Berjalan di siang hari dalam kondisi berpuasa ternyata tak begitu menyulitkan, apalagi ketika matahari tak begitu terik di kota Bogor, jalan-jalan pun terasa menyenangkan bersama teman-teman Koteka Kompasiana, berburu tempat yang bersejarah di kota hujan, menikmati sudut-sudut kota Bogor yang memiliki ragam bangunan bersejarah.
Perjalanan yang mengesankan berupa city tour yang di kawal oleh dua orang pemandu dari Bogor Tour yang merupakan bagian dari Yayasan Cipta Mandiri, dan satu pria berkebangsaan Uzbekistan yang juga ikut dalam rombongan Koteka Kompasiana.
Setelah rombongan berada di titik kumpul, akhirnya berjalan berombongan untuk menjelajahi kota Bogor, spot pertama yang dikunjungi adalah Katedral Bogor atau Gereja Santa Perawan Maria, bangunan Katedral ini terletak di Jalan Kapten Muslihat No 22 Bogor dan di dirikan pada tahun 1889 oleh Mgr. AC. Claessens.Â
Bangunan katedral yang bernuansa art deco khas kolonial dengan bangunan tinggi menjulang dilengkapi pilar-pilar besar dengan jendela yang lebar termasuk bangunan bersejarah di kota Bogor.
Bogor dan Seabrek Bangunan Bersejarah yang Tetap Terjaga
Menjelang jam satu siang setelah mengamati gereja katedral, rombongan Koteka mampir dulu ke komplek balaikota Bogor untuk melaksanakan sholat dzuhur di masjid At-Taqwa.Â
Seusai sholat kami pun berkesempatan mengabadikan bangunan megah ini dengan jepretan kamera ponsel. Dengan dua belas pilar penyangga di pendopo Balai Kota Bogor, gedung yang dibangun pada tahun 1868 dulunya merupakan tempat sosialita Belanda berkumpul lho, awalnya gedung ini bernama Societeit.
Dari kantor wali kota Bogor, rombongan menyeberangi jalan untuk melihat-lihat istana Bogor di balik pagar besi, sebenarnya pengen banget memasuki istana Bogor, menurut Kang Rizky dan Teh Lady dari Bogor Tour, untuk bisa memasuki istana di perlukan izin khusus yang dikonfirmasi jauh-jauh hari.
Akhirnya rombongan pun menikmati anggunnya Istana Kepresidenan yang terletak di jantung kota Bogor. Istana Bogor dibangun pada bulan Agustus 1744, tempat ini merupakan kediaman resmi 38 Gubernur Jenderal Belanda dan satu Gubernur Jenderal Inggris dalam rentang waktu 1870 hingga 1942, adapun luas areal istana Bogor 1,5 hektare.Â
Dahulunya Istana Bogor mencakup Kebun Raya Bogor, namun pada tahun 1817 dengan kepentingan penelitian ilmu botani akhirnya Kebun Raya Bogor pun bukan lagi bagian dari Istana Bogor.
Soal bangunan bersejarah, Bogor memang juara banget deh, belum lagi trotoar kota Bogor yang dibikin lebar dan dilengkapi bangku-bangku beton untuk istirahat para pejalan kaki, di sini pula kita bisa membidikan kamera untuk mendapatkan gambar-gambar yang instagrammable.
Dari Gereja Ayam Hingga Vihara Dhanagun, Spot Cantik Tak Ada Habisnya
Bila kompasianer ngeh dengan gereja ayam di film Ada Apa Dengan Cinta 2 di daerah Magelang, di Bogor pun ada kok gereja ayam, di gereja ini terdapat patung ayam yang terbuat dari besi, masyarakat sekitar gereja menjuluki tempat ini sebagai Hanekerk atau Gereja Ayam. Seperti bangunan lazimnya di era kolonial yang berciri bangunan menjulang dan kokoh di sertai pintu dan jendela yang serba lebar.
Gereja Zebaoth didirikan pada tahun 1920 dan fungsi awalnya adalah rumah untuk kediaman gubernur jenderal Belanda yang kala itu menjajah nusantara, pada tahun 1948 bangunan dialihkan kepada GPIB Bogor, pada tahun 1985 penamaan gereja berubah menjadi GPIB Zebaoth.Â
Widih memang kota Bogor juara banget deh untuk soal bangunan kunonya, keren deh. Setelah itu rombongan menuju BTM, sebuah mal yang berada di Kota Bogor dan sekaligus tempat ketemuan dengan Mbak Ignas dan Mbak Anna yang lebih dulu tiba.
