Buka di rumah lebih santai, rilek dan tidak tergesa, akses untuk  melaksanakan Magrib juga telah terprediksi, jarak makan dan menuju masjid bisa dilampaui,mengingat hampir setiap hari ritme buka puasa seperti itu. Rumah menurut saya adalah tempat ternyaman untuk berbuka, fix itu fakta dan no debat ya hihi.
Untuk bicara hemat hematan, so pasti buka di rumah jauh lebih hemat, dengan uang lima puluh ribu, paling tidak bisa masak sendiri. Makan pun rame rame dan alhamdulillah selama bulan puasa, baik itu saa berbuka dan sahur, karena masak sendiri,secara higienis masakan juga lebih tahu. Ya Allah semoga Engkau menyampaikan umur kami hingga Ramadan berikutnya.
Reunian Sambil Bukber Bukan Adu Outfit
Sering heran dan timeline di media sosial yang menceritakan bahwa reunian di saat bukber itu begitu menyiksa? Apa benar begitu ya. Cerita reuni yang menyesakan, ada yang merasa menyesal karena reuni sambil bukber, malah adu outfit dan pencapaian. Malah kemudian mereka lupa akan hakekat berkumpul, yakni menjalin silahturahmi.
Beberapa kali mengadakan bukber bersama teman teman sekolah, entah itu SD,SMP atau SMA, beruntung banget bisa menghindari obrolan yang nyerempet nyerempet pencapaian masa kini.Saya tahu ada beberapa dari mereka memiliki pencapaian luar biasa di hidupnya.
Namun ternyata yang  di obrolkan adalah saat saat konyol berseragam putih abu abu, kenakalan saat modus kabur saat menghadapi mata pelajaran yang bikin gerah baju seragam. Tak ada olok olok kepada teman yang secara ekonomi di bawah, semua bergembira dan semua hepi.
Saya kadang tidak percaya, ada yang merasa minder ketika harus bukber dan reunian bersama teman satu angkatan. Tapi memang presepsi orang selalu berbeda. Beruntung punya teman seangkatan masa menempuh pendidikan, rata rata satu frekwensi, soal ngumpul ayo saja, karena tak ada yang terluka saat bukber, percaya deh.
Gagal Bukber di Istiqalal Gara gara Kehabisan Nasi Kotak
Ada kejadian menggelitik yang baru saja dialami saat berada di Masjid. Sebenarnya saya sudah berada di Istiqlal jam 2 siang,kebetulan saat itu ada kajian. Nah setelah Ashar keliling deh ke areal luar masjid. Ada antrian ternyata, nggak tahu antrian apa. Lalu kembali ke dalam masjid.
Semakin mendekati waktu Magrib, ruang utama Istiqlal  masih sepi sepi aja. Kumpulan jammah ternyata berada di sebelah belakang ruang utama. Ternyata di situlah pembagian nasi kotaknya. Karena terhitung telat datang, panitia hanya membagikan air mineral.