Mohon tunggu...
Torang Siagian
Torang Siagian Mohon Tunggu... -

Seorang karyawan swasta yang berdomisili di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Medsos, Wadah Perwakilan Rakyat?

30 Maret 2016   21:36 Diperbarui: 30 Maret 2016   21:43 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ingat Arab Spring ?  Tepatnya pertama kali dimulai di Tunisia pada 18 Desember 2010 lalu dan berhasil menggulingkan rezim Presiden Zine al-Abidine Ben Ali. Pemicu awal dari gerakan ini adalah tindakan pembakaran diri yang dilakukan oleh Mohamed Bouazizi sebagai bentuk protes atas korupsi di lembaga kepolisian dan kesehatan.

Sukses di Tunisia, Arab Spring pun mulai menjalar ke sejumlah Negara-negara Arab lainnya seperto Mesir, Libya, Bahrain, Yaman, Sudan termasuk Suriah. Dan tidak hanya itu sejumlah negara seperti Aljazair, Yordania, Maroko, Kuwait, Lebanon, Mauritania, Lebanon dan Arab Saudi pun ikut bergejolak akibat fenomena Arab Spring yang terjadi di Timur Tengah.

Selain pemicu awalnya 'bisa disebut sederhana', dan mungkin saja tidak terpikirkan dari awal bahwa pemicu ini,bisa menggulingkan pemerintahan hingga menjalar ke negara Arab lainnya. 

Fenomena menarik justru adanya media sosial yang sedang digandrungi oleh banyak kalangan,miskin-kaya,tua-muda,yang jadi media penjalar Arab Spring tersebut. Begitu mudahnya informasi tersebar hingga mampu menggerakkan massa,menyatukan visi dan tujuan dan menjadi senjata ampuh dalam melumpuhkan sebuah negara. Arab Spring tidak membutuhkan revolusi dengan menggangkat senjata,membunuh secara keji lawan yang ideologinya bersebrangan. Cukup dengan media sosial.

Meraih simpati melalui media sosial dibarengi dengan kenyataan yang ada,bisa menjadi senjata. Jaringan massa bisa dengan mudahnya diraih, tentu saja perasaan yang senasib dan hampir sama,menjadi faktor utama. 

Selain Arab Spring ada gerakan Occupy Wall Street yang memang mengadopsi gerakan Arab Spring. Tanggal 19 September 2011, sebuah halaman Facebook dengan nama Occupy Wall Street dan akun Twitter dengan nama @OccupyWallSt mulai dibuat sebagai kanal komunikasi. Dalam waktu singkat, Facebook dan Twitter mulai menyebarkan ajakan demonstrasi di seluruh penjuru Amerika Serikat. Gerakan sosial Occupy Wall Street telah berlangsung di 100 kota di Amerika Serikat dan lebih dari 1000 kota di seluruh penjuru dunia.

Bagaimana dengan media sosial di Indonesia? Banyak kasus yang mungkin saja di suatu masa di negara ini,yang menjadi pemicu terjadinya hal yang mungkin mirip dengan Arab Spring.Misalnya:

‌Kekecawaan atas banyak nya kasus korupsi dan begitu ringannya hukuman bagi mereka. Alih-alih memperkuat penegakan hukum,bila harapan publik tidak terpenuhi untuk sesegera mungkin mengatasi korupsi di negara ini,bisa memunculkan gerakan masif dan massal untuk menjatuhkan pemerintahan yang ada.

‌Isu SARA yang genjar dalam banyak hal,bisa juga memunculkan gerakan yang masif dan massal untuk menggulingkan pemerintah,ditambah negara ini memang pernah hampir tercerai berai oleh gerakan separatis sejak merdeka dulu.

‌Adanya kekecewaan publik atas lembaga perwakilan yang ada. Suara rakyat sebagai dasar berdemokrasi tidak pernah terdengar dan disalurkan.

‌Buruknya tingkat kesejahteraan masyarakat akibat banyaknya mafia yang ada di negara ini. Pasar komoditas dasar dikuasai oleh mafia ditambah penegakan hukum yang berat sebelah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun