Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Malam Menikam

28 Oktober 2024   07:12 Diperbarui: 28 Oktober 2024   07:56 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi gambar untuk puisi:dokpri)

Resah di dalam diam

Ketika malam serasa mencekam

Hanya detak jarum jam yang setia berputar

Tercekat akan sebuah nestapa

Saat siang telah tertunaikan

Setiap raga bergerak mencari nafkah

Tak terhitung keringat yang membanjir

Entah akhirnya semua sia sia

Melunglai dan beku

Malam pun berganti

Tak berani aku bermimpi

Lelah ini terasa menikungku

Susu anakku kian menipis

Token berbunyi seperti alaram ambulance

Memekakan gendang telinga

Seakan aku tak berdaya sebagai lelaki

Terpuruk kosong untuk membuka laci dunia

Tangisan bocah melengking

Meronta tubuh mungilnya

Tergoda harum saus pedagang cilok

Baru saja tadi sore kupendam kesabaran

Taktala suara fals gitar dan seraknya lagu

Mereka menadahkan tangan menghibs

Berharap seribu uang kertas biar telah lusuh

Tapi apa yang harus kuberikan

Perutku saja keroncongan dengan lapar yang kian menggila

Malam pun tiba untuk kesekian kalinya

Menutup siang 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun