Dalam hitungan hari, lebaran yang di nanti akan segera tiba, setelah sebulan berpuasa, saatnya merayakan kemenangan, sebelum datangnya lebaran, lumrah bagi sebagian masyarakat Indonesia melakukan rapi rapi rumah.
Yang catnya mengelupas, di cat ulang biar terlihat kinclong, jendela yang pliturnya sudah memburam, ditimpa kembali dengan cat yang baru, sofa jok yang karetnya sudah kendor, di dandani agar tidak meleyot saat ada tamu berkunjung.
Bersih bersih dan rapi, acapkali gorden pun menjadi sasaran untuk dibersihkan agar ketika lebaran suasana cerah ceria, namun menurut penulis, perlu strategi rapi rapi rumah menjelang lebaran, karena pelaksanaan beberes rumah di lakukan pas bulan puasa.
Rugi dong beres rumah tapi malah mokel alias nggak puasa, seberat apapun berupaya membersihkan rumah, ingat tak ada alasan untuk berbuka, beres beres rumah sih seni menyambut lebaran, namun berpuasa adalah kewajiban yang harus dijalankan, dari waktu Shubuh hingga waktu berbuka.
Kalau ngebersiin rumah dengan tipe 21 mah gampang banget, jendelanya juga kecil, lantainya juga terbatas sehingga mudah untuk di sapu atau di pel, halaman juga tak ada,maklumlah rumah hanya 60 meter persegi, dari pintu depan cuma beberapa langkah dah kamar mandi.
Justru tantangan untuk rapi rapi rumah saat mudik ke Rajawetan, rumah leluhur yang memang bangunannya retro gitu deh, dengan langit langit tinggi, kaca jendelanya segede gaban, dengan teralis zaman dahulu.
Belum lagi areal perngepelan yang cakupannya luas, beruntung sedari kecil memang sudah terbiasa mengerjakan hal tersebut, jadi soal ngepel lantai, nyapu halaman hingga memberi pakan hewan sudah menjadi kebiasaan sehari hari.
Yang paling begah saat rapi rapi rumah yaitu membersihkan kaca, ini episode terberat jika berada di Rajawetan, mana kacanya segede gaban, dibersihkan harus bolak balik, manjat pula, tetapi tugas harus dikerjakan, inilah tantangan yang sesungguhnya.
Kalau untuk mengecat ulang rumah, bisa lah nyuruh tukang untuk mengerjakannya, akan tetapi jika tugas membersihkan kaca, harus ikhlas di jalani, berbekal koran bekas, segayung air yang di isi blau yang berwarna biru.
Bersih bersih kaca menjadi "ritual" menjelang Lebaran, haus sih, selain itu tangan pegal, namun jangan menyerah hingga itu si kaca yang tadinya berdebu, plus ada jamurnya gitu, bisa disikat dan kembali kinclong, melihat kaca kembali mengkilap hati pun menjadi senang.
Selain membersihkan kaca, tugas lainnya adalah mengepel lantai, meski tugas ngepel tidak terlalu menguras tenaga. Tetap saja ngepel juga bikin lunglai karena di kerjakan saat berpuasa,sebelum ngepel ya nyapu dulu dong.
Satu persatu tugas telah diselesaikan, namun itu belum berakhir ternyata, halaman rumah menanti untuk di sapu, mana banyak tumbuh di halaman, mulai dari mangga, durian, nangka, rambutan hingga alpukat, bila daunnya berguguran, alamat kerja keras.
Kalau memilih ngepel lantai atau nyapu halaman, bagi kaum mendang mending seperti saya, memilih mengerjakan ngepel lantai jauh lebih enak di banding menyapu halaman, karena ngepel sih di dalam ruangan, masih bisa santuy mengerjakannya.
Berbeda jika menyapu halaman, udah mah panas, mau sengaja ngebatalin puasa ya malu juga, cuma gara gara sapu halaman rumah malah mokel, nggak banget deh. Menjelang lebaran memang menjadi momen sibuk rapi rapi rumah.
Namun setiap lelah rapi rapi rumah seakan terbayar, ketika melihat lantai bersih, kaca kinclong serta halaman yang klimis seperti habis di cukur, bersih tanpa adanya sampah dedaunan. Saatnya menyambut lebaran dengan riang gembira.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H