Mohon tunggu...
Sugiyantoro
Sugiyantoro Mohon Tunggu... Relawan - News - Opini | SHOLATLAH, masuk SURGA nda bisa NYOGOK |

Humas - Media Kantor Pusat Lembaga Bantuan Hukum Perisai Kebenaran di Purwokerto.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seragam dan Tanggungjawab Moral

3 Februari 2022   20:26 Diperbarui: 3 Februari 2022   20:44 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diambil dari LBH Perisai Kebenaran Cabang Wonosobo dengan seragamnya. (Foto/Sugiyantoro).

MENGAWALI tulisan ringan nan sederhana ini, perkenankan sebagai bagian anak bangsa, penulis menyampaikan "Selamat HUT ke 41 SATPAM", Senin (31/1/2022).

Dari berbagai sumber pemberitaan diketahui bahwa ending transformasi seragam Satuan Pengamanan (Satpam) telah resmi berwana krem dan celana tetap berwarna cokelat tua.

Senada dengan topik pilihan yang diangkat blog papan atas Indonesia, karya anak bangsa, Kompasiana, "Kerja Pakai Seragam Itu Sebuah Kebanggaan".

Grand thema diatas menarik untuk diulik dari berbagai sudut pandang. Sebagaimana diketahui bersama fungsi pakaian pada dasarnya adalah menutup aurat. Dengan aurat tertutup, manusia bisa tampil lebih elegan dalam berbagai situasi dan kondisi.

Seiring perkembangan dinamika serta peradaban manusia, fungsi pakaian tak sekadar hanya sebatas itu. Pepatah adiluhung mengatakan "Ajining rogo soko busono". Kehormatan, kewibawaan dan identitas seseorang terletak pada pakaiannya.

Kita sebut itu sebagai seragam. Di Indonesia sendiri amat kaya akan keanekaragaman adat budaya yang berkaitan dengan identitas seragam. Belum lagi bila masuk ke ranah pekerjaan, profesi akan ditemui beragam seragam identitas.

Ada seragam birokrasi pemerintahan sipil, militer, badan usaha negera dan swasta, ormas kepemudaan, ormas keagamaan dan lain sebagainya. Kesemuanya menjadikan warna dan warninya Indonesia bak pelangi yang terlihat indah mempesona. 

Satu hal yang pasti, beragam seragam itu tak berhenti pada sebuah seragam an-sich (semata-mata hanya seragam). Tetapi ada pesan implisit dan makna filosofis yang ingin disampaikan kepada publik atas kehadiran sebuah seragam.

Maka kemudian seragam menemukan posisi dan perannya dalam spektrum kehidupan sosial, budaya pada sebuah bangsa-negara. Adapun makna seragam, menurut penulis adalah merujuk identitas, membangun jiwa korsa, menumbuhkan kesemangatan bahkan militansi dalam aktifitasnya.

Penulis sendiri bekerja sebagai staf pada kantor pusat Lembaga Bantuan Hukum Perisai Kebenaran yang ada di Jalan Mas Cilik No.34 Kranji, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Sesuai SOP lembaga terkait pemakaian seragam, Senin-Selasa seragam baju warna kuning bercorak hitam berlogo lembaga, celana panjang warna hitam. Rabu-Kamis seragam batik, celana panjang hitam, Jumat-Sabtu seragam putih, celana panjang hitam.

Sama sebagaimana pekerja, karyawan, staf di instansi, lembaga apapun. Ada rasa bangga tatkala memakai seragam identitas tempat bekerja lengkap dengan berbagai atributnya.

Terlebih saat turun ke bawah bertemu masyarakat langsung melalui program non litigasi penyuluhan hukum dan pemberdayaan masyarakat. Atau saat mewakili lembaga menghadiri acara dari berbagai stekholder.

Di Lembaga Bantuan Hukum Perisai Kebenaran, inti warna seragam sesuai ketentuan adalah warna gold (kuning emas), desain seragamnya berbeda-beda antara satu cabang dengan cabang ataupun korwil lainnya di seluruh Indonesia.

Pemakaian seragam pada berbagai lapangan pekerjaan, jelas menumbuhkan rasa kebanggan tersendiri bagi si pemakai. Menurut hemat penulis, agar pemakaian seragam itu sinkron dengan tindakan, ucapan dan tingkah laku, penting sekali memahami filosofi dari seragam tersebut.

Jauh diatas itu adalah menyiapkan pondasi bathin agar terhindar dari sikap riya' atau sombong. Sikap ini jelas merugikan pribadi dan institusi tempat bekerja terlebih bila itu menyangkut sektor pelayanan publik. 

Artinya sikap rendah hati harus tetap di kedepankan oleh si pemakai segaram tadi. Penulis berpendapat apalah artinya seragam beserta aksesoris artificial dunia lainnya kalau tak sinkron dengan akhlak, budi pekerti.

Sebab seragam kerja hanyalah aksesoris dunia semata. Seragam terindah manusia dengan beragam profesinya adalah sikap mental amanah, budi pekerti, tingkah laku luhur serta keteladanan.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun