Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Money

Irma Suryati, Perempuan Difabel Dengan Beragam Prestasi

2 Agustus 2014   11:17 Diperbarui: 10 Oktober 2018   01:32 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil karya Mutiara Handicraft yang disukai konsumen manca negara. Dokpri

Selalu saja ada manusia berwatak penjajah atau meniru watak penjajah yang ketika diberi amanat selalu membiarkan berlalu tanpa makna. Tak ada perasaan bersalah, apalagi malu kepada para syuhada yang menyabung nyawa untuk kemerdekaan bangsanya. Manusia itu, sering saya sebut sebagai inlander, sebenarnya telah kehilangan nurani meski sangat mungkin masih punya akal.  

Dunia bisnis, khususnya wirausaha sosial, sebenarnya merupakan perwujudan amanat konstitusi. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kewirausahaan sosial yang intinya merupakan kegiatan wirausaha dengan orientasi untuk menjawab masalah sosial mendasar di lingkungannya adalah jalan terbaik dalam mengupayakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Satu ciri utama pelaku wirausaha adalah semangat juang yang pantang menyerah. Tak akan mundur sebelum pertempuran usai. Pertempuran itu akan berujung pada eksistensi, jati diri. Apakah dia pejuang sejati atau sekadar coba-coba untuk menghindari dari sebutan “pengangguran”. 

Kewirausahaan adalah proses pengkondisian diri yang hanya bisa dilalui oleh orang-orang berjiwa ksatria dan merdeka. Karena itu, pelaku wirausaha sosial tak cocok bagi para pengekor. Dia harus seorang pemimpin dan inovator. Cara ini telah dibuktikan oleh Ibu Irma Suryati bagi kaumnya para penyandang cacat fisik (kaum difabel), penyandang masalah sosial dan mantan buruh migran. 

Setelah berupaya lebih dari satu dasawarsa, Kabupaten Kebumen tak lagi mampu mengimbangi langkahnya. Menurut penuturan penyandang SCTV Award 2012 dan 2013 ini, faktor utamanya adalah iklim yang tak lagi kondusif. Kondisinya telah mencapai titik jenuh. Kondisi kemiskinan di kabupaten termiskin ke 3 di Provinisi Jawa Tengah (BPS, 2010) tak banyak berubah posisinya. Prosentase penduduk miskin dalam 5 tahun terakhir masih di atas 20 % (2008 – 2012). Bahkan di tahun kedua kepemimpinan Bupati H. Buyar Winarso, SE (2011) sempat mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 22,70 % (2010) menjadi 24,06 (2011) dan turun lagi menjadi 22,40 (Juli, 2012). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun