Jika membaca opini  Yon Bayu Wahyono yang lugas di Kompasiana, itu mah sudah sering kita baca di blog keroyokan group Kompas. Perlu  kepoin  juga euy bagaimana ketika Yon Bayu menulis novel Kelir, yang alur ceritanya tentang klenik, Kejawen dan juga sejarah serta intrik  politik tokoh novelnya,bagaimana proses kreatif Yon Bayu menulis Klenik juga Prasa, yuk kita simak bersama.
Kritik bagi Yon Bayu merupakan vitamin, agar karya mendatang bisa lebih baik lagi, semakin bermutu, disertai harapan menambah khazanah dan warna-warni kesusatraan di Indonesia. Novel Prasa ditulis  karena adanya keresahan penanganan Hak Asasi manusia di negeri tercinta Indonesia, kekecewaan penulis karena isu pelanggaran HAM dalam konteks politik, hanya sebatas buih hilang begitu saja.
Seranai pelanggaran HAM mulai G30S PKI,Malari, Tanjung Priok, Talangsari, Penculikan Aktivis Pro Demokrasi sebelum 1998, Tragedi Semanggi 1 dan 2. Agar hal itu tak terulang kembali, pelanggaran HAM masa lalu dibuka dan dituntaskan secara hukum, sehingga tak Ada Beban sejarah bagi bangsa Indonesia jika masalah HAM di tuntaskan dengan mengedepankan keadilan.
Cukup mendalam ya proses kreatif yang dilakukan oleh Yon Bayu Wahyono, apalagi,kekayaan diksi novel Kelir dan Prasa, berasal dari pengamatan langsung di lapangan, sebagai seorang wartawan sangat mungkin Yon Bayu melakukan investigasi langsung, sehingga novelnya terasa dekat dengan keseharian yang kita rasakan.
Melalui Prasa Operasi Tanpa Nama, penulis mengajak pembaca untuk merenungkan atas pilihan-pilihan yang tersedia.Tanpa mengesampingkan kemungkinan tafsir berbeda, melalui karya fiksi ingat loh bahwa Prasa itu dongeng ya, dengan segudang pengalamannya Sebagai wartawan, angkat topi bagi kreatifitas Yon Bayu Wahyono mengolah kata-kata, mengingat tak banyak wartawan menulis novel.
After Show yang Tak Terlupakan
Sekitar jam lima sore, tuntas juga gelaran peluncuran dan bedah novel, mengutip pernyataan Yon Bayu Wahyono.
" Tak ada pesta yang tidak usai, tidak ada perjalanan tanpa ujung,selalu ada titik akhir ketika lampu-lampu dipadamkan. Dan kita kembali ke realita berikutnya."