Semoga kebahagiaan menyertai kaum buruh saat lebaran tiba
Aku menuliskan surat ini dengan selaksa kesedihan akan nasib teman teman buruh yang menghadapi kenyataan yang begitu menyayat hati. Seharusnya kalian dan keluarga mengalami binar dan pendar kebahagian  menyambut hari nan fitri, ada ketupat dan opor yang menyertai semaraknya lebaran.Â
Denyut kebahagiaan pun merona di wajah wajah mungil buah hati kalian yang mengenakan busana dan pakaian baru dan bagus.
Namun itu tak bisa dilakukan karena engkau malah ter PHK tanpa status mendapatkan pesangon yang semestinya didapatkan, kubayangkan betapa sesaknya dada ketika seharusnya Tunjangan Hari Raya pun tak bisa di terima pula, hidup terasa pilu dan mengiris hari taktala buruh buruh lain menikmati lebaran dengan THR di tangan tapi engkau malah hampa tak menerima apa apa.
Sejak tahun 2015 gelombang PHK terus menerpa kaum buruh dengan jumlah ribuan buruh harus berhenti bekerja dan tak mendapatkan hak pesangon tak semestinya, di tahun ini gelombang kelima pemutusan hubungan kerja terjadi, ah untuk membayangkan nasibmu kawan buruhku rasanya teramat sedih.
Akankah keceriaan hadir ketika takbir bergema, adakah deretan ketupat tersampir di dinding rumah, adakah sepanci opor hangat di dapur yang nantinya tersaji di meja makan.
Kawan kawan seperjuangan kaum buruh yang terphk, aku tak bisa berkata panjang lebar tentang keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bahkan mungkin satu ketika kami pun akan bernasib sama dengan kalian sebagai korban pemutusan hubungan kerja, bagi kami kaum buruh hal ini lumrah terjadi, kami tak mungkin mengelak jika terjadi hal demikian.
Saudaraku kaum buruh yang terphk, bunyi beduk di pukul bertalu talu, dapur mengepul dan aroma kuah bersantan dan daging yang mulai matang, sisa tunjangan hari raya pun masih sedikit sisa. Namun apakah itu kau dapatkan itu semua tahun ini? Sangat mungkin tidak, aku merenung dalam diam dan di surat ini ingin kutuliskan tentang rasa gundahku kepadamu dan juga keluargamu yang mengalami kesukaran kehidupan di tengah suka cita jutaan umat yang merayakan hari kemenangan ini.
Usai sudah Ramadhan kareem, tapi apakah usai jua kesulitan yang menderamu seusai kau tak bekerja lagi, apakah kau masih mengepal dengan tangan di acungkan ke arah langit dan berucap" buruh bersatu tak bisa dikalahkan", semoga engkau kuat wahai temanku dan kalahkan segala aral yang melintang dalam kehidupan ini.
Di penghujung bulan Ramadhan dan awal bulan syawal nan fitri, kuberharap ada secercah senyum tercetak, ada senyum yang terulur ketika kami pun meski sedikit dan mungkin tak seberapa, kami berbagi agar senyummu bisa menghiasi di hari yang di tunggu tunggu.
Salam sayang juga untuk si kecil di rumah, hangat cinta dari kami dan persaudaran sesama buruh tak lekang oleh waktu. Diakhir surat yang sedang kutuliskan, ada sedu sedan yang tertahan. Terimalah wahai kawan bingkisan hari raya, iya bingkisan lebaran untukmu kawan, semoga bahagia kalian adalah bahagia kami juga, senyummu adalah senyumku jua, sedihmu adalah sedihku pula.