Mohon tunggu...
Sugiyantoro
Sugiyantoro Mohon Tunggu... Relawan - News - Opini | SHOLATLAH, masuk SURGA nda bisa NYOGOK |

Humas - Media Kantor Pusat Lembaga Bantuan Hukum Perisai Kebenaran di Purwokerto.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyoal Pesugihan Tumbalkan Anak

26 September 2021   14:56 Diperbarui: 26 September 2021   15:02 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bertawakallah kepada Allah Ta'ala dan bersahajalah dalam mencari rizki".

                                ****

BELAKANGAN ini marak terjadi peristiwa dan pemberitaan soal pesugihan. Pesugihan yang dilakukan orang tua dengan menumbalkan anak-anaknya.

Tentunya, fenomena ini mengundang banyak keprihatinan semua pihak. Dan, tulisan ringan ini adalah satu diantara sekian banyak bentuk keprihatinan yang ditunjukkan olah publik.

Soal Pesugihan.

Sugih artinya kaya raya. Pesugihan bermakna keinginan menjadi kaya raya dengan cara instan. Sesuatu yang instan pastinya diluar akal sehat dan menyelisihi kewajaran manusia. 

Praktek pesugihan merupakan satu hal yang diluar akal sehat manusia. Konon, ceritanya ini sudah ada dari dahulu kala dan prakteknya terus berlangsung selama masih ada orang yang mempercayainya.

Bisa dibilang usia pesugihan samalah dengan usia jaman atau dunia ini. Pesugihan juga selalu berkaitan dengan hal-hal ghoib dan klenik, tentunya.

Soal Rizki.

Dalam pandangan Islam, soal rizki adalah soal yang sudah digariskan jauh sebelum manusia dilahirkan.

Termasuk juga soal matinya, derajatnya, nasib baik dan buruknya. Memandang rizki juga tidak semata-mata soal harta benda, tetapi kesehatan, kecerdasan itu juga termasuk rizki.

Kesehatan justru rizki yang amat besar sebab tanpa kesehatan semua kenikmatan tak berarti. Rizki (utamanya, ekonomi) memang salah satu lalu lintas peradaban manusia.

Artinya, pergerakan dunia dengan berbagai lintasan peradaban dan sejarahnya tak bisa dilepaskan dari motiv ekonomi.

Makanya, manusia itu bila menemukan satu lubang berisi emas, pasti akan berkeinginan dan akan terus mencari lubang-lubang lainnya. Harapannya dapat kembali menemukan emas.

Pandangan Islam.

Semua para Nabi dan Rasul utusan Allah Ta'ala adalah manusia pilihan yang berdiri kokoh diatas landasan akidah, tawakal dan ihtiar.

Hal mana juga dilakukan olah Rasulullah, Saw dan para Sahabatnya. Merekalah manusia-manusia yang memegang teguh dan membuat garis lurus antara tawakal dan ihtiar.

Suatu hari Rasulullah, Saw didatangi oleh salah seorang Sahabat. Ia minta agar Rasulullah, Saw berdoa kepada Allah Ta'ala supaya kemiskinannya dihilangkan.

Rasulullah, Saw, pun lantas berdoa kepada Allah Ta'ala agar si fulan bin fulan itu dijadikan orang kaya, dihilangkan kesusahan dan kesempitan ekonominya.

Apa yang terjadi ? Rasulullah, Saw, tak hanya mendoakan tapi Sahabat tersebut diberinya juga seekor kambing.

Disinilah Rasulullah, Saw, ingin menegaskan bahwa perlu adanya ihtiar baik batin dan dhohir. Setelah itu baru bertawakal, berserah diri kepada garis takdir yang telah ditetapkan oleh Allah Ta'ala.

Allah Ta'ala tak menjanjikan bahwa hidup ini mudah, tapi Allah Ta'ala menjanjikan solusi atas semua persoalan, problem kehidupan yang dihadapi manusia.

Solusi Rizki.

Allah Ta'ala adalah pencipta alam raya beserta seisinya, termasuk manusia. Sekali-kali Allah Ta'ala tidak akan membiarkan mahkluknya berjalan sendiri menyusuri lorong-lorong kegelapan dunia.

Bagi seorang muslim harus meyakini semua kondisi (kaya atapun miskin) adalah terbaik. Allah Ta'ala tahu bagaimana sikap kita kalau jadi kaya raya, pun kalau dikasih kemiskinan, kesempitan, kesusahan ekonomi.

Sesuatu yang ada dalam genggaman Allah Ta'ala hanya bisa dicapai dengan mentaatinya. Allah Ta'ala sediakan jalan lebar, luas bagi hambanya untuk merubah kesusahan, kesempitan ekonomi atau kemiskinan dan problem kehidupan lainnya.

Beriman dan bertakwa dengan sungguh-sungguh dan benar, itu bisa meluaskan rizki. Berbuat baik kepada orang tua, para guru, tetangga dan kepada semua manusia, itu bisa meluaskan rizki.

Bersedekah dalam sempit maupun lapang, itu bisa meluaskan rizki. Bersilaturahmi kepada sesamanya bisa meluaskan rizki.

Salat wajib lima waktu tepat pada waktunya, syukur utama berjamaah di masjid ataupun musola, syukur dengan berdzikir, ini bisa meluaskan, melancarkan, memberkahkan rizki.

Pendek kata, semua bentuk ibadah, ketaatan kepada Allah Ta'ala dan perbuatan baik pada sesamanya adalah jalan meluaskan rizki. Sehingga, tidak ada hal yang perlu dikuatirkan bagi seorang muslim termasuk dalam hal rizki.

Kalau rizki dirasa sempit, usaha dirasa mampet, baiknya tengoklah salat kita, ibadah dan ketaatan kita kepada Allah Ta'ala juga bagaimana kita memperlakukan sesamanya.

Penutup.

Sekali lagi soal pesugihan adalah hal yang tidak bisa dibenarkan dalam segala bentuknya.

Kalau ingin merubah nasib haruslah ihtiar bathin dengan mentaati Allah Ta'ala dan RasulNYA juga dhohir dengan bekerja semaksimal mungkin. 

Anak-anak kita adalah generasi penerus bagi keluarga, agama, nusa dan bangsa.

Sehingga tak pantas, tak layak mereka anak-anak di korbankan dengan dalih dan untuk kepentingan materi apapun.

Semoga bermanfaat.

----------------

(*). Penulis.

Sugiyantoro,S.Ag.

(Kepala Bagian Pengelolaan Media Sosial pada Kantor Pusat Lembaga Bantuan Hukum Perisai Kebenaran).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun