Masa purna bakti sebagai perwira polisi tak membuat Thamrin Dahlan , M.Si berpangku tangan sebagai pensiunan. Pria kelahiran Tempino, Jambi pada 7 Juli 1952. Dunia literasi menjadi hal yang tak terpisahkan, memulai menulis  di Kompasiana sejak 19 Agustus 2010, sebanyak 2910 artikel  telah ditulis dengan jumlah pembaca 1.676.724. Thamrin Dahlan termasuk kompasianer senior yang tetap rendah hati.
Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Azazi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-0013926.AH.01.12 Tahun 29 Juli 2019. Setiap karya memperoleh derajad keabadian, ini membuka peluang untuk menyumbang dan menambah kekayaan literasi Indonesia. Muara tulisan adalah buku dan sejatinya buku adalah mahkota seorang penulis.
Hingga saat ini Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan telah menerbitkan 314 buku sejak tahun 2020, puluhan genre buku dihasilkan dan membawa api semangat literasi yang tentu saja memberi pengaruh terhadap minat baca di tanah air. Buku buku yang diterbitkan YPTD menyebar ke seluruh pelosok tanah air, mengingat penulis buku berasal dari daerah di tanah air dan beragam latar belakang pendidikan.
Mempunyai buku bukan menjadi monopoli para penulis terkenal, bahkan jika menerbitkan buku di YPTD tak perlu pusing dengan Lisensi Perpustakaan Nasional Barcode International Standart Book Number. Saat ini YPTD merupakan Anggota Ikatan Penerbit Indonesia(IKAPI) dengan Nomor: 604/Anggota Luar Biasa/DKI/2021 Tanggal 1 Oktober 2021.
Menerbitkan buku laksana mengumpulkan tulisan terserak. Salah satu tagline yang menggugah adalah YPTD tetap komitment menerbitkan buku ber ISBN melalui sistem pembayaran seikhlasnya. Hal ini membuka jalan bagi para penulis, meski belum punya nama ataupun tidak terkenal, namun terbantu dengan YPTD untuk menerbitkan sebuah buku.
JNE Menjadi Bagian Menyebarkan Literasi Ke Seluruh Pelosok Nusantara
Badan khusus Perserikatan Bangsa Bangsa yang mengurusi bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan, UNESCO memberikan standar bahwa minimal 3 buku baru per orang per tahun. Indonesia memiliki rasio nasional 0,09 untuk jumlah bahan bacaan dari total penduduk, yang berarti satu buku di tunggu oleh 90 orang pertahun. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan indeks kegemaran membaca tingkat terendah.
Fakta yang memiriskan hati adalah rilis yang dilakukan Organization for Economic Co-operation and Development tahun 2019 berdasarkan survey Program for International Student Assessement yang menempatkan Indonesia berada di peringkat 62 dari 70 negara yang disurvey. Berarti negeri yang kita cintai ini adalah termasuk 10 besar peringkat terbawah.
Daripada mengutuk kegelapan lebih baik menyalakan lilin, adigium ini serasa pas bagi hadirnya YPTD yang menggeliat untuk menyalakan api spirit literasi dengan menerbitkan buku buku dari para penulis yang berdomisili di daerah daerah tanah air. Salah satu kunci keberhasilan distribusi buku adalah mengirimkannya melalui JNE.
Indonesia yang memiliki wilayah yang luas dan memiliki ribuan pulau, namun bukan halangan untuk JNE mengirimkan barang tepat waktu. Seperti yang diutarakan Thamrin Dahlan sebagai founder YPTD kepada penulis , pengiriman paket melalui JNE sangatlah menyenangkan karena dapat terpantau melalui aplikasi MY JNE.
Karena buku terbitan YPTD ditulis oleh puluhan orang yang berada wilayah Indonesia, langsung atau tidak langsung, sebenarnya JNE telah membantu budaya baca di tanah air. Dari ujung Papua hingga Sumatera, dari pulau paling Selatan  hingga Utara Indonesia, JNE menjangkau dengan layanan seperti Yakin Esok Sampai(YES) hingga Ongkos Kirim Ekonomis(OKE) dan juga layanan lainnya dari JNE Express, JNE Logistic maupun JNE Freight.
UMKM & JNE Bagai Sisi Uang Koin Yang Tak Terpisahkan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah jika dihitung hitung telah tiga kali melewati masa krisis ekonomi, pada tahun 1998, nilai rupiah terjun bebas dari Rp 2.500 menjadi Rp 16.500 per dolar Amerika Serikat. Bank bank terlikuidasi dan perusahan besar bertumbangan. Di tahun 2008, Indonesia kena imbas krisis keuangan global gegara subprime mortage yang dimulai dari Amerika Serikat.
Dua krisis ekonomi nasional itu ternyata tak mampu melumpuhkan keberadaan UMKM, denyut nadi ekonomi masih tetap bertahan. Bukti sahihnya adalah data Badan Pusat Statistik(BPS), jumlah tenaga kerja UMKM pada tahun 1998 mencapai angka 64,31 juta, ada penurunan 1,96 % dibanding tahun 1997 yang mencapai 65,6 juta. Namun setahun setelah krisis, angkatan tenaga kerja UMKM terkerek menjadi 67,16 juta atau naik 4,4 %.
Serapan tenaga kerja berada di angka 90,49 juta dan mengalami kenaikan 3,9% dibanding tahun sebelumnya ketika krisis ekonomi 2008. Lagi lagi UMKM memang menunjukan tajinya untuk bertahan. Namun di tahun 2020 dan juga 2021, UMKM di uji kembali dengan hadirnya pandemi Covid-19.
Dampak negatif pandemi dirasakan oleh 82,9 % UMKM, selama masa pandemi hanya 5,9 % mengalami pertumbuhan positif seperti yang dirilis Katadata Insight Center. Tiga krisis ekonomi yang dirasakan UMKM dibersamai juga oleh JNE. Sama sama melewati masa sulit, ibarat UMKM dan JNE sisi mata uang yang tak bisa terpisahkan.
Salah satu terobosan yang dilakukan adalah ketika JNE mempersembahkan Pesanan Oleh-Oleh Nusantara(PESONA) yang mengajak penggiat UMKM bergabung dan bersinergi dalam platform food e-commerce yang dimiliki JNE. Usaha Kecil Menengah makanan dan oleh oleh di seluruh tanah  mendapat tempat menjual produk secara online dan hal ini dipersembahkan oleh JNE.
Bila menyaksikan "Cerita Joni" ada optimisme bahwa pelaku UMKM memang memiliki mental pemenang dan pekerja keras untuk keluar dari kesulitan menghadapi pandemi dan mereka tetap optimis menyapa pembeli dengan mengirimkan barang dagangannya melalui JNE dan menikmati reward JNE Loyalty Card yang memberikan berbagai keuntungan.
Â
Era Digital Ketika JNE Memberikan Kontribusi Menunjang Kebutuhan Gaya Hidup
 JNE hadir memberikan layanan prima di era digital(dokpri)
Generasi Z yang lahir antara tahun 1996 hingga 2012 adalah generasi yang boleh dibilang sangat akrab dengan namanya gadget dan juga mengenal teknologi digital sejak usia dini, boleh dibilang mereka dunia digital.Dari sensus penduduk tahun 2020, populasi generasi Z mencapai 74,93 juta atau 27,94% dari total penduduk Indonesia.
Mereka yang berada di era digital dimudahkan mendapatkan akses melalui gadget, angka 170,4 juta adalah pemilik smartphone di Indonesia dan menempatkan negeri ini menjadi negara nomor empat didunia yang memiliki smartphone. Penetrasi smartphone di tanah air mencapai 61,7 % menurut data Newzoo pada tahun 2020.
Tak pelak lagi memang kecepatan arus informasi adalah kunci dan JNE bagian yang tak terpisahkan diera digital ini. Memiliki titik layanan mencapai 6000 lokasi dan diperkuat karyawan sebesar 40.000 memberikan harapan bahwa JNE mampu membantu perekonomian Indonesia. UMKM mendapat tempat istimewa di keluarga besar JNE.
Jumlah UMKM 64,2 juta dan memiliki kontribusi 61,07 persen atau senilai Rp 8.573, 89 Triliun berdasarkan data Kementerian KUKM pada tahun 2020. Sebuah angka yang terbilang besar meski level UMKM kerap dipandang sebelah mata, namun yang pasti memang UMKM tetap bertahan meski mengalami berkali kali krisis ekonomi.
Bersyukur JNE tetap menunjukan kepedulian terhadap usaha kecil menengah ini, apalagi saat ini telah terbukti di era digital, mengembangkan usaha jauh lebih mudah dan dengan jangkauan lebih luas karena penetrasi internet sehingga pangsa pasar terbuka lebih, tinggal memanfatkan momentum untuk berkembang.
Marketplace, financial technologi dan juga ragam produk digital dapat dimanfaatkan oleh UMKM, saatnya memang segala kebutuhan gaya hidup dapat tercukupi dengan sekali klik dan keuntungannya adalah waktu yang digunakan realtif singkat, selamat datang di era digital. UMKM dan JNE akan terus bersinergi membawa perubahan ekonomi nasional lebih baik lagi.
31 Tahun Untuk Indonesia Maju
Tiga  dasawarsa JNE, memberikan yang terbaik bagi Indonesia(dokpri)
Merentang waktu hingga tiga dasawarsa di kancah distribusi logistik, mewarnai perkembangan ekonomi Indonesia dengan rantai pasok hulu hingga hilir. Saat ini PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir terus memberikan persembahan inovatif yang awalnya memulai kegiatan penanganan kegiatan kepabeanan/impor kiriman barang/dokumen serta pengantarannya dari luar negeri ke Indonesia.
Mengusung Visi Menjadi Perusahaan Logistik Terdepan di Negeri Sendiri yang Berdaya Saing Global. Dari tahun 1998 hingga 2021 telah meraih 124 penghargaan, membuktikan bahwa JNE bukanlah korporasi kaleng kaleng. Tetap fokus membidik misi Untuk Memberi Pengalaman Terbaik Kepada Pelanggan Secara Konsisten.
Merangkum nilai nilai perusahaan berupa Jujur, Disiplin, Tanggung Jawab serta Visioner. Hal inilah yang menjadi api semangat untuk tetap memelihara eksistensi, apalagi JNE dikenal sebagai perusahaan yang menaruh respek terhadap konsumen.
Tercermin dari qoute menarik yang dipaparkan Presiden Direktur Mohammad Feriadi yakni JNE berprinsip bahwa pelanggan itu raja dan selalu konsisten dalam melayani dan membina hubungan baik pelanggan dan lingkungan. Dengan quote yang inspiratif tersebut, tak heran JNE banyak memikat hati pelanggan, luar biasa!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H