Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

NgeClick Bareng Sambangi Saung Ranggon dan Taman Buaya di Cikarang

4 Maret 2023   11:23 Diperbarui: 19 Maret 2023   17:30 1356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semoga Taman Buaya eksis di Bumi Swantantra Mukti Kabupaten Bekasi(dokpri)

Ketika Komunitas Commuter Line atau ClicKompasiana mengadakan event di Cikarang, jujurly penulis girang tak kepalang. Akhirnya Click mampir ke kota penulis juga, alhamdulillah karena ada  komunitas Kompasiana menyinggahi Cikarang. Dengan antusias daftar dong, seraya berdoa semoga keangkut nih.

Namun sehari sebelum acara di mulai, sempat was was karena wilayah Cikarang dan sekitarnya, hujan begitu deras dari pagi hingga malam.beberapa tempat malah sudah kebanjiran, namun ketika menjemput teman teman Click di Stasiun Cikarang, cuaca begitu bersahabat, cerah ceria, secerah peserta Jelajah Click.

Para peserta Jelajah Click naik angkot carteran menuju Saung Ranggon. Meski berdomisili di Cikarang, ini merupakan trip pertama bagi penulis, melewati kawasan MM2100 dan setelah kurang lebih satu jam perjalanan, akhirnya tiba di tujuan. Aroma khas bau tanah selepas hujan seakan menyambut rombongan di Saung Ranggon.

Amazing gaes, ternyata ada cultural heritage di Kabupaten Bekasi, cagar budaya yang diakui oleh Balai Pengelolaan Kepurbakalaan,Sejarah dan Nilai Tradisional, Dinas Pariwisata Dan Pariwisata Pemda Jawa Barat. Gara gara Click nih jadi tahu bahwa Saung Ranggon, awal mulanya merupakan tempat persembunyian.

Saung Ranggon Menyimpan Benda Pusaka

Pusaka Saung Ranggon diapit poto Bung Karno dan lukisan Nyi Roro Kidul(dokpri)
Pusaka Saung Ranggon diapit poto Bung Karno dan lukisan Nyi Roro Kidul(dokpri)

Sebelum memasuki rumah panggung Saung Ranggon, Bu Muthiah sebagai pimpinan rombongan minta izin kepada juru kunci atau kuncen. Sebelum masuk Saung  ada gentong air di sebelah kanan pagar gerbang, Saung Ranggon berdiri diatas lahan tanah 500 meter persegi,atapnya terbuat dari sirap kayu berbentuk atap Julang Ngapak.

Jika memasuki Saung Ranggon, melewati 7 undakan anak tangga yang terbuat dari kayu ulin,bangunan ini memiliki tinggi 2,5 meter, panjang 7,6 cm, dan lebar 7,2 meter. Konon dahulunya Saung Ranggon merupakan tempat persembunyian Pangeran Rangga Putra, anak dari Pangeran Jayakarta yang dikejar Kompeni Belanda di abad ke 16.

Di dalam ruangan Saung Ranggon yang minim cahaya, penulis melihat kain putih, poto Bung Karno yang berbingkai, repro lukisan Nyi Roro Kidul yang bergaun hijau. Koleksi benda pusakanya yaitu keris berjumlah 25 bila. Oh iya, setiap tanggal Satu Suro di penanggalan kalender Jawa, pusaka tersebut harus dibersihkan.

Yang menarik adalah hadirnya poto Bung Karno di Saung Ranggon, dalam sejarah Indonesia merdeka, telah tujuh presiden yang memerintah NKRI, namun hanya poto si Bung Besar yang terpajang. Ketika masih hidup,Bung Karno pernah singgah di Saung Ranggon untuk bermeditasi.

Semoga hadirnya Click Kompasiana di Saung Ranggon, menjadi titik balik, wisata di Saung Ranggon semakin dikenal, karena tulisan tulisan ciamik dari Punggawa Click. Salut untuk admin yang memilih Saung Ranggon, sebagai event komunitas. Kedepannya potensi wisata Saung Ranggon lebih tereksplor lagi.

Uniknya Musholla Berdinding Bambu dan Sumur Keramat

Musholla Al Saura berdinding anyaman bambu(dokpri)
Musholla Al Saura berdinding anyaman bambu(dokpri)
Saung Ranggon tak melulu bangunan utama yang terbuat dari kayu ulin, namun ada juga keunikan lagi yang bisa di eksplor, salah satunya adalah keberadaan mushola Al Saura. Bentuk bangunannya adalah panggung, dengan semua dindingnya terbuat dari anyaman bambu. Ada bedug kecil didepan musholla dan tentunya tempat wudhlu untuk bersuci sebelum sholat.

Di samping Saung Ranggon ada sebuah sumur yang beratap sirap kayu, lengkap dengan tiang timba. Konon sumur tua ini termasuk sumur keramat, untuk masuk ke areal Saung Ranggon memang harus seizin juru kunci atau kuncen. Beruntung rombongan Click di izinkan oleh kuncen untuk mengitari areal Saung Ranggon, termasuk melihat sumur keramat dan juga musholla unik berdinding anyaman bambu.

Bertemu Sri Mulyati Juru Kunci Saung Ranggon

Bu Sri Mulyati juru kunci Saung Ranggon(dokpri)
Bu Sri Mulyati juru kunci Saung Ranggon(dokpri)
Satu hal yang patut kita syukuri adalah bertemu dengan juri kunci Saung Ranggon, Ibu Sri Mulyati, perempuan paruh baya yang menginjak usia 75 tahun, mempunyai dua anak, empat cucu, satu cicit, terlihat bugar untuk perempuan berusia diatas 70 tahun.

Saung Ranggon ditemukan oleh Pangeran Abbas pada tahun 1821,Ibu Sri Mulyati merupakan keturunan keeenam dari Pangeran Abbas yang merupakan pasukan kerajaan Mataram. Secara turun temurun keluarga Pangeran Abbas mendiami Desa Cikedokan dan menjaga keberadaan Saung Ranggo hingga saat ini.

Ngobrol bareng bareng, bahwa banyak sekali cerita mistis yang melingkupi keberadaan Saung Ranggon. Bahkan bisa jadi, rombongan Click kalau berparas tampan dan jomblo, bisa di ikuti oleh penunggu tempat ini. Semoga kuncen Saung Ranggon diberkahi umur panjang dan sehat.

Dua Puluh Ribu Jelajahi Crocodile Park

Wisata murah meriah Taman Buaya(dokpri)
Wisata murah meriah Taman Buaya(dokpri)
Dua jam sebelum Taman Buaya di tutup untuk umum jam lima sore, rombongan Jelajah Click sudah berada di lokasi. Yeay akhirnya bisa nontonin buaya Irian(Crocodylus novaeguineae), buaya Sumatera dan juga buaya Kalimantan. Menurut Pak Warsidi yang telah menjadi pawang buaya sejak tahun 1986, koleksi buaya di Taman Buaya  mencapai 320 ekor.

Cukup bayar dua puluh ribu, pengunjung bisa puas puasin melihat buaya. Bahkan penulis sempat melihat dua buaya bertarung, ternyata suara buaya mirip auman singa namun dengan volume yang lebih pelan. Menyusuri kolam kolam penangkaran. Suasana Taman Buaya memang cocok untuk rekreasi bagi keluarga.

Keluarga Pak Nanda memilih hiling akhir pekan di Taman Buaya(dokpri)
Keluarga Pak Nanda memilih hiling akhir pekan di Taman Buaya(dokpri)
Akhir pekan, penulis bertemu dengan keluarga Pak Nanda, ia membawa istri dan buah hatinya bernama David.

"Senang bisa bareng keluarga mengunjungi Taman Buaya,hiling ama si kecil, tempatnya juga tidak terlalu jauh dari rumah,"ucap Pak Nanda ketika ditanya penulis.

Bagi keluarga di Cikarang,Bekasi atau Cikarang, boleh nih jajalin suasana tempat rekreasi unik, satu satunya di Bekasi. Dengan harga dua puluh ribu, tentu saja tiket yang dibayarkan, tidak sampai menguras isi dompet lho.

Sayang belum bisa melihat atraksi buaya makan, soalnya jadwalnya di hari Selasa dan Jum'at. Menarik mendengar penjelasan Pak Warsidi yaitu biaya untuk umpan buaya tergolong mahal, sekali makan, butuh kurang lebih 300 kg daging ayam. Sedangkan pihak pengelola bergantung kalkulasi jumlah tiket pengunjung.

