[caption id="attachment_172979" align="alignnone" width="383" caption="Ungkapan kekecewaan pendukung PKS (Sumber: abisyakir.wordpress.com)"][/caption] Leader yang lemah menyuburkan bibit-bibit pembangkangan. Leader lemah juga tidak akan dihormati. Kita melihat gejala ini dalam pemerintahan SBY saat ini, khususnya terkait perilaku politik PKS dalam koalisi pemerintahan. Bukan rahasia lagi, PKS sebagai anggota koalisi pemerintahan SBY selama ini justru bersikap muka dua, dianggap musuh dalam selimut, atau sering menusuk dari belakang. Termutakhir adalah 'pembangkangan' PKS terhadap kebijakan koalisi untuk menaikkan harga BBM. Kini PKS dalam posisi terjepit. SBY dan partai-partai pendukungnya semakin gerah dengan sikap PKS yang sejak awal suka menantang ini. Dan untuk kali ini, sepertinya hilang sudah kesabaran SBY. PKS diambang penghukuman: dipecat atau keluar sendiri dari koalisi pemerintahan. Publik sebenarnya juga sangat jengah dengan perilaku politik PKS pasca pilpres 2009 tersebut. Bahkan suara-suara sumbang atau sangat keras juga muncul dari simpatisan/pendukung PKS sendiri. Partai ini lebih mempertontonkan perilaku pragmatis-oportunistik daripada perilaku berprinsip dan penuh etika. Nah, bagaimana sebaiknya sikap SBY terkait PKS belakangan ini? Bagi saya, sebaiknya dalam beberapa hari ini SBY cukup menggantung saja nasib PKS, tetapi sambil terus wacanakan pemecatan partai tersbut dari koalisi. Ya, biar para petinggi dan menteri-menteri PKS tahu diri & keluar sendiri dari koalisi pemerintahan. Sesungguhnya, sikap SBY yang terkesan 'mempermalukan' para petinggi & menteri-menteri PKS secara halus ini merupakan buah atau karma atas sikap partai itu selama ini. Sikap politik muka dua yang diperlihatkan PKS jangka pendek memang menguntungkan mereka. Tetapi SBY/Partai Demokrat pasti tidak akan pernah menghapus itu dari catatan mereka. Miskalkulasi PKS adalah ketika mereka menganggap SBY tidak akan pernah berani mendepak PKS dengan melihat perimbangan politik di parlemen. Namun PKS lupa, Hanura-Gerindra-PDIP pun butuh 'tumpangan' utk 2014 yang berarti mereka juga siap masuk ke koalisi. Partai-partai oposisi saat ini pasti sangat mengincar tiga kursi menteri yang akan segera dikosongkan karena PKS didepak. Partai-partai oposisi ini sudah sangat sadar, mereka butuh amunisi untuk 2014 untuk memenangkan pertarungan di saat SBY sudah tidak mungkin mencalonkan lagi. Dan 'tumpangan' atau 'amunisi' itu masih diyakini yang terbaik bila mereka berada di pemerintahan. Sebab berada di luar pemerintahan seperti yang diperankan PDIP sejauh ini tidak menghasilkan apa-apa (suara di pemilu stagnan). Jadi saat ini, PKS sedang termakan sendiri oleh strategi politiknya yang sangat tidak populer baik di mata pendukungnya sendiri maupun di mata publik umumnya. PKS terkesan sebagai partai oportunistik yang lebih mementingkan kekuasaan ketimbang ideologi. Saat ini, jika PKS bertahan di koalisi, itu sama artinya menepuk air di dulang tepercik muka sendiri. Itu sama artinya dengan mempermalukan diri sendiri, setelah semua pilihan dan sikap politik yang selama ini mereka kedepankan. Namun jika PKS keluar dari koalisi, tetap saja tidak ada yang memandang itu sebagai tindakan heroik. Publik akan melihat itu sebagai tindakan wajar yang setimpal dengan perilakunya selama ini. Dengan kata lain, kalau keluar dari koalisi saat ini, maka kali ini PKS tidak akan mendapatkan gain pencitraan sama sekali. Momentumnya sudah lewat, isu BBM sudah tidak seseksi sebelum penetapan APBN-P 2012 kemarin. Jadi dalam konteks keluar/pecat koalisi ini, PKS benar-benar kalah secara tidak terhormat. Pembelajaran istimewa bagi PKS, bahwa pragmatisme atau oportunisme politik itu mahal harganya.[tj]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H