" Wadah hampir saja Bu mereka membawa Bapak,untung saja Ibu bisa meyakinkan mereka bahwa Bapak benar-benar sakit,"ungkap Pak Jenggo dengan suara lega.
"Tenang saja sih Pak,mereka itu pejabat kemarin sore,sok mau menginvestigasi segala ,padahal dulunya mereka itu gembel!"ungkap Bu Jenggo dengan mimik sebal.
"Heran ya Bu,dulu saat aku masih menjabat,mereka begitu hormat padaku,mereka menyanjungku setinggi langit,tapi setelah aku lengser semua menghujat,semua memaki.Mereka menganggap aku sebagai penjahat yang luar biasa jahat,mereka bolak-balik memeriksa harta kita,untung saja kita punya segudang alasan untuk mangkir dari panggilan mereka,"hela Pak Jenggo dengan nafas lega.
"Mereka memang ndak tahu di untung,sekarang saja saat seperti ini semua sepertinya ingin membuat kita hidup tak tenang,"jawab Bu Jenggo seraya mengurut dada tanda prihatin.
Pak Jenggo meraih segelas air teh yang tak jauh darinya,dengan sekali tenggak teh itu ludes di minum Pak Jenggo,ada perasaan segar di tenggorokan mantan orang nomor satu itu,keringat yang tadi berleleran kini mulai mengering,lenyap sudah rasa was-was yang dialaminya.Beberapa jenak Pak Jenggo merasa terlepas dari kuntitan yang maha berat,ia merasa beruntung mempunyai istri yang mumpuni dan begitu setia dan yang lebih penting ia bisa menghindari petugas pengawas itu.
Kampung pun kini sudah terbiasa jika mendengar Pak Jenggo jatuh sakit,rumah besar yang ditempati mantan orang satu itu semakin berselimut misteri,berita sakitnya Pak Jenggo seperti orang mendengarkan bunyi tokek,antara sakit dan juga sehat.
"Kita mungkin harus memberi maaf kepada Pak Jenggo untuk dosa-dosa memimpinnya di masa lalu,"ujar Pak Sos yang kini menjabat kepala kampung kepada orang-orang dibalai desa.
"Tidak bisa semudah itu dong Pak,ingat Pak Jenggo pernah berbuat zalim di masa pemerintahannya!"Sergah seseorang dengan kumis tebal.
Suara dibalai desa seperti terbelah dua,banyak orang medukung Pak Sos untuk memaafkan Pak Jenggo,sedangkan suara yang lain mendukung pria berkumis agar Pak Jenggo harus bertanggung jawab.
Tak ada kesimpulan yang pasti tentang nasib Pak Jenggo,akhirnya mereka pun bubar dengan perasaan masing-masing.Di rumahnya yang besar,Pak Jenggo masih ditemani sang istri yang setia,keadaan Pak Jenggo lebih segar dibanding hari-hari yang lalu namun ia tidak berani keluar rumah,ia terus berada di dalam rumah,agar kesan sakit bisa diterima oleh penduduk kampung.Namun Pak Jenggo berkali-kali menerima berita dari para mantan anak buahnya yang tak luput dari incaran para penyelidik atas dugaan kezalimaan saat menjabat.
"Begitulah Pak Jenggo,kehidupan setelah mengabdi malah sangat sengsara,bayangkan,saya terus ditanyain tentang masalah irigasi yang katanya kurang adil saat mengairi sawah,saya jadi sedih,"lapor Pak Danu yang dulu mengurusi semua tentang pengairan kampung.