Idealnya buaya buaya di beri makan tiap hari, namun alokasi pembelian makanan untuk buaya tersendat. Tak heran bila dahulunya koleksi buaya bisa mencapai 500 ekor, saat ini semakin menyusut.

Ada Buaya Buntung di Taman Buaya

Kisah buaya buntung yang seru bila disimak(dokpri)
Kisah buaya buntung yang seru bila disimak(dokpri)
Buaya buntung dikira mah hanya cerita fiksi, sekedar bumbu pengantar bobo di masa kecil. Ternyata buaya buntung benar ada loh, bahkan kolam penangkarannya bersebelahan dengan buaya putih. Koleksi buaya buntung dan buaya putih,menjadi keunikan tersendiri di Taman Buaya.

Konon buaya buntung dekat deket dengan suasana mistis yang melingkupinya, jika pasangan belum dapat momongan, atau bagi mereka yang belum bertemu jodoh. Bisa dicoba ngasih bebek atau ayam sebagai santapan. Boleh percaya atau tidak, tergantung pengunjungnya sih.

Aset Wisata Yang Mulai Terlupakan

Semoga Taman Buaya eksis di Bumi Swantantra Mukti Kabupaten Bekasi(dokpri)
Semoga Taman Buaya eksis di Bumi Swantantra Mukti Kabupaten Bekasi(dokpri)
"Tujuh tahun lalu tempatnya masih terawat, namun ketika saat ini berkunjung kembali, kok jadi begini ya" keluh Sudrajat menyayangkan.

Mungkin keluhan pengunjung seperti Sudrajat, mewakili keberadaan Taman Buaya yang kondisinya megap megap kekurangan biaya operasional. Berharap kepada Pemda Kabupaten Bekasi, seakan jauh panggang ke api. Taman Buaya menurut Pak Warsidi, sepeninggal pemiliknya, jadi kurang terawat, mengingat ahli warisnya,tidak setelaten Ayahnya ketika mengurus Taman Buaya.

Apalagi ketika adanya pandemi Covid-19, suasana sepi karena adanya peraturan PPKM, jumlah pengunjung anjlok, bahkan Taman Buaya sempat tutup. Namun saat ini dibuka kembali untuk umum, menurut petugas penjaga karcis,hari biasa ada sekitar 20 pengunjung datang.Namun jumlah pengunjung akan naik ketika akhir pekan.

Penulis sebagai warga Kabupaten Bekasi, berharap agar Pihak Pemda Kabupaten Bekasi, memberikan perhatian agar Taman Buaya menjadi destinasi tujuan wisata unggulan di Bekasi.Sayang sekali jika kehadiran Taman Buaya, yang telah ada sejak 32 tahun lalu, meredup karena masalah operasional.

Momen Seru Click di Cikarang dari Maksi Hingga Pengumuman Pemenang di Angkot

Ngetrip seru Click seru banget nih(dokpri)
Ngetrip seru Click seru banget nih(dokpri)
Tak terasa empat jam ngubek Cikarang, ada beberapa momen seru yang kayaknya susah moment. Seperti makan di restoran Padang, bukan ngefans banget dengan  rendang, lebih ke pilihan, itulah resto Padang yang pertama di lihat rombongan Click hehe. Setelah sebelumnya gagal makan di warung makan dekat Saung Ranggon.

Moment yang menurut penulis oke banget, yaitu satu persatu peserta Click Jelajah Cikarang menyerahkan buku untuk di donasikan. Ini termasuk moment ciamik saat Click Jelajah Cikarang, buku buku yang terkumpul dari rombongan Click, rencananya akan di donasikan, Selain bersenang senang, tak lupa berbagi dengan sesama, keren!

Naik angkot warna merah bata, khas kendaraan umum di Bekasi, yuk ah biar mobilnya ajrut ajrutan karena kondisi jalanan di Bekasi mohon maklum. Tapi tetap saja ada gelak tawa, yang seru saat Bu Muthiah mengumumkan pemenang postingan di Instagram, maka terpilihlah ketiga pemenang, yakni Mbak Yayat, Mbak Denik dan Mbak Sukma, selamat ya dapat kaos cantik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun