Restorasi film Tiga Dara semoga mengingatkan kita semua bahwa masih banyak film film klasik Indonesia yang belum seberuntung film Tiga Dara, ada ratusan film yang harus di perhatikan dan juga mesti kita rawat bersama agar tidak punah begitu saja.
Film Lawas Adalah Sebuah Refleksi Zaman Agar Kita Mau Belajar
Ternyata untuk era di tahun 50an masalah jodoh membuat panik seorang nenek, ia tak ingin cucunya menjadi perawan tua karena tenggelam dalam kesibukan dapur. Sangat kontras dengan zaman sekarang saat banyak di usia matang, para perempuan memilih mengejar karier dan belum resah saat jodoh tak jua tiba. Inilah yang membuat Tiga Dara menjadi menarik bagi kita semua, saat generasi milenial belum lahir dan gambaran situasi tahun 50an bisa kita saksikan lewat film Tiga Dara.
Tentang fashion di zaman 50an dengan balutan busana yang klasik, Chitra Dewi terlihat elegan dengan kain yang dikenakan, ada juga adegan saat Nenek akhirnya menyerah saat Nunung memakai stagen agar terlihat langsing, sebuah potret masyarakat di era jadul bisa kita ketahui melalui film adalah hal yang keren menurut penulis.
Di Film Tiga Dara kita bisa melihat bagaimana para muda mudi berkumpul dan bersosialisasi, meski saat itu tanpa gadget seperti sekarang namun mereka melewati hari hari dengan cerah ceria, kongkow kongkow seraya menari ala tarian Melayu, di zaman tersebut sangat mungkin tarian tersebut adalah cara jitu untuk di sebut gaul, mungkin.
Sebagai film yang di balut dengan musikalitas yang dominan maka penonton di suguhi lagu lagu yang juga menjadi hits saat itu, tak tanggung tanggung para legenda musik Indonesia pun menyuguhkan karya mereka di film Tiga Dara, nama nama seperti Ismail Marzuki, Saiful Bahri dan Oetjin Nurhasjim. Musik di era tahun 50an yang jauh dari kebisingan musik digital membuat kita mengakui bahwa musik era tersebut lebih orginal dan kualitas musiknya memang jempolan. Pengisi sountrack film Tiga Dara pun begitu luar biasa, olah vokal mereka begitu prima, nama nama seperti Bing Slamet, Djuita, Sam Saimun, S Efenddy mampu membuai penonton dengan lagu lagunya.
Maka nada nada indah di lagu Tamasja, Tiga Dara,Letnan Hardi dan juga Siapa Namanja terdengar keren meski telah melewati enam dekade dan dari lagu lagu tersebut kita pun bangga pernah mempunyai komposer sehebat Ismail Marzuki dan koleganya.
Tiga Dara Menggapai Asa,Film Nasional Perlu Kualitas Dan Jadi Identitas
Pernah terjadi satu ketika film film yang bertabur adegan Bupati alias buka paha tinggi tingi dan juga wabah Sekwilda atawa sekitar wilayah dada. Saat film nasional di pacu untuk adegan ranjang, di antara dominasi film yang berformat syur. Sialnya kartel layar bioskop pun merajalela sehingga perlahan lahan bioskop bioskop di berbagai tempat akhirnya gulung tikar.
Dulu di daerah Bekasi ada beberapa bioskop yang memutar film nasional dengan jumlah penonton yang signifikan, bahkan di Cikarang pernah mempunyai tiga bioskop sekaligus namun tragisnya kini bioskop menjadi gedung tua yang terlantar.