Kemegahan nusantara yang memiliki pulau sebanyak 17.504, dengan luas 1.904.569 kilometer persegi. Kekayaan budaya pun begitu mempesona dengan ragam suku dan juga bahasa yang semakin memperkaya jati diri bangsa. Namun di balik semua itu ada mahakarya bangsa Indonesia yang seakan mutiara yang terpendam, sebuah konsep pengobatan turun temurun, pengobatan tradisional untuk meredakan penyakit penyakit seperti meriang, masuk angin, nyeri kepala, perut kembung, nyeri otot.
Namun kerokan tampaknya mulai di lupakan oleh generasi milenial, trend kerokan seakan sebuah pengobatan usang selayaknya di lupakan, generasi zaman now seakan melupakan kearifan lokal bernama kerokan, padahal penyembuhan yang sudah mentradisi semenjak puluhan tahun silam memiliki daya sembuh yang bisa di andalkan. Adalah sebuah fakta yang nyata ketika jutaan manusia telah merasakan dampak positif setelah melakukan pengobatan tradisional ini. Jika badan terasa lelah dan kondisi tubuh seakan mengalami rasa yang sakit, jangan dulu  buru buru minum obat tapi lakukanlah kerokan dan rasakan khasiatnya.
Pengobatan Menakjubkan Dan Bertahan Secara Turun Menurun
Tradisi kerokan merupakan kekayaan pengobatan nusantara, meski pengobatan ini tidak begitu populer untuk generasi yang hidup di milenium baru namun pesona kerokan tetap menjadi magnet bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia. Di Indonesia kerokan memang begitu familiar, apalagi bagi keluarga yang berada di pulau Jawa. Teringat saat masa kecil ketika badan hangat dan terasa tidak enak, langsung saja Emak menyiapkan minyak sayur dengan bawang merah.
Meski harus menahan sakit karena adanya gesekan uang logaman dengan kulit, namun kerokan Emak selalu menimbulkan rasa nyaman di tubuh. Pun ketika Kompasiana mengadakan event Nangkring bersama Balsem Lang beberapa waktu lalu yang materinya membedah pengobatan tradisional bernama kerokan, tak menunggu berpikir lama saya pun mendaftar di acara yang kece ini.
Ternyata kerokan tak melulu ada di nusantara tercinta, untuk beberapa penyebutan dengan pengobatan yang sama bernama kerokan, di negara negara Asia lainnya kerokan di sebut sebagai Guasha di negeri China, masyarakat Vietnam pun melakukan terapi kerokan dengan sebutan Goh Kyol, sedangkan negeri Gajah Putih menyebut kerokan sebagai Cao Gio.
Namun Profesor yang murah senyum ini mengungkapkan fakta fakta bahwa kerokan bukan saja sebuah pengobatan biasa namun mengandung filosofi yang selayaknya terus di gali agar kerokan tidak di anggap remeh atau sebuah pengobatan kampungan serta tidak ilmiah.
Namun dengan penjelasan yang terang benderang tentang manfaat kerokan di sertai penelitian evidence base medicine tiga tahap yakni tahap pertama meliputi questioner, interview dan juga survey dengan mencari data pengguna kerokan. Tahap kedua dengan biopsi kulit yang langsung di lakukan sendiri oleh peneliti, tahap ketiga dengan penelitian biomolekuler dengan analis marker biomolekuler di laboratorium modern.
Entah mengapa selalu ada sinisme terhadap pengobatan kerokan, padahal kenyataannya jutaan orang telah mendapat manfaat setelah melakukan pengobatan tradisional ini, dengan bertahannya kerokan secara turun temurun membuktikan bahwa kerokan telah berhasil melewati generasi ke generasi, patutlah kita berbangga mempunyai metoda pengobatan yang telah melintasi beberapa generasi, dan kita menyebutnya sebagai kerokan, inilah yang di sebut pelestarian budaya.
Kerokanisme Sebuah Romansa Pengobatan Yang Seharusnya Kita Jaga Bersama