Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Lebih Mudah Mengatur Finansial Sehat Selama Ramadan Jika Uangnya Ada

19 Maret 2024   23:52 Diperbarui: 19 Maret 2024   23:52 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saatnya sehat finansial secara cerdas saat Ramadan (sumber gambar:dok hanwhalife.co.id)

Tak bisa dipungkiri setiap menjelang Ramadan, kenaikan barang seakan sebuah keniscayaan, kanal YouTube CNBC Indonesia, dibahas tentang namanya cyclical inflation, menurut Chief Economist  Bank Mandiri Andry Asmoro.

" Bulan Ramadan sudah biasa terjadinya kenaikan permintaan barang, ini disebut cyclical inflation. Permintaan makanan dan minuman meningkat, tahun ini secara bersamaan dengan hadirnya bulan Ramadan, adanya peningkatan harga pangan di dalam dan di luar negeri."

Halo bagaimana dengan puasanya kompasianer? Memasuki minggu kedua Ramadan, semoga keadaan finansial kita semua masih aman aman saja, masih bisa buka puasa maupun sahur, masih mampu memilih menu atau juga memilah takjil ketika berbuka.

Alhamdulillah kalau mampu mengatur keuangan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI)makna kata finansial itu suatu hal yang berurusan dengan keuangan. Adapun jenis finansial itu ada tiga bagian, finansial individul, finansial perusahaan dan finansial pemerintah.

Membincang sehat finansial selama Ramadan, menata finansial individu rasanya lebih pas, lebih mudah mengatur uang jika memang uangnya ada dan dipegang. Apalagi Ramadan biasanya identik dengan merangkaknya harga harga kebutuhan sehari hari, naik bro naik.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M Habibullah menyebutkan ada komoditas yang turut andil akan adanya inflasi saat Ramadan, naiknya permintaan bahan makanan menjadi penyebab inflasi, untuk komoditas bahan makanan yang menyumbang adanya inflasi adalah daging ayam, daging sapi, telur ayam ras, minyak goreng dan gula.

Jangan Lapar Mata Saat Bulan Puasa

Hindari lapar mata saat berpuasa (sumber gambar:dokpri)
Hindari lapar mata saat berpuasa (sumber gambar:dokpri)

Siapa tak tergiur dengan warna warni es yang di jajakan menjelang berbuka, Nusantara adalah meja makan terbesar di dunia, karena aneka camilan, kue basah, kue kering, makanan berat terkumpul dan tersaji di bulan Ramadan.

Serasa mampu menghabiskan aneka penganan saat berbuka, faktanya perut memiliki keterbatasan kapasitas untuk menampung makanan. Jika beduk ditabuh dan adzan berkumandang, segelas air putih dan gorengan, membatalkan puasa dengan makanan tak berlebihan.

Perilaku boros, kerap kalap, alih alih menahan nafsu di bulan suci, malah duit boncos alias cepat terkuras gara gara memperturutkan keinginan apa yang hendak di makan saat berbuka atau sahur.

Tiba tiba duit terasa menipis, perilaku kita lah yang menjadi penyebabnya, awal bulan, ketika masih suasana gajian dan tanggal muda, jor joran jajan hanya karena memuaskan lapar mata. Bahkan makanan yang sudah terbeli, jadi mubazir karena empunya makanan malah kekenyangan.

Suasana Ramadan mestinya cerdas mengelola keuangan, tidak terlalu boros dan berperilaku mubazir, ingat lho, mubazir itu temannya setan. Juga tidak pelit ekstrim, membatasi pengeluaran, kepada diri sendiri membatasi asupan, kikir kepada diri sendiri adah hal yang membagongkan.

Uang Receh Jangan di Sepelekan

Power of receh jangan sepelekan nilai nominal kecil(sumber gambar:dokpri)
Power of receh jangan sepelekan nilai nominal kecil(sumber gambar:dokpri)

Merasa nggak sih kerap menganggap enteng keberadaan duit pecahan berbentuk logam, meski uang tersebut masih sah sebagai alat pembayaran, berdasar Undang Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang mata uang.

Padahal uang receh bila di kumpulkan, menjadi nominal yang bikin geleng geleng kepala, acap kali abai dalam hal remeh temeh, padahal uang receh pun bisa di ploting untuk sehat finansial selama bulan Ramadan.

Merencanakan beli ini itu ketika Ramadan, bisa kita sikapi dengan rutin menyimpan uang uang recehan dari pengembalian, sumpah deh pernah ngalamin sendiri, iseng iseng ngumpulin duit recehan berbentuk uang logam.

Duit pengembalian dari jajan di warung, makan di warteg, beli bensin di SPBU, meski tak rutin setiap hari nyimpen duit logaman, tapi pas celengan dibuka, setelah di hitung duit yang terkumpul mencapai angka ratusan ribu.

Bahkan ada seseorang yang mampu beli motor secara tunai, duit yang di gunakan menembus motor di dealer ada duit logam yang tersimpan dalam karung, lagi pula Bank Indonesia sebagai lembaga otoritas keuangan di negeri ini, masih menerima penukaran uang logam.

Yuk kita sehatkan finansial di bulan Ramadan, janji ya tidak lagi menyia nyiakan uang logam, sekecil apapun nilai nominalnya, uang logam tetaplah alat pembayaran yang sah di negeri yang kita cintai.

Finansial Sehat Ramadan Bersiap Rayakan Lebaran

Bersiasat untuk lebih hemat disaat bulan Ramadan (sumber gambar:dokpri)
Bersiasat untuk lebih hemat disaat bulan Ramadan (sumber gambar:dokpri)

Beberapa waktu lalu pola frugal living sempat menjadi pembahasan, dengan konsep frugal living, pos pos pengeluaran dapat di tekan, bahkan ada yang menyebut orang orang yang melakukan  frugal living adalah orang orang pelit.

Sebenarnya tidak demikian, ada perbedaan pelit dan menerapkan frugal living, si pelit biasanya enggan mengeluarkan uang untuk makan saking sayangnya akan pengeluaran, sedang si frugal living, bersedia keluar uang karena memang uang tersebut pantas untuk dikeluarkan.

Bulan Ramadan bisa berhemat lho dan itu berpengaruh terhadap pengeluaran, delapan hari berjalan menikmati syahdunya Ramadan, keluarga penulis saat ini memilih untuk mengolah bahan makanan menjadi menu siap santap.

Biasanya serba beli, gorengan beli, lauk pun beli matang, Ternyata dengan masak sendiri, pengeluaran jauh lebih hemat, secara nyata ketika belanja bahan makanan, dipersiapkan untuk tiga atau empat hari. Jatuhnya lebih hemat, dengan uang kisaran 150 ribu hingga 200 ribuan, cukup untuk makan sekeluarga.

Yuk ciptakan kesehatan finansial, sepertinya kita bisa kok, tinggal mengerem keinginan saja, untuk fokus membeli apa yang kita butuhkan, bukan membeli karena hasrat keinginan, dompet aman, pengeluaran lebih tertata, lebaran pun kita songsong dengan tenang.

Rezeki Versus Pendapatan Gaji

Tetap sabar berikhtiar meski tak punya gaji tetap (sumber gambar:dokpri)
Tetap sabar berikhtiar meski tak punya gaji tetap (sumber gambar:dokpri)

Setiap orang punya rezekinya, meski tak setiap orang punya pendapatan berupa gaji, yang masih bekerja dan mendapatkan gaji bulanan, bersyukurlah karena mempunyai pendapatan tetap.

Saat ini yang pekerjaannya freelancer dan mendapatkan duit dengan tidak menentu,bersabarlah, karena setiap makhluk telah di jamin rezekinya. Semoga masih bisa mengelola pendapatan yang tak tetap itu.

Namun memang jika tak punya uang, akan terasa kesulitan mengelola keuangan, obat yang mujarab adalah tetap bersabar, yuk kita tetap optimis menjemput rezeki,semoga di lain waktu rezeki pun berdatangan,aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun