Empat tahun berselang, sejak Quick Response Code Indonesian Standart(QRIS), ditetapkan dan diluncurkan pada tanggal 17 Agustus 2019, selanjutnya pada 1 Januari 2020, semua merchant menggunakan QR Code dengan standar QRIS. Lompatan penggunaan QRIS, dengan segala sosialisasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia, telah mencapai angka yang menggembirakan.
Data Bank Indonesia menyebutkan, hingga Februari 2023, nominal transaksi QRIS menggapai angka Rp 12,28 triliun dengan jumlah volume transaksi sebesar 121,8 juta.Bagaimana dengan jumlah pengguna QRIS di tanah air? Angkanya ternyata signifikan, yaitu ada 30,87 juta pengguna QRIS.
Kabar baik lainnya yang perlu diwartakan adalah, jumlah merchant yang menggunakan Quick  Response Code Indonesian Standart(QRIS) hingga bulan Februari 2023, mencapai 24,9 juta pengguna. Saat ini perubahaan tak dapat terelakan, apalagi hadirnya era industri 4.0 yang pijakannya berupa IT, internet dan sistem digital.
Keseriusan Bank Indonesia agar masyarakat lebih melek digital, memberikan program edukasi bernama Literasi Keuangan Indonesia Terdepan(LIKE IT). Semakin banyaknya generasi muda yang melek digital, tentu akan membawa angin perubahan positif, semakin paham dengan produk keuangan dan memanfaatkan QRIS sebagai sistem pembayaran secara optimal.
Dari Sistem Pembayaran Berbasis Kertas Menuju Konektivitas Sistem Pembayaran ASEAN
Kegiatan ekonomi tak bisa terlepas dari namanya transaksi barang, jasa dan keuangan. Mula mula hadir dengan sistem barter, kemudian hadirnya uang logam dan uang kertas menjadi lumrah sebagai pembayaran. Seiring hadirnya inovasi teknologi, kehadiran uang kertas mulai tergeser, digitalisasi sistem pembayaran di Indonesia adalah keniscayaan.
Melangkah ke depan,Bank Indonesia memiliki Lima Visi Pembayaran Indonesia dan cetak biru pembayaran Indonesia 2025.Meski sejatinya sistem pembayaran digital lebih efisien dan cepat dibanding sistem pembayaran konvensional, namun resikonya pun harus diperhitungkan, seperti risiko cyber security.
Konektivitas Pembayaran ASEAN adalah bagian produk keuangan yang mengglobal, transaksi pembayaran yang tiada batas serta "hilangnya" batasan wilayah secara geografis. Namun Bank Indonesia akan terus mengawal stabilitas keuangan, sehingga tidak ada gangguan dalam penerapan sistem pembayaran ASEAN, kebijakan moneter tetap efektif.
Perlu dipahami bersama Konektivitas Pembayaran ASEAN, merupakan berkah tersendiri bagi pelaku industri tanah Air.Dengan memunculkan produk inovatif, serta luasnya volume pangsa pasar lintas negara yang bisa diakses, serta dapat dijangkau siapapun, membuka peluang UMKM Indonesia menjual produk dan menikmati pembayaran lintas negara, cross border interlinkage benar benar di depan mata, sangat sayang bila terlewat begitu saja.