Mohon tunggu...
Torang Siagian
Torang Siagian Mohon Tunggu... -

Seorang karyawan swasta yang berdomisili di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bangga Punya Saudara/Keluarga "Maling"

22 Oktober 2015   07:59 Diperbarui: 22 Oktober 2015   07:59 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Paradigma atau bahkan sudah membudaya,bahwa sebagian besar masyarakat kita akan 'terangkat' derajat nya di mata masyarakat lain kalau mempunyai sanak saudara yang duduk di pemerintahan. Sekalipun sekelas jongos,kelas rendahan,kelas pekerja dan golongan kroco mumet. Apalagi kalau mempunyai sanak saudara yang memiliki jabatan, "Kepala,Deputi,Direktur", rasanya negara ini mereka yang punya. Ha...ha..ha...mereka seakan punya hak untuk menjengkal,meremehkan profesi lain,seolah mereka orang pilihan yang pantas untuk membusungkan dada saat berjalan.

Lantas,ketika mereka berhadapan dengan kemelaratan masyarakat di daerah mereka, dan masyarakat menagih peran dan kekuasaan mereka, apa..dan apa...yang mereka harus jawab? Walaupun kemelaratan dan kemiskinan bukan semata akibat kesalahan mereka,namun peran pemerintah harus lebih dominan dalam mensejahterakan negara dengan segenap kekuasaan yang dimiliki.

Bangga sih boleh saja,silahkan berbangga ria sepanjang masa,tapi saya pikir,para aparatur pemerintah akan sangat pantas bangga dan senang ketika mampu mensejahterakan masyarakat nya. 

Terlepas dari kebanggaan memiliki sanak saudara yang duduk di pemerintahan,namun banyak hal negatif justru di balik itu,diantaranya;

1. Setelah tahu ada saudara di pemerintahan tertentu, ada kesan suatu saat salah satu atau semua keluarga besarnya bisa menjadi pegawai di instansi tersebut,dan bila memang ternyata gagal,saya yakin akan ada kalimat seperti ini," Sudah sombong dia sekarang,tidak ingat keluarga nya lagi,masa keponakan/sepupu/ipar/adik/kakak/ tidak bisa dibantu nya?" Emang negara ini dia yang punya! Ha..ha..ha

2. Setelah tahu ada saudara di pemerintahan,dan saking bangganya akan hal itu,seolah-olah proyek2 pemerintahan bisa lolos begitu saja." Ada saudara saya di sana,gampang itu diatur!" Saya yakin banyak kasus korupsi dimulai dari hal-hal seperti ini. Kebanggaan dibungkus dan bermotif maling.

3. Setelah tahu ada saudara di pemerintahan, meminta pertolongan dalam hal materi,seakan-akan gampang. Berapa sih penghasilan para aparatur negara itu sebenarnya? Relatif kecil,namun paradigma yang telah lama dibentuk di negara ini, mereka yang duduk di pemerintahan pasti orang-orang berduit. Salah...salah...salah...kecuali kalau kekuasaan mereka terlalu gampang dibeli oleh cukong-cukong,mafia proyek...

4. Setelah tahu ada saudara di pemerintahan, segala masalah rasanya sirna. "Gampang, nanti saudara saya,si fulan, yang menyelesaikan nya,dia kepala dinas di sana!" Busyet..enak benar hidup seperti itu.

5. Setelah tahu ada saudara di pemerintahan, rasanya menjadi kaya dengan menjadi maling di sana-sini, itu hal biasa. "Aji mumpung dan kapan lagi"Mumpung ditempatkan di tempat basah,kalau bisa,semua uang setoran mahluk dedemit diambil semua dan sanak saudara yang melihatnya malah bertambah bangga. 

Hal-hal seperti ini,saya yakin masih tumbuh subur di masyarakat kita. Solusinya banyak dan bisa dijalankan,asal mau saja. MENPAN mana terobosan anda lagi? Mana? Mana? Mana? Mana? Hanya mampu bikin peraturan 'abu-abu'? Bikin aturan tegas, bahkan menjurus kasar sekalian? Perampokan dan maling dari kalangan pemerintah sudah terlalu banyak? Anda tidak bisa lihat?  Kalau tidak bisa mikir,pakai Mbah Gugel aja..banyak ide brilliant dari masyarakat untuk solusi dari masalah ini..cari saja.

 

 

 

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun