Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jangan Memunggungi Sektor Pertanian

12 Agustus 2020   21:46 Diperbarui: 12 Agustus 2020   21:41 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masa panen adalah ketika saat yang di tunggu oleh banyak petani(dokpri)

Sehebat apapun negara namun jika abai dengan sektor pertanian maka dipastikan masa depan negara tersebut perlahan lahan akan menyurut dalam percaturan dunia, sektor pertanian tak bisa di abaikan begitu saja, bahkan inilah yang menjadi ruh bagi suatu bangsa, berdiri sebagai negara yang mandiri dan berketahanan pangan bagi bangsa Indonesia adalah sebuah keniscayaan, asalkan jangan pernah sekali kali memunggungi sektor pertanian.

Luas lahan baku sawah menurut data Badan Pusat Statistik berada di angka 7.463.948 hektare pada tahun 2019, hal ini merupakan modal awal menatap sektor pertanian Indonesia lebih cerah lagi, namun seraya berharap agar lahan pertanian pun tak menyusut karena pengalihan fungsi lahan untuk kawasan industri maupun infrastruktur menjadi harapan kita bersama.Perlu juga di waspadai tentang perubahan iklim, Consultative Group On International Agri Cultural Reseach memperkirakandi tahun 2030 akan ada penurunan produksi pertanian di sebabkan perubahan iklim.

Saat ini revolusi industry 4.0 menjalar ke segala bidang, begitu pun dengan sektor pertanian, memanfaatkan kemajuan teknologi bukan lagi hal yang tabu untuk sektor pertanian, penggunaan teknologi di sektor pertanian atau yang kerap di sebut pertanian presisi yang mengembangkan tata kelola variabilitas hasil, tanah dan gulma di satu lahan agar hgasil tanaman meningkat serta dampak kerusakan terhadap lingkungan bisa sekecil mungkin di hindari.

Optimisme perlu di apungkan agar sektor pertanian mampu menjawab tantangan zaman, bukan lagi sekarang saling menghujat namun memperbanyak kolaborasi adalah satu hal yang perlu di upayakan agar sektor pertanian makin Berjaya di era milenial, yakin bisa jika saling bersatu padu antar anak bangsa untuk memajukan pertanian Indonesia.

Usia Milenial Bergairah Terjun di Sektor Pertanian

Kaum milenial perlu berada langsung di sektor pertanian(dokpri)
Kaum milenial perlu berada langsung di sektor pertanian(dokpri)
Di tahun 80-90an cukup banyak generasi petani yang tetap berada di desa desa dan mereka setia dengan pekerjaannya sebagai petani, mengelola sawah dengan penuh kesabaran seraya berharap panen melimpah. Ketika itu penulis kerap ke sawah bersama Emak, ikut menikmati suasana saat  padi di tanam atau pun bergembira saat panen tiba, tersebutlah nama nama seperti Mang Suryaman, Abah Samadi atau juga Kak Ruk yang merupakan petani penggarap sawah berjibaku mengelola sawah dari mulai awal tanam hingga panen menjelang.

Tiga dekade berselang, suasana di sawah pun jauh berbeda, ada regenerasi petani namun terasa tersendat, tak banyak generasi zaman now atau generasi milenial yang mau belepotan lumpur dan berada di sawah, mereka berharap menjadi youtuber dengan penghasilan yang jauh berlipat lipat di banding petani yang kerap di bakar terik mentari dan penghasilannya pun pas pasan. 

Perlu menarik minat kaum milenial untuk berada di sektor pertanian, zaman memang telah berubah, di desa penulis yakni Rajawetan dan berada di kaki gunung Ciremai, mengelola sawah pun tak perlu lagi kerbau untuk membajak sawah.

Ada traktor yang telah menggantikan tenaga kerbau, sistem irigasinya pun semakin membaik, menarik minat kaum milenial untuk berada di sawah menjadi tantangan tersendiri, lagi pula jika mereka terampil di sawah maka tak perlu juga menjadi kaum urban dan mencari lowongan di kota kota besar. Apalagi saat ini Kementerian Pertanian memiliki program unggulan bernama program pengembangan Pertanian Korporasi Berbasis Mekanisasi.

Kaum milenial yang biasanya lebih familiar dengan gadget dan juga mahfum tentang menggunakan aplikasi di smartphone tentu bisa memanfaatkan PKBM ini karena program juga memakai sistim aplikasi bernama UPJA Smart Mobile. Saatnya menghapus stigma bahwa kaum milenial identik dengan kaum rebahan, santuy namun berharap mempunyai pendapatan gede. 

Jika kaum milenial mau terjun ke sektor pertanian maka ada harapan besar ketahanan pangan negeri ini pun tak melulu bergantung kepada import produk pertanian, namun produk pertanian lokal pun terus menggeliat mencukupi pasar domestik.

Peralatan pertanian modern memang diperlukan agar hasil lebih melimpah(dokpri)
Peralatan pertanian modern memang diperlukan agar hasil lebih melimpah(dokpri)
Mengapresiasi apa yang ingin di wujudkan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo yang berkomitmen melahirkan 2,5 juta pengusaha milenial sektor pertanian dan ini merupakan hal yang menggembirakan akan muncul petani yang usia produktifnya relatif lebih remaja, karena petani petani di era 80-90an telah beranjak menua. Saatnya yang muda mencintai sektor pertanian tanpa harus memunggungi.

Mengkolaborasi Kearifan Pranata Mangsa Dengan Saint Kekinian

Urusan bercocok tanam bagi bangsa Indonesia bukanlah hal yang baru, bahkan negeri yang kita cintai ini dikenal sebagai negara agraris, ada satu kearifan lokal yang dipunyai bangsa ini di sektor pertanian, warisan leluhur itu bernama Pranata Wangsa yang mampu membaca dan menginformasikan perubahan musim dan juga menentukan masa panen, spirit Pranata Wangsa yang mengadaptasi peredaran matahari dengan pengamatan yang seksama. Sungguh hal yang menakjubkan warisan nenek moyang kita ketika memberikan pengetahuan yang adi luhung untuk bisa bercocok tanam.

Mungkin saat ini sistem Pranata Wangsa di anggap ketinggalan zaman, padahal dari kearifan lokal tersebut berpuluh puluh tahun, petani di tanah air khususnya di pulau Jawa mampu membaca musim dengan tepat dan hasil panen pun mencukupi kebutuhan. Saatnya kini pun kita menengok ke belakang dan memahami tentang Pranata Wangsa seraya mengkolaborasikannya dengan pengetahuan modern.

Apalagi kemampuan para teknokrat pertanian di Indonesia pun nggak juga sedikit, bila saja ada kolaborasi pengetahuan bidang pertanian kuno bernama Pranata Mangsa dan di padu ilmu pertanian modern, bukan hal yang mustahil nantinya sektor pertanian di masa depan akan semakin cerah. Berharap pemangku kebijakan sektor pertanian mampu menerapkan sistem pertanian modern namun tak melupakan warisan leluhur.

Sistem Irigasi Sebagai Satu Kesatuan Dengan Pertanian

Air dan tanah adalah komponen vital di dunia pertanian, indikasi tanah yang subur dengan memiliki jumlah air yang cukup sehingga mampu menghidupkan tanaman, setiap bercocok tanam, fungsi air tak bisa dianggap remeh karena salah satu baik buruknya hasil pertanian adalah ketersedian air. Faktor irigasi menjadi penentu bagi keberlangsungan sektor pertanian, pada tahun 2018 lahan irigasi mencapai 7,2 juta hektar namun hanya 11 % saja yang mendapat jaminan air dari bendungan.

Aliran irigasi yang lancar memang diperlukan, namun seiring makin banyaknya bendungan yang di bangun, ada harapan nantinya grafik pencapaian sektor pertanian naik dan ini merupakan berita baik untuk kita semua. Irigasi memang bagian tak terpisahkan dari sektor pertanian. Program pertanian beririgasi masuk dalam Program Pembangunan Jangka Panjang yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Indonesia 2005-2025.

Bahwa ada potensi air permukaan di Indonesia sebesar 2,7 trilun meter kubik/tahun, dapat di manfaatkan 691,3 milyar kubik/tahun dan  untuk sektor irigasi mencapai 177,1 meter kubik/tahun. Selain itu pemerintah juga berkomitmen dengan kebijakan perbaikan irigasi rusak serta jaringan irigasi di 3 juta hektar sawah, pemeliharaan jaringan irigasi 8,8 juta hektar. Semoga dengan upaya tersebut baik irigasi maupun pertanian pada waktunya akan menjadi sektor yang di banggakan kita semua.

Maju terus sektor pertanian dan masa depan sumber daya alam serta sumber daya manusia akan lebih progresif seiring dengan dipergunakannya teknologi terbarukan. Yang lebih penting jangan punggungi pertanian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun