Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kang Pepih Nugraha, Api Insiprasi untuk Mencintai Literasi Digital

15 Agustus 2018   23:35 Diperbarui: 16 Agustus 2018   00:47 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senang rasanya bisa bertemu dan berinteraksi dengan Kang Pepih Nugraha(dokpri)

Meski berbeda pandangan politik dan pilihan pemimpin di negeri ini, tapi saya selalu respek dengan Kang Pepih Nugraha yang bekerja di harian Kompas selama 26 tahun, selain itu Kang Pepih yang merupakan lulusan Univerista Padjajaran dan meraih S1 untuk ilmu komunikasi. Meski termasuk pejabat teras saat di Kompasiana namun sosoknya tetap rendah hati dan tak segan segan membagi ilmu yang di milikinya, bersyukur pernah berinteraksi dengan lelaki yang mengagumi permainan catur dari pecatur Rusia Garry Kasparov.

Kang Pepih pula yang membidani lahirnya blog keroyokan bernama Kompasiana pada tahun 2008 di tengah ketidakyakinan rekan sejawatnya tentang masa depan sosial blog di Indonesia, namun dengan pikiran out the box nya, Kompasiana menyeruak menjadi platform sosial blog yang di segani dan terbesar di Indonesia dengan jumlah penulis di atas 300 ribuan, sesuatu yang luar biasa di era maraknya literasi digital seperti saat ini.

Beruntung sebelum hengkang dari Kompasiana, saya beberapa kali bertemu dan tentunya berinteraksi dan menyerap ilmu. Berkat Kang Pepih pula semangat untuk terus menulis harus di lakukan,apa pun keadaan kita, atau apapun pekerjaan yang kita punya, menulis adalah sesuatu yang penting di lakukan, menjelajahi dunia literasi digital merupakan sebuah keniscayaan.

Bagi Saya Kang Pepih Adalah Thomas Alva Edison nya Dunia Literasi Digital

Senang rasanya bisa bertemu dan berinteraksi dengan Kang Pepih Nugraha(dokpri)
Senang rasanya bisa bertemu dan berinteraksi dengan Kang Pepih Nugraha(dokpri)
Thomas Alva Edison adalah sosok penemu yang mumpuni, seribu paten ia dapatkan dari ciptaan ciptaannya, ilmuwan yang banyak menghasilkan warisan produk yang bermanfaat seperti bohlam lampu yang menerangi dunia, hal ini pun saya rasakan ketika mengenal Kang Pepih Nugraha, api semangat kebaikan harus di lakukan melalui tulisan, menulis haru bermanfaat bagi orang lain.

Dalam salah satu sesi acara Kang Pepih mengatakan bahwa sebuah tulisan selayaknya mempunyai"ruh" agar pembaca dapat memahami isi tulisan dan maksud yang ingin di sampaikan. Petuah bijak dari Kang Pepih Nugraha merupakan bekal berharga bagi saya untuk mencintai dunia literasi digital. Meski sebagai buruh dalam profesi, menjadi penulis bukanlah semata hak kaum terpelajar dengan pendidikan di perguruan tinggi, Semua bisa menjadi penulis dan kesempatan itu bisa di raih siapa saja yang ingin terus belajar dan mengasah kemampuan.

Kang Pepih yang mengaku kecanduan menulis sejak umur 10 tahun dan hingga saat ini pun masih terus menulis, menulis itu adalah hadirnya keresahan dalam diri sendiri, berawal dari keresahan akhirnya jadilah sebuah tulisan. Yang belum bisa saya lakukan seperti Kang Pepih adalah menulis buku, beberapa buku merupakan karangan beliau seperti Citizen Journalism, Kompasiana Etalase Warga atau buku yang berjudul Menulis Sosok. Ada banyak kesempatan menimba ilmu dari Kang Pepih meski sekarang intensitas pertemuan mungkin tak sesering ketika Kang Pepih Nugraha masih Di Kompasiana.

Cara Menulis Mind Mapping Agar Tulisan Mempunyai Tujuan

Pemetaan pemikiran adalah sebuah bekal ilmu yang pernah saya dapatkan dari kang Pepih Nugraha, hasil mind mapping adalah agar tulisan mempunyai rute dan itu sangat membantu arah kemana hendak di bawa sebuah tulisan, mind mapping sangat elastis dan keajaibannya adalah kemana pun arah tulisan yang kita inginkan, maka tulisan menuju arah yang benar. Metode ini di kembangkan oleh Tony Buzan yang merupakan ahli di bidang pengembangan potensi manusia yang memaksimalkan peran otak kanan dan kiri.

Kiat kiat yang di berikan Kang Pepih ternyata jitu, dari semula menulis asal asalan dan seingat apa yang di kepala, narasi pun seperti terengah engah dan monoton, namun perlahan namun pasti tulisan yang di hasilkan mulai ada perbaikan. Tadinya ngeri kalau mau ikutan lomba menulis, namun kepercayaan semakin menebal seiring seringnya menulis di Kompasiana. Meski tak sesering teman teman Kompasianer yang menggaet juara, pernah lah mencicipi juga gelar juara, alhamdulillah.

Kemampuan literasi digital dengan cakupan yang sangat luas, siapapun kini bisa menikmati hal tersebut, dengan jumlah pengguna internet di Indonesia yang terus bertambah, mengasah tulisan di dunia maya merupakan keniscayaan, beruntung Sang Maha Kuasa mentakdirkan saya bertemu langsung dengan Kang Pepih sehingga ada ilmu yang bisa di serap.

Memberanikan Bikin Blog Pribadi Dari Gratisan, Keroyokan Hingga Berbayar

Sejujurnya hingga saat ini dan mungkin dalam waktu ke depan saya sedang menikmati masa masa menyenangkan berada di situasi literasi digital, Kompasiana merupakan blog keroyokan pertama saya, dan dari Kompasiana pula raihan ilmu di dapat baik saat Kompasiana melakukan acara acara offline yang menampilkan tokoh tokoh nasional dan berkompeten di bidangnya. Selain menulis di blog Kompasiana, saya pun memiliki blog gratisan, curahan hati bisa di tuliskan di blog gratisan dari blogspot. Empat bulan terakhir saya pun memiliki blog berbayar, karena saya suka menulis tentang tempat tempat seru dan juga suka icip icip makanan, maka blog yang saya miliki berisi konten tentang kedua topik tersebut.

Sekali lagi bahwa semua itu harus melalui sikap berani mencoba, dan Kang Pepih Nugraha secara langsung atau pun tidak langsung telah mengenalkan kepada saya tentang perlunya menulis dengan bantuan jaringan internet, memiliki blog dan mengisinya dengan tulisan tulisan, tak seberapa penting jumlah pembacanya, aktualisasi diri dalam tulisan nantinya akan memberi manfaat bagi orang lain.

Menulis Adalah Energi Baik Untuk Kehidupan

Hidup memang harus bermanfaat bagi orang lain, salah satu cara agar kita mempunyai manfaat dan meraih energi baik yang bisa di sebarkan adalah dengan cara menulis, pernah satu ketika tulisan saya di muat di salah satu majalah, dan ternyata karya saya di resensi oleh seorang murid kelas 4 SD, hal itu saya ketahui saat teman saya yang berprofesi sebagai soerang guru dan memberi tugas resensi. Menurut si murid ia terkesan dengan karya saya dan meresensinya.

Tak terasa ada linangan air mata, tak menyangka pengakuan jujur bocah SD itu mampu meluruhkan air mata, terharu dan ternyata memang tulisan memberikan efek kepada pembacanya. Di saat ini dengan maraknya media sosial, Semua orang bisa menuliskan apa saja termasuk bully kepada siapa pun. Janganlah energi negatif kita sematkan untuk tulisan tulisan yang kita buat.

Kita semestinya merawat energi baik untuk kehidupan dengan cara yang baik, menulis dengan maksud baik dan tentu ini memberi harapan agar karya yang kita tuliskan menjadi ladang kebajikan. Menulis memang perlu nalar dan logika agar tulisan mudah di cerna dan bisa di nikmati. Semoga apa yang pernah di ajarkan Kang Pepih Nugraha akan memberikan warna bagi tulisan tulisan yang saya lakukan. Kebaikan bisa kita untaikan dalam tulisan dan syukur syukur menjadi api semangat bagi orang lain, kebermanfaatan yang kelak bisa menjadi jariah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun