kalau pengalaman (beban) hidup yang mendewasakan adalah faktor terpenting dalam proses kehidupan.

Jika kita ingin tahu diri bahwa perjalanan hidup ada awal yang bisa dipakai sebagai cermin. Menjadi diri sendiri memang perlu keberanian .  Itulah yang saya pilih dalam memakai nama tayang di laman apapun, termasuk di Kompasiana. Dengan begitu, setidaknya saya berniat tidak menipu diri (meski dimungkinkan). Risikonya, ditanggung penumpang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun