Mohon tunggu...
toriq
toriq Mohon Tunggu... Wiraswasta - wirausahawan

Otomotif, Perfeksionis, Social

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyulam Cahaya dari Bayangan Kehidupan Amrizal Salayan

8 Desember 2024   20:35 Diperbarui: 8 Desember 2024   21:18 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Amrizal Salayan adalah seorang seniman terkemuka yang dikenal karena karya seni rupa dan filosofi hidupnya yang mendalam. Lahir pada 8 Oktober 1958 di sebuah desa di Sumatera Barat. Amrizal Salayan adalah figur yang menginspirasi di dunia seni rupa Indonesia. Namun, perjalanan hidupnya menuju dunia seni tidaklah dimulai dengan impian besar atau rencana matang. Sebaliknya, ia tumbuh di tengah kondisi yang penuh tantangan, di mana pendidikan merupakan kemewahan dan kebutuhan dasar sering kali menjadi perjuangan. Masa kecil dan remajanya diwarnai dengan keterbatasan finansial dan akses, tetapi inilah yang membentuk karakter tangguh Amrizal serta membangkitkan kreativitas yang menjadi ciri khas karyanya. Perjalanan hidupnya adalah sebuah kisah tentang ketekunan, dedikasi, dan perjuangan melawan keterbatasan ekonomi. Dengan pandangan hidup yang kuat dan semangat untuk belajar, Amrizal berhasil mengukir namanya di dunia seni rupa, meskipun tantangan hidup tak pernah surut.

Namun, di tengah keterbatasan tersebut, bakat seni Amrizal mulai terlihat sejak ia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Guru-gurunya menyadari bahwa ia memiliki bakat istimewa dalam melukis. Saat itu, ia mulai menunjukkan minat dalam seni melukis, meskipun tidak pernah membayangkan bahwa seni akan menjadi jalan hidupnya. Guru-guru di sekolahnya memegang peran penting dalam mengidentifikasi dan mengembangkan potensi seni yang ada dalam dirinya. Mereka melihat kemampuan Amrizal yang luar biasa dalam melukis dan menggambar, yang membuat mereka memberikan berbagai tugas dan dorongan agar ia terus berkarya.

Selain bakat seni, Amrizal juga dikenal sebagai siswa yang cerdas dan rajin. Guru-gurunya sering memuji catatan miliknya yang rapi, lengkap, dan mudah dipahami. Hal ini membuatnya sering diminta untuk menggantikan guru mengajar ketika ada guru yang berhalangan hadir. Pada masa itu, menjadi seorang siswa yang diberi tanggung jawab untuk mengajar adik-adik kelas adalah

suatu hal yang langka dan menunjukkan tingginya tingkat kepercayaan guru terhadapnya. Peran ini juga memberikan Amrizal kesempatan untuk mengembangkan kemampuan komunikasinya, yang kelak menjadi aset berharga dalam kariernya sebagai seorang pendidik.

Setelah menyelesaikan pendidikan di tingkat SMP, Amrizal diarahkan oleh para gurunya untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) seni di Padang. Amrizal pun memilih jurusan seni rupa. Pada masa itu, pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi bukanlah hal yang mudah, terutama karena keterbatasan finansial yang dialami oleh keluarganya. Keputusan ini didasarkan pada keyakinan bahwa seni adalah jalur yang tepat baginya untuk mengembangkan bakat dan mencapai potensi penuh.

Pada masa itu, sekolah kejuruan memiliki kurikulum unik, pendidikan berlangsung selama empat tahun, yang mencakup tiga tahun pembelajaran akademik dan satu tahun pengabdian kepada masyarakat. Tahun pengabdian ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan ilmu yang telah mereka pelajari di sekolah, baik melalui mengajar di komunitas atau bekerja sesuai bidang keahlian mereka. Selama di SMK, Amrizal terus menunjukkan perkembangan yang luar biasa dalam seni. Guru-gurunya kembali memainkan peran penting dalam mendorongnya untuk mengikuti berbagai lomba melukis dan pameran seni.

Salah satu pengalaman yang membekas adalah ketika ia diminta untuk melukis oleh gurunya. Guru tersebut memberikan selembar kanvas tanpa bingkai dan meminta Amrizal untuk membuat sebuah lukisan. Namun, tantangan muncul karena ia harus membuat bingkai kanvas itu sendiri. Dengan semangat dan kreativitas yang luar biasa, Amrizal mendatangi sebuah bengkel kayu untuk mencari sisa-sisa bahan. Ia menggunakan kayu-kayu bekas untuk membuat bingkai tersebut dengan tangannya sendiri. Pengalaman ini tidak hanya mengajarkannya tentang seni melukis, tetapi juga tentang pentingnya kerja keras, kreativitas, dan ketekunan dalam menghadapi keterbatasan. Tidak berhenti di situ, ia juga harus menghemat untuk membeli cat yang pada masa itu harganya sangat mahal. Namun, kegigihannya tidak sia-sia;keajaiban terjadi ketika seorang guru lain memberikan cat lukis kepada Amrizal, sehingga ia dapat menyelesaikan tugas tersebut. "Kalau sudah ada barang dan alatnya, masa tidak dikerjakan?" ujar Amrizal, memberikan dorongan semangat kepada dirinya sendiri.

Di masa itu, Amrizal juga dikenal sebagai siswa yang mandiri dan penuh inisiatif. Selain belajar, ia juga bekerja sambilan untuk mendukung kebutuhan pendidikannya. Hal ini menunjukkan bagaimana ia mampu menyeimbangkan tanggung jawab akademik dengan kebutuhan finansial, sambil tetap menghasilkan karya-karya seni yang luar biasa. Salah satu karyanya bahkan dikirim oleh gurunya ke tingkat nasional dan mendapatkan penghargaan dari Presiden Soeharto sebagai bagian dari penghargaan untuk kota Padang, yang dinobatkan sebagai kota paling bersih pada waktu itu. Pengalaman ini memberikan motivasi besar bagi Amrizal untuk terus berkarya dan mengejar mimpinya di dunia seni.

Pendidikan di SMK memberikan dasar yang kuat bagi Amrizal untuk melanjutkan perjalanan seninya ke jenjang yang lebih tinggi. Setelah lulus dari SMK, Amrizal melanjutkan pendidikannya di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Padang, yang sekarang dikenal sebagai Universitas Negeri Padang (UNP). Awalnya, ia hanya berniat mengambil program diploma (D2/D3) yang disubsidi pemerintah. Namun, hasil tes seleksi menunjukkan bahwa nilai Amrizal termasuk dalam peringkat tertinggi, sehingga ia diterima di program S1.

Meskipun bangga dengan pencapaiannya, ia merasa terbebani oleh biaya kuliah yang lebih tinggi. Dengan penuh keraguan, ia memulai pendidikan S1-nya, meskipun awalnya berniat berhenti setelah satu semester. Namun, dukungan terus datang dari dosen-dosennya yang mengakui bakatnya. Salah satu momen yang paling membanggakan adalah ketika ia memenangkan lomba melukis tingkat umum, mengalahkan peserta yang terdiri dari mahasiswa, guru, bahkan dosen- dosen seni rupa. Penghargaan ini, yang diwakili oleh dosennya, menjadi pengakuan atas keahliannya di dunia seni rupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun