Mohon tunggu...
Sosbud

Menjadi relawan demi eksistensi..

7 November 2010   00:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:48 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam obrolan ringan dengan tetanggaku kang Parto, kami membahas tentang berbagai bencana yang sedang menimpa bumi pertiwi ini, termasuk yang paling hangat tentang Merapi.
Dari masalah mistisnya, sampai masalah publikasi bencananya. Ya, masalah publikasi ini sempat kami bahas dengan seru karena kami melihat sepertinya ada sisi dimana bencana ini menjadi semacam komoditi.
Coba kita lihat, bagaimana berbagai "bendera" bermunculan dibalik sumbangan yang mengalir, tidak lupa dengan gagahnya (mungkin lupa kalau sedang di lokasi bencana) mereka berbicara didepan media bahwa kelompok mereka yang paling peduli...
Kemudian ada sosok publik figur, yang datang juga ke lokasi bencana, katanya peduli, tetapi ketika mengunjungi pengungsi terlihat sekali kalau menjaga jarak (mungkin risih melihat orang susah).
Sayapun menimpali dengan cerita tentang teman kantor, yang ngotot menjadi relawan. Memang dia mempunyai latar belakang pendidikan psikologi, yang katanya lagi dibutuhkan untuk memberikan terapi psikologis para pengungsi. Tetapi mungkin dia tidak tahu kalau relawan perorangan begitu akan menjadi susah koordinasi dilapangan disana, dan ujung-ujung temen saya itu bilang, yang penting sudah ke sana, nanti kan bisa lihat secara langsung bencana, terus update ke FB dan Twitter. Nah lho...mau jadi relawan untuk bisa eksis!
Jadi kami mengakhiri obrolan kami dengan harapan semoga saudara-saudara kita dilokasi bencana bisa ditangani dengan baik, semoga orang-orang yang dengan sengaja memanfaatkan bencana untuk kepentingan pribadi maupun kelompoknya segera sadar, dan terutama untuk teman-teman relawan yang tanpa bendera dan publikasi memberikan bantuan saya doakan untuk tetap sehat dan selamat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun