Nah, kalau dalam perspektif Islam, ibadah utama setelah ibadah maghdhoh (ibadah vertikal kepada Allah Ta'ala) adalah idzholas surur 'alannass yaitu memasukkan, memberikan kesenangan, menghibur sesama manusia.
Pelawak, komedian menjalankan peran ini, memasukkan, memberikan kebahagiaan dan kegembiraan kepada sesamanya lewat pertunjukkan lawakkan, komediannya. Orang, penonton atau audiance yang melihatnya menjadi tertawa, senang dan bahagia dibuatnya.
Epilog.
Dikisahkan, suatu hari Rasulullah, Saw mengatakan bahwa di surga nanti tidak ada orang-orang tua renta. Mendengar hal ini para orang tua, kakek dan nenek, menangis di hadapan Rasulullah, Saw.
Lalu Rasulullah, Saw melanjutkan sabdanya bahwa di surga nanti tidak ada orang tua, kakek, nenek karena saat di surga semua menjadi muda kembali.Â
Seketika semua menjadi ketawa bahagia dan senang mendengar kabar dari manusia termulia pilihan Allah Ta'ala tersebut.
Dari sini diketahui bahwa Rasulullah, Saw juga mempunyai selera humor. Humor yang bisa bikin menangis lalu ketawa dan membuat manusia menjadi taat pada ajaran agamanya.
Perkembangan dunia lawak, komedian tanah air sudah cukup bagus. Bagi yang mampu menembus papan atas, dunia lawak, komedian adalah profesi yang cukup menjanjikan kesejahteran.
Mungkin yang perlu diperbaiki adalah pesan, konten dan tema agar bagaimana pesan-pesan agama masuk di dalamnya.
Sehingga media lawak, komedian bisa juga menjadi bagian dari dakwah Islam rahmatal lilalamiin juga pemersatu bangsa dan negara.
Akhirnya mari dan tertawalah sebelum tertawa itu dilarang. Habis tontonan, hiburan ada kuburan.