Memasuki hari hari hari terakhir di bulan Ramadan biasanya konsentrasi mulai terpecah, siap siap beli baju baru, memikirkan mudik ke kampung ataupun mematut kue mana yang akan disajikan nanti saat lebaran. Kemeriahan masjid dipadati jamaah mulai menyurut, menyisakan deretan shaf semakin maju ke depan.
Dibalik konsentrasi yang mulai bercabang karena lebaran kian mendekat, ada moment istimewa yang sebenarnya bisa dioptimalkan untuk meraup amalan dan inilah kesempatan kita semua untuk mendapatkannya tanpa memandang status sosial seseorang. Pada umumnya waktu terbagi menjadi malam dan juga siang.
Malam merupakan waktu tepat untuk melakukan perenungan dalam perjalanan kehidupan insan manusia. Beruntung sekali di bulan suci ada malam malam spesial yang didalamnya adalah ummat Islam diberi kesempatan untuk menjemput malam kemuliaan yakni lailatul qadar, siap siap nih karena saat itu bisa disebut sepuluh malam terakhir Ramadhan.
Kalau bisa sih jangan berhenti untuk berharap agar tahun ini, puasa tidak lewat begitu saja, ada satu kesan yang didapat, salah satunya kita bisa menjemput malam Lailatul Qadar, berlomba untuk mendapatkannya. Harapan kita semua adalah Allah SWT meridhai apa yang kita lakukan selama bulan suci, aamiin.
Mengoptimalkan Malam Seribu Bulan
Dalam penanggalan kalender Hijriyah yang memiliki 12 nama bulan, di awali dengan Muharram dan di akhiri Dzulhijjah. Dalam deretan nama bulan tersebut, ada satu bulan yang begitu dirindukan kehadirannya oleh ummat muslim di seluruh dunia. Bulan kesembilan dalam penanggalan Islam, bulan Ramadhan.
Bulan suci dimana ummat muslim yang telah balig, berakal sehat, mampu berpuasa dan mengetahui awal Ramadan selayaknya mengerjakan puasa, Bulan kesembilan bernama Ramdahan memang memiliki segudang keistimewaan. Dalam rentang sebulan pelaksanaan bulan puasa ada bejibun kebaikan yang sayang untuk terlewati begitu saja.
 Barang siapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan barang siapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu,nilainya sama dengan tujuh puluh kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya. Keutamaan sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadhan (HR. Bukhori-Muslim)."
Inilah mengapa kita harus mengoptimalkan ibadah di bulan suci, apalagi saat mendekati sepuluh hari terakhirnya. Bahkan dalam Quran Surat Al Qadar di ayat 3 disebutkan" Malam Kemuliaan lebih baik dari seribu bulan. Bahwa ummat Nabi Muhammad yang relatif usianya lebih pendek dibanding ummat Nabi Nabi lain mempunyai kesempatan istimewa.
Seribu tahun bila disetarakan dengan umur manusia, kurang lebih 83 tahunan. Namun kita semua yang mengimani kerasulan Muhammad diberikan penghargaan yang luar biasa oleh Allah SWT dengan hadirnya malam Lailatul qadar. Meski tidak dijelaskan secara rinci malam keberapa lailatul qadar terjadi, ini malah menjadi pemicu bagi kita semua untuk kokoh beribadah setiap saat.
Menjemput Lailatul Qadar  Yay or Nay
Siapapun ummat Islam memang berkesempatan untuk menjemput lailatul qadar, peluang yang sama bagi kaum lelaki dan perempuan. Namun sejatinya meraih lailatul qadar adalah memerlukan upaya serta bersungguh sungguh untuk meraihnya, ada banyak hal yang bisa kita dapat dilakukan untuk menjemput lailatul qadar.
Salah satu hal yay alias bisa dilakukan untuk menjemput Lailatul Qadar adalah dengan melakukan itikaf. Bahkan kegiatan itikaf ini dilakukan Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya hingga meninggal dunia, ada penjelasan hadist yang menyatakan bahwa Nabi melakukan itikaf di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan.
Itikaf adalah berdiamnya seseorang didalam masjid dengan niat, tujuan dari itikaf itu sendiri adalah merasakan kehadiran Allah. Banyak hal yang bisa dilakukan seseorang ketika melaksanakan itikaf, membaca quran, melafalkan kalimat zikir seperti tahlil, takbir dan tahmid atau mengkaji ilmu tentang keislaman.
Namun niatan untuk melakukan itikaf selayaknya dibarengi niat yang kuat, ada beberapa hal yang membuat itikaf menjadi nay dan membuat itikafnya menjadi batal. Hal ini juga harus diperhatikan juga, ada beberapa hal yang membatalkan itikaf dan dengan cara cerdas kita bisa menyingkapinya.
Adapun hal hal yang membatalkan itikaf adalah, melakukan hubungan pasutri, mengeluarkan sperma, mabuk yang di sengaja, haid, nifas, keluar tanpa alasan, keluar untuk memenuhi kewajiban yang tidak bisa ditunda dan keluar disertai alasan hingga beberapa kali, padahal keluarnya karena keinginan sendiri.
Fadilah Terbaik di Akhir Bulan Suci, Gaskeun Gaes!
Penulis pun kerap mengalami hal hal yang membuat sepuluh hari bulan Ramadhan seakan berlalu begitu saja. Jika awal puasa terasa bergairah namun malah menjelang Ramadhan berakhir, spirit itu seakan menghilang. Semoga saja kita semua berupaya agar tetap dikuatkan agar tak melewatkan begitu saja kesempatan emas di sepuluh terakhir bulan puasa.
Dalam kitab Tanbihul Ghafilin" Peringatan dan Nasehat bagi Orang orang yang Lalai" ada empat golongan tak bisa mereguk nikmatnya pintu ampunan dan juga kasih sayang Allah kepada umat nabi Muhammad, siapakah mereka? Kenapa tidak bisa menikmati lailatul qadar yang memiliki keutamaan.
Mereka yang suka meminum khamer atau sesuatu yang memabukan, anak durhaka kepada orang tua, orang yang suka memutuskan silahturahmi dan orang yang suka bermusuhan adalah orang orang yang tidak dimaafkan Allah pada malam lailatul qadar. Yuk sebisa mungkin kita semua menjadi orang yang berperilaku baik.
Menyoal malam lailatul qadar, meski tak disebutkan secara langsung. Namun kita bisa gaskeun lha karena ada kisi kisi dari Rasulullah yang bisa kita lakukan ketika bulan suci tiba seperti saat ini, dalam HR. Al Bukhori nomor 2017 "Carilah malam Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan."
Menjadi Alumni Ramadhan Dengan 10 Malam Terakhir yang Indah
Bergegas berbuat kebaikan di bulan puasa, sepuluh malam terakhirnya pun berupaya mendapat berkah Lailatul Qadar. Usai bulan suci maka akan ada hari hari lain, bulan berbeda yang akan semua kita jalani, akankah "pesantren Ramadhan" menjadi pembelajaran yang membuat kita semua menjadi pribadi lebih baik.
Saat Ramadhan mampu menahan emosi dan amarah, apakah jejak itu ternoktah di hari hari setelah bulan puasa. Ketika Ramadhan tiba berdekatan dengan yang namanya Al Quran dan bahkan mampu menuntaskan bacaan hingga beberapa kali. Rutinitas ibadah sunah pun dikerjakan dengan senang hati, namun adakah nantinya hal itu membekas di bulan lain.
Sebisa mungkin ketika di bulan bulan lain, kualitas dan pencapaian ibadah sama dengan di bulan suci, tetap ada gairah untuk berbuat kebajikan. Namun memang acapkali seusai bulan puasa malah seakan menjadi antiklimaks, sebisa mungkin ketika bergiat di bulan Ramadhan, maka beribadah pun tetap asyik di bulan lain.
Bila diumpamakan Ramadhan itu sebuah institusi pendidikan, kita yang saat ini berada di "sekolah" Ramadahan, mampu menjadi alumni terbaik disaat tidak lagi berpuasa, bulan Ramadhan mewarnai perilaku kita di bulan bulan yang lainnya. Menjemput Lailatul Qadar dengan indah, yuk kita bisa yuk!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H