"Tolong menolong antar sesama tak melihat kasta adalah kewajiban sesama sebagai bentuk pengabdian pada Tuhan dan kemanusian".
INI kisah nyata dari penulis.
Pada sebuah pagi di suatu hari yang cerah, seperti biasa saya berangkat ketempat kerja di Kantor Pusat Lembaga Bantuan Hukum Perisai Kebenaran (LBH-PK), Kranji, Purwokerto.
Sesampainya di jalan raya Sokaraja, sepeda motor yang saya kendarai habis bensinya. Saya memang lalai tak mengontrol bensin selain karena jarum pengontrol bensin tak berfungsi alias mati.
Jarak ke pom bensin cukup lumayan jauh jadi motor yang selalu setia menemani saya untuk bekerja, saya dorong dan tuntun sendiri.
Dalam benak saya berkata sendiri; "Ko orang di jalan sebanyak ini nda ada yang turun menolong saya yah...?".
Tapi saya memaklumi semuanya lagi berburu mengejar waktu untuk ketempat kerja masing-masing. Semuanya lagi berdisiplin waktu ketempat kerjanya.
Setelah cukup lama saya menuntun sepeda motor, tak lama kemudian seseorang menyapa;
"Pak, bensin habis yah..? Â Monggo (Mari) saya bantu dorong ke pom bensin,"Â katanya dengan riang gembira. Saya pun menyambut baik niatan si penolong tersebut.
Usai berbincang sebentar lalu saya menaiki motor dan lantas kaki kiri si penolong tadi itu di tempelkan ke knalpot. Akhirnya motor tanpa bensin melaju mulus di jalanan Sokaraja sampai ke pom bensin.
Di pom bensin berhenti sebentar sebelum mengisi bensin. Beberapa pertanyaan saya ajukan ke si penolong tadi. Saya tanyakan;
"Mas orang mana? Kerja dimana?".
Si penolong menjawab;
"Kulo tiang mriki mawon (Saya orang sini saja, maksudnya Sokaraja) kerja nguli (kuli) pembuat rumah burung dari bambu".
Kemudian saya mengucapkan terima kasih dan si penolong itu pun pergi melanjutkan perjalanan ketempat kerjanya.
Hikmahnya.....
Saya sempat berfikir keras akan pertolongan si penolong itu. Dia memakai celana pendek, kaos pendek dan bertopi sebagaimana tampang pekerja, tampang rakyat kecil pada umumnya. Motornya kondisinya begitu sudah tua tak terurus banyak onderdilnya yang aus.
Ajaibnya adalah hatinya begitu mulia dengan memberikan pertolongan pada saya.
Dititik inilah kita diberi sebuah pelajaran untuk tidak dan jangan pernah menyepelekan sesama.
Belum tentu mereka yang secara ekonomi dan penampilanya dibawah kita itu lebih baik dari kita.
Ternyata banyak orang mulia, terhormat ditengah kekurangan-kekurangan yang mereka miliki.
 Tampang parlente, necis, rapi dan "wah" tidak menjadi jaminan adanya kebaikan-kebaikan dalam diri mereka.
Teringat pesan NabiSAW bahwa kita semua mendapatkan pertolongan dan rizki dari AllahSWT sebab doa-doa, kebaikan-kebaikan dari rakyat kecil, kaum dhuafa yang lemah dan miskin.
Sesampainya ditempat kerja saya sujud syukur atas pertolongan orang itu pun berdoa baik di ruang sholat kantor LBH-PK juga di rumah dan di masjid agar si fulan dimudahkan rizkinya, dilapangkan rizkinya, dinaikan derajatnya oleh AllahSWT.
Inilah sepenggal kisah penuh hikmah yang membuat saya secara pribadi tersadar akan Kuasa AllahSWT dan pentingnya kita "Memanusiakan Manusia"Â artinya tidak memandang remeh, hina sesamanya hanya dari ukuran tampilan, kedudukan dan harta semata.
Kebaikan, kemuliaan, kehormatan manusia hanya AllahSWT yang tahu.
Semoga bermanfaat.....
------------------
(*). Penulis.
Sugiyantoro,S.Ag.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H