“Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah daerah dan desa dalam kerangka persatuan”. Point ketiga dalam program Nawa Cita memberikan harapan untuk daerah Terdepan, Terluar, Terpencil di wilayah nusantara untuk bersegera bangkit dan menjadi harapan agar ketertinggalan selama ini bisa terhapuskan. Provinsi Aceh, NTT, Sulawesi Utara dan Papua yang memiliki wilayah 3T terus berbenah dan salah satu kunci untuk segera beranjak dari ketertinggalan dari daerah lain adalah memperkuat basis yang belum tercover dengan akses tinggi.
Upaya Telkom untuk pemerataan akses telekomunikasi dengan di luncurkannya Satelit Telkom 3S patut di apresiasi, era digital informasi memang memerlukan satelit baru yang bisa di andalkan, menjangkau daerah terpencil dan terluar merupakan wujud nyata bahwa agar perkembangan industri kreatif terus tumbuh dan berkembang.
Memaksimalkan Industri Kreatif Di Arena Pasar Bebas Adalah Keniscayaan
Sebelum aneka produk masuk ke nusantara, alangkah baiknya kita pun bersiap dengan semua persaingan, industri kreatif anak bangsa tak kalah mutu lho. Sudah saatnya industri kreatif di Indonesia mendapat panggung utama. Abad dua satu yang kita tapaki adalah abad di mana inovasi merupakan keniscayaan, industri kreatif mempunyai porsi signifikan untuk terus di kembangkan.
Ekonomi kreatif dan di padu dengan perkembangan digital informasi yang dinamis telah membuka mata kita semua bahwa kita mampu dan kita bisa. Ekonomi kreatif mempunyai banyak cabang yang bisa di maksimalkan untuk terus di kembangan, kerajinan, fashion, musik, film, televisi, radio, perangkat lunak, permainan. Daya saing produk Indonesia untuk industri kreatif bukan bernilai kecil.
Menurut Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf bahwa proyeksi ekonomi kreatif bisa tumbuh hinga 12 persen PDB dan mempunyai kontribusi 10% ekspor ekonomi kreatif terhadap ekspor nasional secara keseluruhan di tahun 2019.
Daerah 3T Tak Canggung Dengan Teknologi Digital Informasi
Pulau Terluar, Terdepan, Terpencil yang jauh dari Jakarta, tak semolek ibu kota dan sering kali dalam melihat peta pun kita sering abai, apa yang mereka lakukan pun tak pernah kita ingin mengetahuinya atau ngepoin apa yang mereka lakukan, bagai mana mereka harus melawan segala keterbatasan yang di miliki. Namun dengan di luncurkannya Satelit Telkom 3S ada harapan daerah 3T mampu mengoptimalkan hasil hasil industri kreatif.
Di butuhkan parameter terukur untuk bisa melihat kriteria dengan kategori daerah tertingal yang berada di zona 3T, yakni kemampuan keuangan lokal, aksesbilitas, perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, infrastruktur. Agar percepatan pembangunan di daerah 3 T bisa terus di perkuat. Peningkatan kerjasama antar daerah bisa di lakukan dengan bantuan teknologi informasi.
Bobot satelit 3S yang mencapai 3,5 ton serta daya elektrik7,8 kilo watt dan memiliki teknologi pita frekuensi C Band yang mampu melawan cuaca buruk adalah nilai plus bahwa ke depannya warga di zone 3T bisa memanfatkan komunikasi seluler untuk mengembangkan dan juga memasarkan produk ekonomi kreatif.
Melawan kecanggungan digital informasi di zona T dapat di upayakan dengan pembangunan konektivitas yang terintegrasi antara sistem transportasi, logistik, serta komunikasi dan informasi untuk membuka akses daerah, khususnya daerah tertinggal. Berharap agar di masa depan daerah terluar, terpencil dan terdepan tidak melulu bercerita tentang ketertinggalan namun ada kabar gembira bahwa zone 3T benar benar bangkit dengan industri kreatif.
Telkom Sebuah Korporasi Yang Peduli Industri Kreatif
Korporasi tak melulu identik dengan profit oriented, semua harus mendapat untung dengan cara apapun, di era kekinian korporasi cenderung memikirkan langkah langkah sosial, keuntungan yang di peroleh bisa di salurkan dan menghasilkan secara tepat guna, sebagai salah satu korporasi terkemuka di bidang teknologi informasi. Telkom turut serta membangun negeri dan membantu perkembangan industri kreatif.
Salah satu event yang mampu mengangkat industri kreatif adalah Indigo Apprentice Award yang merupakan kawah candardimuka bagi para pelaku startup di kota kota yang ada di Indonesia. Startup merupakan bagian penting dan tak bisa di pisahkan dari bisnis digital. Kecenderungan saat ini untuk melakukan transaksi jual beli melalui internet membuka ruang baru untuk anak anak muda berkreasi, dengan jumlah transaksi yang boleh di bilang bukan nilai recehan.
Di tahun 2015 saja, ajang Indigo Apprentice mampu mengumpulkan 159 startup lokal yang kemudian di saring menjadi lima startup unggulan. Apa yang di upayakan Telkom merupakan arahan menuju dunia industri kreatif yang pada akhirnya mampu mendongkrak kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Menggelorakan Made In Indonesia
Hollywood dengan segala ke glamouran aktor dan aktrisnya, segala berita tentang selebrita di sana selalu membetot perhatian dunia. Apalagi ketika perhelatan Academy Award atau piala Oscar, di pastikan karpet merah tergelar dan di sana produk fashion mulai dari rambut hingga alas kaki menjadi pusat perhatian. Namun siapa sangka beberapa aktris kaliber Hollywood ternyata ada juga yang memakai busana ataupun sepatu dan tas yang merupakan rancangan dari putera puteri terbaik Indonesia.
Saat acara Kompasianival di akhir tahun lalu, salah satu pembicaranya adalah Ni Luh Djelantik yang fokus memproduksi sepatu sepatu elegant berhak tinggi atau high heels yang secara estetik terlihat keren namun nyaman di pakai. Bintang bintang Hollywood seperti aktris Julia Robert, Uma Thurman dan seorang super model Gisele Bundchen mengenakan sepatu merk Nilou, keren banget deh!
Karya karya adiluhung dari anak anak muda Indonesia kini mulai di kenal dunia, ‘made in Indonesia’ mampu menembus sekat sekat pasar mancanegara. Kreasi kreasi dari industri kreatif ini mampu bersaing. Salah satu hasil dari industri kreatif adalah sebuah merk tas Bagteria yang di pakai sosialita Paris Hilton, tentunya kita berbangga hati ternyata apa yang di buat oleh seorang anak bangsa bisa memikat hati para bintang tersohor dari Hollywood.
Menakar Peluang Industri Produk Halal Dalam Ekonomi Kreatif
Salah satu geliat ekonomi kreatif kekinian adalah produk produk halal, hal ini bisa di mengerti karena mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim. Dalam industri pangan dan kuliner maka kehalalan produk teramat penting, hal ini mampu memacu pelaku industri untuk terus berkreasi namun tak melupakan subtansi dari barang yang akan di konsumsi. Untuk tingkat global pun produk halal adalah keniscayaan.
Dengan pangsa pasar yang masih besar, industri produk halal akan terus mendapat tempat, hal ini akan membuat pasar menjadi dinamis. Pasar produk halal dunia berada di kisaran 2,3 triliun dolar Amerika Serikat. Inilah kesempatan bagi para pelaku ekonomi kreatif untuk terus melakukan inovasi produk.
Semoga ekonomi kreatif Indonesia terus berkembang, dan pemanfaatan teknologi informasi memberikan sinergi. Sudah saatnya zone 3T mencicipi guruhnya ekonomi kreatif, kesempatan selalu ada bagi mereka yang terus berupaya, mau terus industri kreatif Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H