"Minggu ini seru juga ya kita main bareng, meski Cipager agak agak bete,"celetuk Bagas.
"Lho memang ke Cipager ada apa sih? Kalian kan paling senang main ke sana,"tanya Titin keheranan.
"Ceritain Dit, bagaimana kita semua diomelin Bah Ming," desak Tolib seraya menatap Radit.
"Sebenarnya males buat nyeritainnya,Bah Ming lagi Bah Ming lagi bosen banget deh," keluh Radit.
"Euleuh euleuh kunaon deui atuh jeung Bah Ming teh?"Selidik Ua Ijah penasaran.
"Itu lho Ua,kemarin kita mancing di Kedung Cipager, eh nggak tahunya ada Bah Ming yang merasa terganggu, jadi deh kami semua kena marah.
"Terus kalian nggak di apa-apain kan sama Bah Ming,"ujar Neng Dewi sambil memegang es teh manis yang dibungkus plastik.
"Kami diancam pake golok, di acung acungkan gitu deh," tukas Gopar.
"Mungkin omongan Bah Ming ada benarnya juga sih, jangan terlalu sering main ke Cipager atuh, nanti takut ada Lilin Samak," sahut Ua Ijah khawatir.
"Si Ua mah sama saja dengan Bah Ming, percaya aja dengan namanya Lilin Samak," seloroh Titin.
"Kalau nggak di Cipager, kami main di mana Ua?Main hape seharian di rumah malah ngebosenin," keluh Radit.
"Jika nggak bisa main ke Cipager,bagaimana kalau besok main ke kebun belakang rumahku, mau nggak?" Tawar Neng Dewi kepada teman temannya.
"Gimana nih, ada tawaran seru dari Neng Dewi," ujar Tolib.
"Gaskeun lah,pokoknya mah bisa main," sahut Bagas cepat.
"Siplah,kalian juga boleh mancing kok, kan ada balong jadi bisa deh dapetin ikan.Daripada di Cipager kena omelin Bah Ming mulu," goda Neng Dewi.
Serempak mereka tertawa, apa yang di omongin Neng Dewi ada benarnya juga, sudah mah was was jika mancing, takut ada Lilin Samak eh di marah marahin juga sama Bah Ming, ternyata teman bermain di Rajawetan terasa sempit bagi mereka. Namun tawaran mancing di kebun belakang rumah Neng Dewi, lumayan juga buat mereka dan siapa sih yang berani menolak?
Jika bermain ke rumah Neng Dewi, suasananya menyenangkan, terutama bila berada di halaman belakang, ada kolam, kandang ayam dan juga kebun pisang. Selain itu Neng Dewi punya koleksi buku dan juga majalah anak anak, menyenangkan bila di ajak main ke rumah Neng Dewi, belum lagi kalau Mamanya Neng Dewi mengeluarkan kue kering buatannya, pokoknya nggak nolak deh!
Beruntungnya hidup di kampung adalah rasa persaudaraannya masih terasa kental, lagi pula karena warga Desa Rajawetan relatif sedikit, sehingga antar warga saling mengenal. Selain itu untuk mengisi waktu senggang juga lebih dekat, cukup bermain di kebun,serasa sudah piknik saja.
Bagas heheotan riang saat tiba di rumah Radit, karena rumah Radit lebih dekat dengan rumah Neng Dewi, jadi Bagas nyamperin dahulu Radit.Ternyata sudah ada Gopar, Tolib dan Titin. Belum terlihat Maya di antara mereka, mungkin Maya agak terlambat atau malah sudah duluan ke rumah Neng Dewi.
"Hei hei ternyata ngumpulnya di sini,"sapa Bagas.
"Bagas girang banget di ajak mancing ama Neng Dewi," ledek Titin.
"Pastinya atuh, nih aku bawa pancing andalan, terbaik di seluruh Rajawetan," puji Bagas seraya mengelap pancing mahalnya.
"Sombong amat, padahal pancingnya Bagas jarang dapat ikan tuh," goda Radit.
Mulanya Bagas agak manyun mendengar candaan Radit, namun memang apa yang dikatakan Radit ada benarnya juga, tak lama Bagas pun ikut tertawa. Bahwa pancing miliknya yang harganya mahal dan di belinya juga jauh, di Bandung, tetap saja kalah dengan joran bambu milik Radit.
"Yuk ah kita langsung capcus ke rumah Neng Dewi, udah siang nih,"ajak Tolib.
"Hayuk," sambut Titin.
Mereka pun bersiap menuju arah rumah Neng Dewi, karena memang letak rumahnya dekat dengan Radit, beberapa menit saja mereka telah sampai, terlihat rumah Neng Dewi sepi seakan tak ada orang, Radit celingukan di gerbang rumah, ia pun mengucapkan salam.
"Assalamualaikum...."
Terdengar suara jawaban salam dari balik gerbang, kemudian gerbang pun terbuka, ternyata Mang Anen yang menyambut mereka, dengan cepat Mang Anen menyuruh mereka langsung saja menuju halaman belakang.
"Neng Dewi sudah menunggu di belakang,"ujar Mang Anen.
Anak anak mengikuti langkah Mang Anen, lelaki separuh baya yang di depan mereka adalah orang yang bekerja di rumah orang tua Neng Dewi, keluarga Neng Dewi adalah orang terpandang di Rajawetan, mamahnya Neng Dewi merupakan Kepala Sekolah SD, sedangkan ayahnya menjabat sebagai Sekretaris Desa atau orang orang menyebutnya Pak Ulis,selain itu Kakek Neng Dewi adalah mantan Kuwu Rajawetan.
Halaman belakang rumah Neng Dewi merupakan kebun yang luas, ditanami pisang, singkong, mangga dan ada balong, yang bikin betah adalah pemandangan dari kebun terlihat Gunung Ciremai. Neng Dewi telah menunggu bersama Maya, disamping terdapat penganan, rengginang, opak, rempeyek, toples berisi kue kue kering.
"Ayo ke sini ngawedang heula,"ajak Neng Dewi.
"Kirain Maya telat datang, eh malah duluan kesini,"ujar Titin.
"Ngabisin stok kue Neng Dewi dong," tukas Maya.
Mata Tolib tertumbuk ke toples yang isinya kue nastar, tanpa basa basi ia pun membuka toples dan langsung cacamuilan mengunyah nastar. Mereka merubung hidangan, kebetulan rata rata belum sarapan, maka tak tertolaklah hidangan di sajikan.
"Kue buatan Neng Dewi enak pisan euy," puji Tolib seraya mengelap bibir.
"Nanti yang cowok, boleh mancing ya,Mang Anen sudah menyiapkan bumbu ikan bakar, kalian mancing, nanti kita bikin pisang bakar," ujar Neng Dewi.
"Deal lah kalau begitu mah,"sambut Gopar.
Bagas melangkah mendahului ke arah kolam, ia tampak percaya diri untuk mendapatkan ikan, segera ia memasang umpan.Begitu juga Radit,Bagas,Gopar dan Tolib, mereka berjongkok di dekat kolam, tentu saja berbeda memancing ikan di sungai dan kolam.
"Aku dapat lele, hore pisan ini mah,"teriak Bagas girang.
Begitu Bagas dapat, umpan milik Radit,Gopar dan Tolib juga mulai di makan ikan, berturut turut mendapatkan ikan, menyenangkan memang memancing ikan di kolam, lebih cepat mendapatkan ikan ikannya, maklumlah karena di kolam memang ikannya dipelihara, berbeda bila mancing di Cipager, selain airnya berarus, ada atau tidak ikannya tak bisa ditebak.
Matahari semakin bersinar terik, terasa panas bagi mereka, setelah mendapat cukup banyak ikan, mereka menuju ke arah saung untuk berteduh. Berada di kebun Neng Dewi menyenangkan sekali, suasananya adem dan angin semilir membuat mereka menikmati sejuknya hembusan angin.
Maya dan Titin membawa nyiru di atas kepala, sedangkan Neng Dewi menenteng teko menuju saung.
"Jangan diam saja,bantuin bawa dong,"teriak Titin.
Mereka buru buru menyambut bawaan Maya dan Titin, terlihat ada beberapa pisang bakar di nyiru, dari tampilannya, pasti ini enak.
"Pisang bakar yang menggiurkan,"puji Radit.
Mereka berada di saung, piring piring berisi pisang bakar mulai diletakan, Neng Dewi meletakan teko yang berisi es sirup rasa jeruk.
"Tadi aku bersama Maya dan Titin membuat pisang bakar meises, pisang bakar keju,pisang bakar saus madu keju," ucap Neng Dewi.
"Boleh dimakan sekarang Neng Dewi?" Tanya Bagas tak sabar.
"Minimal berdoa dulu lah Gas,"ingat Titin.
Tak lama mereka menyantap pisang bakar bersama sama, luar biasa enaknya pisang bakar buatan Neng Dewi, pisang yang empuk dipadukan meises, keju dan madu, dibakar dengan kematangan pas, nikmat sekali.
"Ini adalah pisang bakar terenak yang pernah aku makan,sering sering ya ngundang kita ke kebunmu,'ujar Bagas kepada Neng Dewi.
"Ogah, rugi bandar dong aku," tukas Neng Dewi.
Saung pun riuh terdengar tawa, tawa riang anak anak kampung menikmati liburan, gembira dengan kebersamaan selama ini. Mereka adalah anak anak Desa Rajawetan, dibesarkan bersama, sekolah bareng, ngaji bareng, yang jelas seluruh Desa Rajawetan merupakan tempat asyik untuk bermain.
Keterangan:
Heheotan(Bhs Sunda)=Bersiul-siul
Balong(Bhs Sunda)=Kolam
Kuwu(Bhs Sunda dialek Kuningan)=Kepala Desa
Cacamuilan(Bhs Sunda)=Makan dengan lahap
Ngawedang(Bhs Sunda dialek Kuningan)=Makan makanan ringan, mengudap
Euleuh kunaon deui(Bhs Sunda)=Aduh kenapa lagi ini
Nyiru(Bhs Sunda)=Tampah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H