Mohon tunggu...
Toto Sukisno
Toto Sukisno Mohon Tunggu... Auditor - Berlatih Berbagi Sambil Tertatih, Menulis Agar Membaca, Membaca Untuk Memahami

http://bit.ly/3sM4fRx

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pah, Boleh "Keluar" Tapi "di Dalam"?

24 April 2020   13:10 Diperbarui: 24 April 2020   13:08 1881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: popbela.com

Tulisan ini merupakan sekelumit kisah di tengah pandemi covid-19 yang masih mewabah.

Pandemi Covid-19 ini telah menjungkirbalikkan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat dunia, tidak terkecuali  Indonesia tercinta. Sikap kekhawatiran dan kewasapadaan menjadi dua hal yang seakan sulit untuk dibedakan.

Rasa hormat antara anak dan orang tua yang terbiasa diwujudkan dengan silaturakhim tatap muka, bersalaman dan sebagainya menjadi musnah seketika akibat corona (covid-19).

Berjabat tangan dengan teman saat bertemu di jalan pun menjadi hilang yang sebelumnya menjadi kebiasaan baik guna menambah keakraban dan kehangatan iklim persaudaraan.

Kerumunan fisik yang biasanya banyak dijumpai baik di perkantoran, tempat parkir, jalan, lapangan dan tempat destinasi lainnya menjadi sepi dan berpindah ke tempat kerumunan dunia maya.

Dulu, sebelum pandemi Covid-19 ini, banyak orang membuat kesepakatan bertemu secara fisik yang dirembug lewat dunia maya, tapi sekarang banyak orang menghindari bahkan menolak untuk bertemu secara fisik.

Bagi seorang Ayah (kepala keluarga), beraktifitas di luar rumah sudah menjadi sebuah keharusan guna menjemput rezeki agar kebutuhan materi di lingkungan keluarga dapat terpenuhi. Meskipun sekarang sudah muncul beberapa profesi yang dapat dikerjakan dari rumah seperti web designer, animator, dan profesi lainnya yang bekerja di belakang layar komputer, tetapi bukan berarti profesi ini tidak membutuhkan aktifitas di luar rumah.

Seorang kawan yang memiliki profesi sampingan selain sebagai seorang pendidik menuntut dia harus keluar dari rumah guna menyelesaiakan pekerjaannya.

Pekerjaan seorang pendidik saat Covid-19 dapat terselesaikan dengan adanya pembelajaran daring, tapi untuk pekerjaan sampingannya ini beliau termasuk dalam kategori garda depan yang suatu saat harus ke lapangan guna melihat situasi dan kondisi secara langsung.

Suatu waktu, sang kawan selepas pulang mengunjungi pekerjaan di lapangan, tiba-tiba merasakan tenggorokannya tidak nyaman, suhu badan agak naik dan kondisi badan yang agak meriang. Rasa khawatir pun mulai menghinggapi perasaan kawan saya, meski belum berani menyampaikannya ke istri dengan pertimbangan khawatir akan menimbulkan kepanikan.

Selang beberapa jam, karena kondisi tak kunjung berubah kawan saya memberanikan diri menyampaikan ke sang istri. "Mah, temani aku ke rumah sakit ya", bisik kawan saya ke istrinya. Sang istri pun terkejut, "loh siapa yang sakit pah", kata sang istri penuh khawatir. "Papah tenggorokannya agak serak dan badan agak kurang enak", jelas kawan saya dengan suara lirih.

Tanpa bertanya lagi, sang istri pun mempersiapkan segala keperluan untuk segera berangkat mendampingi sang suami pergi ke rumah sakit.

Berangkatlah pasangan suami istri ini menuju rumah sakit untuk memeriksakan keluhan yang dirasakannya. Kekhawatiran pasangan suami istri ini sebenarnya sangat beralasan mengingat di lingkungannya sudah ada pasien positif covid-19 yang terpaksa dijemput oleh aparat dan petugas kesehatan.

Selain itu, kawan saya juga mengidap penyakit jantung yang selama ini juga diobati melalui rawat jalan sehingga kekhawatiran pasangan suami istri menjadi semakin membuncah.

Petugas kesehatan di rumah sakit pertama yang dikunjungi tidak berani memberikan obat sehingga kawan saya dan istrinya terpaksa mencari second opinion ke rumah sakit lain.

Alhamdulillah petugas kesehatan rumah sakit kedua yang dikunjungi memberikan obat dan memberikan diagnose yang sangat menenangkan (tentu setelah dilakukan rapid test) bahwa kawan saya negatif Covid-19.

Di tengah perjalanan pulang sang istri berbisik ke suaminya, "diingat-ingat, besok lagi papah boleh keluar tapi didalam saja". Suami yang duduk disamping sang istri terkejut, "beneran mah", kata suami. "Mamah sekarang bersedia punya dedek lagi", sambung suami dengan nada cengar-cengir.

Maklum, kawan saya ini sudah lama pengin punya anak lagi tapi istri sudah tidak bersedia.

Sang istri bingung, "Apaan sih pah, maksud mamah, papah boleh keluar tapi di dalam komplek perumahan saja",ketus sang istri.

"Oalah...", kata teman saya sambil garuk-garuk. Kirain...

Mudah-mudahan memberi manfaat. Wallohu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun