Ilustrasi gambar pixabay.com
Tak bersuara dalam kata kata
Akan tetapi tak bisa hentikan tutur yang terucap
Bukan dengungan namun lolong yang tertancap di ujung mulut
Ketika asumsi  mengeluarkan makna
Seiring keinginan menyapa mayapada
Akankah lolongan ini menembus relung hati para kaum yang sedang mencari
Agar tetap waspada dengan apa yang didengar dan dilihat
Lolong  itu semakin rapat nan kukuh
Untuk bisa menggedor gendang telinga
Memaksa membangun rasa sadar dalam jiwa
Menyirami telinga agar tak mampat oleh aliran suara
Lolong kesakitan dan juga kelaparan
Yang menghimpit kaum marjinal seutuh waktuÂ
Adakah lolong si papa hanya memantul sesaat
Setalah itu menguap dalam kubangan kebosanan
Sakitnya semakin memerih dalam ratapan tak bertepi
Terkapar dalam ketidakberdayaan
Sehingga leher pun selaksa sakit yang menyiksa
Gumaman kecil tak lagi sudi terdengar
Seribu lolongan ambyar tak berbekas
Entah sampai kapan suara itu terdengar
Hanya waktu yang akan memanen keinginan
Agar lolongan sekali saja bisa terpenuhi untuk didengar
Sekali saja sekali saja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H