Udara dingin kota Bandung bikin males gerak, apalagi jam baru menunjukan pukul 3.45 dini hari. Harus segera bersiap menuju Rumah Sakit Hasan Sadikin, jalanan masih lenggang saat penulis mulai bersiap mengantar Emak tercinta.
Suasana jalan yang biasanya terlihat macet di sekitaran Puskesmas Pasir Kaliki, terlihat lenggang dan tak banyak dilintasi mobil, maklumlah karena waktu menjelang Shubuh sih.
Kolong jalan layang Pasupati terlihat temaram, menuju masjid An-Nur dan bersegera untuk tunaikan shubuh. Usai sholat menuju Gedung Anggrek untuk mendapatkan nomor urut antrean. Sepagi ini suasana gedung Anggrek terlihat semarak, rerata memakai jaket atau sweater dan bahkan berkalung sarung.
Tas tangan, map, plastik kresek, botol air mineral berjajar rapi, ada tiga barisan di antrean, tanya-tanya kepada orang di kerumuman gedung Anggrek, ternyata yang berjejer itu adalah simbol antrean lho. Entahlah apakah ini bagian "aturan tak resmi" untuk mengambil antrean pemeriksaan misalnya, soalnya ini kali pertama penulis berada di situasi seperti ini.
Dalam suasana ngantre, terbit beberapa obrolan dari para pengantre, ada seorang bapak yang berasal dari Majalengka yang mengantre untuk pengobatan anaknya, untuk bisa hadir tepat waktu ia sengaja menginap di rumah kerabatnya di daerah Cileunyi, kemudian ia bersiap menuju Rumah Sakit Hasan Sadikin sekitar jam empat pagi untuk mengambil antrean.
Ada juga seorang ibu yang berasal dari daerah Subang. Seperti bapak yang dari Majalengka, ibu berjilbab hitam ini mengantarkan suaminya untuk proses penyembuhan penyakit kelenjar getah bening, menurut pengakuannya, selama hampir dua bulan terakhir ia melakukan"ritual" ngantre yang diwakilkan dengan botol atau benda penanda lainnya.
Macam-macam cerita dari para pengantar pasien dan juga dari pasien itu sendiri. Yang kocak adalah cerita dari seorang bapak yang berjaket coklat dan berasal dari Purwakarta.Â
Sudah bawa tumpukan uang yang disimpan di tas kresek, dari muasal uangnya banyak hingga kini tinggal kreseknya saja. Namun si bapak tadi tetap berharap untuk kesembuhan istri tercintanya.
Dan juga sistem Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan akan terus diperbaiki dan hasilnya dapat dirasakan manfaat oleh jutaan rakyat Indonesia. Harapan yang tidak muluk-muluk, negara hadir untuk kesehatan masyarakat dan dirasakan oleh rakyat Indonesia.