Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengenang Kembali Syahdunya Lagu "My Heart Will Go On"

19 Februari 2020   21:10 Diperbarui: 19 Februari 2020   21:15 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Acapkali lagu dan film menjadi sebuah kenangan dan itu pun dirasakan oleh penulis, kenangan indah dan baik, karena pada dasarnya hubungan ataupun jalinan kasih tentunya ingin baik baik saja meski sudah menjadi mantan sekalipun. 

Satu film dan soundtrack lagu yang mengiringinya, selalu menjadi hal yang tak bisa dilupakan adalah film Titanic. Orginal Soundtracknnya juga makjleb pisan euy, entah karena saat itu memang sedang kasmaran? 

Etapi memang lagunya keren pakai bingit sih, lagu yang dibawakan diva asal Kanada bernama Celine Dion ini pun memang mengharu biru remaja di akhir tahun 90an, My Heart Will Go On seakan menjadi lagu wajib anak muda saat itu.

Kisah Jack Dawson dan juga Rose dengan bumbu tenggelamnya kapal Titanic memang memantik rasa penasaran, bioskop bioskop yang memutar film Titanic diluberi penonton yang penasaran. Dari kisah film Titanic dan juga syahdunya lagu My Heart Will Go On mengingatkan tentang mantan terindah, sebut saja Moeng yang pernah mengisi hari hari penuh kenangan tentang sebuah jalinan asmara....cie cie cie, meski memang jalan cerita tak semulus skenario FTV.

Kerap bertemu di sebuah toko buku di sebuah pusat perbelanjaan di daerah Cikarang, kerap nongkrong sambil numpang baca, akhirnya karena frekuensi pertemuan di toko tersebut, lama lama kok ada getar yang nggak biasa, lagi pula Moeng jua satu satunya pramuniaga di toko buku tersebut yang nggak pernah marah kepada pengunjung yang keseringan baca buku di toko yang ia jaga. Ya pengunjung bengal itu adalah penulis hehe.

Dari Moeng pula mulai mengerti akan sebuah perhatian dan juga motivasi tentang berjuang untuk meraih impian, doi tahu bahwa cita cita awal saya hijrah ke Bekasi karena ingin menjadi penulis, karena melihat sebuah mesin tik teronggok di sudut kontrakan, mengirim pula Moeng buku tentang motivasi yang khusus dihadiahkan untuk penulis.

Tahu nggak sih bro surprise banget dapat buku tersebut, hari hari manis pun seakan terbentang, berbagi waktu antara bekerja, nulis cerpen dan ahai deuh pacaran menjadi hal yang menyenangkan dalam kehidupan, meski gaji bulanan kecil dan nyaris pas pasan, dan penolakan terus menerus dari majalah untuk karya cerpen yang dikirim, tenang saudara saudara ada seseorang yang menyemangati dalam kehidupan ini dan dia adalah Moeng.

Hari hari bersamanya terus berlalu dengan warna warni asmara, benar kata Bunda Titiek Puspa bahwa jatuh cinta itu berjuta rasanya namun juga jangan berdua duaan karena itu berbahaya, nikmati hari ini dan warnailah hidup dengan kidung asmara, yang setuju angkat tangannya. 

Hingga di awal bulan Mei 1998, tentang lagu My Heart Will Go On dan juga Titanic makin membuat kisah roman picisan kaum buruh yang sedang kepayang ini menemukan moment terbaik, maka dua insan remaja ini pun tak ingin ketinggalan untuk bisa menyaksikan film yang menjadi trend di tahun 1998 selain tentunya adalah persiapan piala dunia yang di helat di Perancis pada tahun yang sama.

Serasa dejavu dengan apa yang dinyanyikan oleh seniman serba bisa, Bing Slamet dengan Nonton Bioskopnya namun nasib sih nggak apes apes banget yakni ngijnek gituan dan kantong kosong glondangan karena beli karcis catutan. 

Serasa juga seperti dalam kisah puisi karya maestro angkatan 45, Chairil Anwar dalam puisi melankolis yang berjudul Mirat Muda Chairil Muda, sebuah puisi Chairil Anwar yang jauh dari unsur liar, keakuan ataupun jiwa patriotis. Dan begitulah adanya bahwa memang ada kenangan tentang film Titanic serta My Heart Will Go On yang tak bisa dinafikan begitu saja, serasa banget bahwa hidup ini memang indah karena cinta.

Karcis Twenty One yang memutar film Titanic dengan harga Rp 5.000 (dokpri)
Karcis Twenty One yang memutar film Titanic dengan harga Rp 5.000 (dokpri)
Namun nasib memang siapa yang tahu, suasana Mei 1998 memang benar benar di luar dugaan, meski memang harga harga tak menentu, dollar meroket naik, ekonomi Indonesia pun mengalami masa sulit, stabilitas negara ternyata berpengaruh juga ternyata dengan stabilitas asmara, beberapa hari lalu nonton dengan riang gembira eh nggak dinyana tempat bekerja malah dibakar orang saat terjadi kekacauan di seputaran Jabodetabek, mall mall di Jakarta dijarah, di bakar. Begitu pula dengan tempat kami bekerja di pasar Baru Cikarang, api menyala-nyala dan penjarahan terjadi, ah begitu sedih jika mengingat peristiwa tersebut.

Usai sudah kepulan asap dari toko yang terbakar, beberapa hari terombang ambing dalam kebimbangan dan apakah di PHK atau dipindah kerja, sejak tragedi kerusuhan, Moeng sudah jarang bertemu dan penulis pun sudah pindah kerja, terasa banget pas lagi sayang sayangnya kok situasi negara nggak baik baik saja, perlahan lahan intensitas bertemu pun berkurang hingga kabar Moeng pun tak diketahui, di manakah dia berada kini pun tak tahu. 

Mungkin ini jalan yang harus dijalani, acapkali mencintai itu tak harus memiliki, situasi sulit memang, saat ini alat komunikasi semacam hape memang sudah ada tapi untuk memiliki alat komunikasi tersebut tidak terjangkau, akhirnya setelah hampir menjalani masa 1,5 tahun bersama, endingnya kok ya bubar deh.

Namun harus bisa akhirnya melupakan keeping kenangan bersama Moeng,berat memang tetapi hidup harus berjalan, berpisah pun dengan baik baik dan inilah point yang penting, mungkin karena jarak dan waktu saat itu yang menjadi kendala, namun percayalah ada percik kebahagiaan saat bersamanya. 

Pernah kita satu ketika bersama dan takdir perpisahan adalah jalan terbaik, ada sedikit lara setelah hari hari tanpa Moeng, namun satu hal yang pasti adalah saat mendengar lagu My Heart Will Go On dengan suara dahsyatnya Celine Dion, setiap lirik lagu seakan mewakili perjalanan ajaibnya sebuah cinta.

Juga saat film Titanic yang bolak balik di putar oleh tivi swasta di Indonesia, teringat akan Jack Dawson yang beruntung mencicipi pelayaran kapal mewah Titanic, dari kelas yang paling murah dan mendapatkan tiket setelah memenangkan poker, sempat menjadi sosialita sebentar ketika menolong perempuan cantik bernama Rose, dan mereka saling mencintai meski ada tembok penghalang bernama Caledon Nathan Hockley atau Cal yang arogan dan sombongnya pol polan, Titanic tenggelam di lautan Atlantik nan dingin, mantan pun pergi entah kemana, namun dimana pun dia berada semoga baik baik saja. 

Ada istilah sarkasme yakni buanglah mantan pada tempatnya, mungkin kalimat yang terdengar bagaimana gitu, tapi percayalah mantan pula yang pernah bersama kita, pahit manis sebuah hubungan memang terasa syahdu saat menjalaninya, dan ketika bubaran ada keping keping yang terasa berserak, mungkin saatnya melupakan mantan dan biarkan dia pun menemukan kebahagiaan meski bukan dengan kita.

Artikel ini dibuat untuk menjawab tantangan blog competition Kompasiana Sambung menyambung menjadi konten, Grup kami adalah Penulis Bahagia dengan Formasi Bang Topik Irawan, Amma Refika Artari dan Mbakyu Eka Murti. Maju terus literasi Indonesia. Tunggu saja kejutan berikutnya dari Amma Fika tentang pangan dan di tutup dengan fiksi ciamik dari Mbak Eka Murti, inilah kami Penulis Bahagia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun