Selalu saja ada manusia berwatak penjajah atau meniru watak penjajah yang ketika diberi amanat selalu membiarkan berlalu tanpa makna. Tak ada perasaan bersalah, apalagi malu kepada para syuhada yang menyabung nyawa untuk kemerdekaan bangsanya. Manusia itu, sering saya sebut sebagai inlander, sebenarnya telah kehilangan nurani meski sangat mungkin masih punya akal.
Dunia bisnis, khususnya wirausaha sosial, sebenarnya merupakan perwujudan amanat konstitusi. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kewirausahaan sosial yang intinya merupakan kegiatan wirausaha dengan orientasi untuk menjawab masalah sosial mendasar di lingkungannya adalah jalan terbaik dalam mengupayakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Satu ciri utama pelaku wirausaha adalah semangat juang yang pantang menyerah. Tak akan mundur sebelum pertempuran usai. Pertempuran itu akan berujung pada eksistensi, jati diri. Apakah dia pejuang sejati atau sekadar coba-coba untuk menghindari dari sebutan “pengangguran”.
Kewirausahaan adalah proses pengkondisian diri yang hanya bisa dilalui oleh orang-orang berjiwa ksatria dan merdeka. Karena itu, pelaku wirausaha sosial tak cocok bagi para pengekor. Dia harus seorang pemimpin dan inovator. Cara ini telah dibuktikan oleh Ibu Irma Suryati bagi kaumnya para penyandang cacat fisik (kaum difabel), penyandang masalah sosial dan mantan buruh migran.
Setelah berupaya lebih dari satu dasawarsa, Kabupaten Kebumen tak lagi mampu mengimbangi langkahnya. Menurut penuturan penyandang SCTV Award 2012 dan 2013 ini, faktor utamanya adalah iklim yang tak lagi kondusif. Kondisinya telah mencapai titik jenuh. Kondisi kemiskinan di kabupaten termiskin ke 3 di Provinisi Jawa Tengah (BPS, 2010) tak banyak berubah posisinya. Prosentase penduduk miskin dalam 5 tahun terakhir masih di atas 20 % (2008 – 2012). Bahkan di tahun kedua kepemimpinan Bupati H. Buyar Winarso, SE (2011) sempat mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 22,70 % (2010) menjadi 24,06 (2011) dan turun lagi menjadi 22,40 (Juli, 2012).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H