Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Kampanye Damai dan Kedaulatan Pemilih

13 Oktober 2018   05:56 Diperbarui: 13 Oktober 2018   21:15 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumbet ilustrasi: Bogor.Tribunnews.com

Bagi pemilih pemula yang umur minimal 17 tahun pada tanggal Pemungutan Suara (17 April 2019), Anda cukup membawa fotokopi KK agar dapat dibantu proses perekaman data di posko tersebut.

Demikian juga para purnawira TNI/ Polri. Atau yang telah tercatat dalam DPT (Daftar Pemilih Tetap) yang telah terpasang di posko tapi menjadi anggota TNI/ Polri sebelum hari H pemungutan suara, melaporlah. 

Kesadaran diri WNI atas hak pilihnya akan menentukan kualitas penyelenggaraan Pemilu. Karena itu, KPU menginisiasi #GMHP  ( Gerakan Melindungi Hak Pilih) dari tanggal 1 sampai 28 Oktober 2018 yang bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda ke 90.  Pemilihan masa berakhirnya gerakan itu menandakan bahwa KPU memberi perhatian khusus bagi pemilih pemula. 

Masa kampanye yang cukup panjang selama 203 hari  adalah kesempatan terbaik untuk menebar kebaikan ketimbang kebencian dan berita bohong (hoax) yang menghabiskan energi dengan hasil kesia-siaan. Banyak sudah contoh kesia-siaan  yang dialami negeri kita karena membiarkan kebohongan. 

Pemilih cerdas melindungi hak nya dengan cara yang cerdas pula. Rekam jejak dan catatan prestasi kandidat memang hal yang sangat penting. Tapi keputusan tetap ada di tangan Pemilih berdaulat yang tidak pernah bersedia dihargai dengan nilai uang atau sejenisnya. Menghitunglah dengan cermat nilai yang setara dengan masa depan Anda dan keberlangsungan bangsa ini. 

Bagi pemilih pemula yang akan jadi sasaran kampanye para kandidat, Anda akan menghadapi  fase krusial bonus demografi di antara dua peristiwa penting yakni peringatan 100 tahun Sumpah Pemuda (2028) dan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia (2045). Apakah kita akan melewati masa "rawan" yang penuh peluang. Atau membiarkan peluang itu tanpa dipersiapkan sejak sekarang?

Ada pepatah bijak manusia jadul yang sangat relevan sebagai bahan introspeksi agar dapat menjadi energi kehidupan. Yaitu: wong urip iku kudu sakmadya. Aja kagetan, gumunan utawa dumeh.  Yang terjemahan bebasnya: jadilah manusia bijak yang tidak mudah terpesona oleh hal-hal yang menyilaukan (kagetan) dan mengundang decak kagum sesaat (gumunan) atau jangan suka pamer (dumeh).

Jika pepatah ini kita jadikan pegangan, segala macam berita bohong atau yang meledak-ledak (hit, viral dan sebagainya) tidak akan memancing emosi berlebih. Biasa saja, karena kesadaran akan kehidupan mengalahkan segala hal yang merusaknya.

Ingat selalu bahwa masa depan negeri ini di tangan para pemuda-pemudinya. Generasi  milenial yang mampu mempertahankan hak pilih berdasarkan pengetahuan dan kesadaran hidupnya.  

Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun