Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dahsyatnya "Lebaranomic" dan Perputaran Triliunan Rupiah yang Menyertainya

14 Juni 2019   10:08 Diperbarui: 14 Juni 2019   22:50 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebaran telah berlalu sepekan lebih, kota kota tujuan kaum urban seperti Jakarta, Bekasi, Tangerang mulai di semarakan kemacetan kembali, denyut kehidupan mulai terasa, seperti perumahan penulis yang terletak di pinggiran Cikarang yang mulai ramai kembali setelah di tinggal mudik.

Tukang nasi uduk, ketoprak atau pun penjaja kudapan telah kembali berdagang, buruh buruh di Bekasi telah kembali bekerja dan bisa di lihat dengan ramainya orang orang berseragam yang menunggu bis jemputan, ataupun motor yang kembali merajai jalanan.

Lebaran dan peristiwa mudik merupakan rutinitas tahunan, bahkan bisa di bilang kesuksesan sebuah rezim di negeri ini dapat di ukur dengan lancar tidaknya mudik, Kementerian terkait seperti Perhubungan, Kesehatan, Perindustrian dan Perdagangan, Kepolisian Republik Indonesia dan juga Bank Indonesia akan terus memantau pergerakan arus mudik dan pasca lebaran.

Di lebaran pula pergerakan inflasi barang barang kebutuhan pokok akan di pantau, komoditas seperti beras,daging,minyak goreng, gula serta terigu menjadi barang yang di butuhkan saat lebaran tiba.

Tahun ini menurut data Kementerian Perhubungan, jumlah pemudik untuk tahun 2019 berada di angka 7,2 juta,memang sih menurun di banding tahun sebelumnya yang mencatat angka pemudik yang pulang kampung sebesar 8,02 juta pemudik.

Kangen kembali ke kampung halaman setelah merantau memberikan semacam kepuasan batin yang mendalam, tentu saja para pemudik yang di dominasi dari daerah Jabodetabek dan menuju daerah daerah seperti Jawa Barat,Jawa Tengah,Jawa Timur serta ke pulau Sumatera dan Kalimantan serta Sulawesi tak melulu dengan membawa dompet kosong.

Jika asumsi pendapatan minimal buruh di Jabodetabek yang rerata di kisaran Rp 4 juta rupiah, paling tidak para pemudik yang pulang kampung akan membawa pulang uang ke kampung halaman di sekitaran Rp 4 jutaan lebih,itu pun dalam hitungan minimal ya,bisa jadi para pemudik jauh lebih banyak membawa uangnya untuk berjaga jaga ketika di kampung.

Perputaran uang saat lebaran tahun ini di perkirakaan berada di angka Rp 9 triliun lebih, sebuah angka yang fantastis mengingat libur lebaran tahun ini berdurasi seminggu hingga 11 hari.

Kampung kampung yang memiliki pemudik tentunya kecipratan perputaran uang yang dibawa pemudik, inilah unik Lebaranomic,sebuah fenomena khas saat lebaran ketika sektor sektor pariwisata dan juga perdagangan akan meningkat tajam karena efek dari lebaran.

Yang paling terasa banget saat lebaran adalah ramainya suasana pasar tradisional dan juga pasar pasar modern. Bahkan bisa dibilang panennya pelaku usaha adalah saat Ramadhan tiba dan juga lebaran.

Mungkin fenomena "Lebaranomic" mampu menggerakan roda ekonomi meski saat ini perputaran uang saat lebaran masih di dominasi di pulau Jawa.

Warung tenda seafood di tepi jalan raya Mandirancan, menanggung untuk saat libur lebaran(dokpri)
Warung tenda seafood di tepi jalan raya Mandirancan, menanggung untuk saat libur lebaran(dokpri)
Seperti yang dirasakan penulis saat menikmati musim liburan baru lalu, kota kecamatan kecil di ujung kabupaten Kuningan yakni kecamatan Mandirancan, fenomena Lebaranomic begitu terasa, pinggir jalan utama kecamatan di jejali warung warung yang mencoba peruntungan saat lebaran.

Belum lagi ramainya beberapa tempat wisata dan juga restoran restoran yang yang parkirannya didominasi mobil mobil berplat B.
Peristiwa lebaran yang hadir dan tentu saja menjadi rutinitas tahunan dengan perputaran uang triliunan rupiah merupakan sisi positif untuk menumbuhkan pelaku usaha.

Kampung kampung para pemudik menyiapkan kebutuhan harian dari orang orang yang berlibur dan yang ingin merayakan hari kemenangan. Sedangkan para perantau bersiap membelanjakan uang yang didapatkan dari kota.

Uang pun tak melulu berputar di sekitaran ibu kota namun menjelajah ke desa desa sehingga gairah perekonomian pun akan dirasakan oleh warga desa.

Ternyata benar sebuah adigium yang kerap kita kenal selama ini, bahwa Islam itu Rahmatan lil alamin(rahmat bagi semesta) sebuah karakter bagi umat Islam sebagai agama yang merangkul dan mengayomi di semua sisi kehidupan termasuk sisi ekonomi.

Kamu yang mudik tahun ini dan bertemu orang tua tercinta, berbahagialah karena bagian dari lebaranomic, dan bagi yang tidak mudik, jangan bersedih karena kamu pun bagian dari lebaranomic karena mentransfer pendapatan untuk orang orang tercinta di kampung.

Saat ini kita berada di perantauan, mengumpulkan kembali tenaga dan pikiran dan mendapatkan penghasilan, dan Insha ALLAH tahun depan kita kembali pulang kampung dan meramaikan fenomena Lebaranomic, setuju?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun