Perkembangan tingkah laku bermain.
Pada saat menginjak usia sekolah bermain sosio-dramatis menurun secara drastis. Sedangkan bermain yang disertai peraturan, menunjukkan anak mencapai tahapan konkret operasional. Bermain pura-pura telah mulai jarang dilakukan anak, padaa masa ini lebih banyak dilakukan bermain sandiwara dengan cara memainkan berbagai peran. Pada tahapan tersebut dapat ditemui anak-anak mulai banyak melakukan kegiatan bermain kompetisi yang mengggunakan keterampilan bahasa dan kecerdasan.
Peran guru dalam bermain
Peran guru dalam kegiatan bermain dalam tatanan sekolah atau kelas sangat penting. Guru harus berperan sebagai pengamat, melakukan elaborasi, sebagai model, melakukan evaluasi dan melakukan perencanaan (Bjorland, 1978). Dalam tugasnya sebagai pengamat, guru harus melakukan observasi bagaimana interaksi antaranak maupun interaksi anak denagn benda-benda di sekitarnya. Para guru harus mengamati lama anak melakukan suatu melakukan suatu kegiatan, mengamati anak-anak yang mengalami kesulitan dalam bermain dan bergaul dengan teman sebayanya.
Bermain dalam tatanan sekolah
Dalam beberapa hal bermain di sekolah berbeda dari bermain di rumah. Biasanya di sekolah memiliki kesempatan bermain dalam kelompok yang lebih besar bila dibandingkan kelompok bermain di rumah. Materi permainannya jauh berbeda. Umumnya anak-anak tidak memiliki balok-balok dalam jumlah yang besar seperti yang tersedia di sekolah. Macam alat permainan yang ada di rumah juga berbeda dengan yang ada di sekolah, sementara itu anak-anak harus belajar berbagai lat permainan denagn teman. Anak perlu belajar menyesuaikan diri dalam kelompok teman disekolah. Dalam melakukan kegiatan disekolah, anak seringkali mengalami gangguan berbagai gangguan dari teman-teman mereka. Anak perlu belajar mengatasi gangguan dari teman tersebut. Para guru juga lebih sering berusaha melakukan oerencanaan bagi kegiatan belajar anak dibandinkan orang tua mereka pada umumnya. Misalnya guru lebih sering mengamati cara murid bermain, guru menyediakan alat untuk melukis, karena guru selalu membantu tercapainya tujuan bermain. Guru mencari buku yang dapat digunakan oleh anak, agar anak mendapatkan keterangan tentang sesuatu hal yang belum diketahuinya.
Manfaat bermain disekolah
Bermain disekolah dapat membantu perkembangan anak apabila guru cukup memberikan waktu, ruang, materi dan kegiatan bermain bagi murid-muridnya. Anak-anak membutuhkan waktu tertentu agar dapat mengembangkan keterampilan dalam memainkan sesuatu alat permainan. Anak yang lebih matang akan mampu melakukan kegiatan bermain dalam waktu yang lebih panjang dibandingkan anak yang masih muda usia yang hanya mampu bermain dalam jangka waktu yang lebih pendek. Tersedianya ruang dan materi mainan merupakan prasyarat terjadinya kegiatan bermain yang produktif. Bahn-bahan seperti pasir, air, balok dan menggambar dengan cat air membutuhkan ruang yang cukup luas. Mungkin guru harus menyediakan ruang yang cukup lias untuk berbagai kegiatan yang akan dilakukan sepanjang hari.
Perbedaan gender dalam bermain
Dari berbagai penelitian dijumpai bahwa anak laki-lakinlenbih banyak bermain secara kasar, lebih aktif dibandingkan cara bermain pada anak perempuan. Anak lelaki juga lebih menyukai bermain yang bersifat petualangan yang disertai adanya unsur pahlawan. Sedangakn anak perempuan biasanya lebih banyak bermain yang sifatnya konstruktif dan “bermain meja” , mereka menunjukkan minatnya terhadap alat permainan yang lebih bervariasi demikian pula dalam kegiatan bermainnya. Anak perempuan lebih suka bermain dalam kelompok kecil serta lebih sering mempunyai teman khayalan daripada anak laki-laki. Bila anak laki-laki maupun anak perempuan cenderung memilih teman yang sejenis. Sebagai seorang guru disarankan untuk tidak membedakan kegiatan bermain dan saran antara anak laki-laki dan perempuan. Dengan demikian masing –masing anak akan mendapat peluang yang luas baik dalam mengembangkan kegiatan bermain maupun keterampilannya.
Pengembangan aktivitas bermain