Semoga hadirnya Click Kompasiana di Saung Ranggon, menjadi titik balik, wisata di Saung Ranggon semakin dikenal, karena tulisan tulisan ciamik dari Punggawa Click. Salut untuk admin yang memilih Saung Ranggon, sebagai event komunitas. Kedepannya potensi wisata Saung Ranggon lebih tereksplor lagi.
Uniknya Musholla Berdinding Bambu dan Sumur Keramat
Saung Ranggon tak melulu bangunan utama yang terbuat dari kayu ulin, namun ada juga keunikan lagi yang bisa di eksplor, salah satunya adalah keberadaan mushola Al Saura. Bentuk bangunannya adalah panggung, dengan semua dindingnya terbuat dari anyaman bambu. Ada bedug kecil didepan musholla dan tentunya tempat wudhlu untuk bersuci sebelum sholat.
Di samping Saung Ranggon ada sebuah sumur yang beratap sirap kayu, lengkap dengan tiang timba. Konon sumur tua ini termasuk sumur keramat, untuk masuk ke areal Saung Ranggon memang harus seizin juru kunci atau kuncen. Beruntung rombongan Click di izinkan oleh kuncen untuk mengitari areal Saung Ranggon, termasuk melihat sumur keramat dan juga musholla unik berdinding anyaman bambu.
Bertemu Sri Mulyati Juru Kunci Saung Ranggon
Satu hal yang patut kita syukuri adalah bertemu dengan juri kunci Saung Ranggon, Ibu Sri Mulyati, perempuan paruh baya yang menginjak usia 75 tahun, mempunyai dua anak, empat cucu, satu cicit, terlihat bugar untuk perempuan berusia diatas 70 tahun.
Saung Ranggon ditemukan oleh Pangeran Abbas pada tahun 1821,Ibu Sri Mulyati merupakan keturunan keeenam dari Pangeran Abbas yang merupakan pasukan kerajaan Mataram. Secara turun temurun keluarga Pangeran Abbas mendiami Desa Cikedokan dan menjaga keberadaan Saung Ranggo hingga saat ini.
Ngobrol bareng bareng, bahwa banyak sekali cerita mistis yang melingkupi keberadaan Saung Ranggon. Bahkan bisa jadi, rombongan Click kalau berparas tampan dan jomblo, bisa di ikuti oleh penunggu tempat ini. Semoga kuncen Saung Ranggon diberkahi umur panjang dan sehat.
Dua Puluh Ribu Jelajahi Crocodile Park
Dua jam sebelum Taman Buaya di tutup untuk umum jam lima sore, rombongan Jelajah Click sudah berada di lokasi. Yeay akhirnya bisa nontonin buaya Irian(Crocodylus novaeguineae), buaya Sumatera dan juga buaya Kalimantan. Menurut Pak Warsidi yang telah menjadi pawang buaya sejak tahun 1986, koleksi buaya di Taman Buaya  mencapai 320 ekor.
Cukup bayar dua puluh ribu, pengunjung bisa puas puasin melihat buaya. Bahkan penulis sempat melihat dua buaya bertarung, ternyata suara buaya mirip auman singa namun dengan volume yang lebih pelan. Menyusuri kolam kolam penangkaran. Suasana Taman Buaya memang cocok untuk rekreasi bagi keluarga.