Dari jarak sepelemparan batu, pemandu wisata mengajak rombongan KOTEKA Kompasiana menuju Museum Tanah, sayang sekali ternyata museum di hari libur tutup, menurut pemadu wisata bahwa museum ini didirikan tahun 1905, didalam museum tersimpan berbagai jenis tanah yang ada di Indonesia, hmm kayaknya seru ya tapi apa boleh buat berhubung Laboratarium Voor Agrogeologie En Grond Onderzoek nggak beroperasi, rombongan pun hanya bisa puas berwefie ria dengan latar belakang museum.
Destinasi terakhir yang dikunjungi adalah Vihara Dhanagun yang terletak di jalan Suryakencana Nomor 1, Babakan Pasar Bogor Tengah. Jalan Suryakencana termasuk jalan yang cukup tua karena di bangun saat gubernur jenderal Daendels membangun poros jalan Anyer Panarukan.Â
Nah Vihara Dhanagun inilah terletak di jalan yang legendaris itu, melewati jalanan di Suryakencana kita mesti hati-hati karena padatnya lalu lintas.
Sempat memasuki ruangan dalam vihara, nyala lilin dan asap hio mendominasi ruangan, beberapa orang terlihat sedang berdoa dan juga membakar kertas di tungku bagian depan vihara.Â
Di samping tembok vihara terdapat relief "Perjalanan Ke Barat" yang di lakukan oleh Bhiksu Tong Sam Cong bersama siluman Kera Putih, Siluman Babi dan Siluman Kerbau. Mengitari areal vihara seluas 635 meter membuat penulis meyakini bahwa merawat kerukunan umat beragama di negeri kita adalah sebuah keniscayaan.
Ngulik Keuntungan Menjadi Host Airbnb di The Green Guesthouse Bogor
Senang bertemu dengan Mas Ony yang ternyata telah menjadi host Airbnb, apa sih Airbnb itu? Dan Mas Ony dengan senang hati menjelaskan seputar Airbnb, keuntungan dan juga rIsiko menjadi hostnya Airbnb.
Ngobrol tentang Airbnb makin seru dengan hadirnya Mas Nurulloh yang merupakan Content & Asisstant Manager Kompasiana yang juga pengen tahu seluk beluk jadi host Airbnb. Menurut Mas Ony bahwa era digital membuat peluang usaha menjadi terbuka dan salah satunya adalah bergabung dengan Airbnb.Â
Tahun 2008 Airbnb didirikan oleh Brian Chesky, Joe Gebbia dan Nathan Blecharczyk, namun saat ini yang sering tampil untuk diskusi perihal Airbnb adalah Brian Chesky yang saat ini termasuk jajaran orang terkaya di dunia.
Airbnb berawal dari California di saat konser banyak penonton nggak kebagian tempat tinggal, nama Airbnb pun cukup unik yaitu ketika matras yang berisi udara di gunakan, lalu digabung dengan bed dan breakfast. Bedanya Airbnb dengan hotel, guest house atau pun penginapan formal. Konsep Airbnb memiliki cita rasa lokal, bahwa tidak melulu tinggal namun memahami konsep lokal yang ditawarkan.
Pengalaman pertama menjamu tamu saat lebaran 2016 tetapi dengan charge yang cukup tinggi padahal fasilitas belumlah lengkap.
Dari eksperimen selanjutnya dan juga mengetahui karakter tamu yang berkunjung, Mas Ony semakin mantab untuk meski memang ada juga ada review kurang bagus dari pengunjung.Â
Menurut Mas Ony ada tiga langkah untuk menjadi host Airbnb yakni create your listing, berupa alamat dan juga fasilitas, ada juga welcome guest berupa persiapan tetek bengek seperti handuk atau yang lainnya, selanjutnya adalah Get paid, yakni persiapan untuk pembayaran misalnya Paypal, direct deposit, international money wire.
Menurut Mas Ony nggak rugi kok ikutan Airbnb, keuntungan yang didapat salah satunya adalah mempromosikan kekayaan budaya lokal, membangun persahabatan ke seluruh dunia dan tentu saja penghasilan yang di dapat, namun ada juga ternyata tamu yang rada nakal seperti hilangnya properti milik Mas Ony namun itu juga jumlahnya tidak terlalu banya. Intinya dengan Airbnb peluang mendapatkan penghasilan tambahan sangat di mungkinkan.
Satu harapan saya semoga KOTEKA semakin sering ngadain acara secara periodik per tiga bulan sekali atau mungkin sebulan sekali deh, terus bisa mendatangkan nara sumber yang berkompeten jika ada event biar anggota KOTEKA tambah pinter ilmunya, maju terus KOTEKA dan jayalah dunia pariwisata Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H