Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kolaborasi Spirit Kaizen Dengan Semangat Gotong Royong,Sukses Toyota Indonesia dalam Aplikasi QCC

23 Agustus 2016   06:09 Diperbarui: 23 Agustus 2016   08:45 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="PerubahanTanpa Batas,spirit Kaizen(dokpri)f"]Spirit Kaizen di Toyota Indonesia(dokpri)

Rentang waktu empat dekade Toyota hadir di Indonesia, banyak dari kita berpikir bahwa tenaga kerja Indonesia memiliki standar rendah untuk produktifitas, asal asalan, tidak disiplin dan beberapa stigma buruk yang melekat, padahal tak semua yang buruk di miliki pekerja Indonesia, apa lagi kini kita di hadapkan pada situasi pasar bebas ASEAN atau MEA, persaingan sengit tentang produktifitas pekerja Indonesia terus di pertanyakan.

Mampukah ribuan buruh aseli Indonesia mampu head to head dengan pekerja asing? Ada pesimisme bahwa pekerja Indonesia bukanlah tipikal pekerja yang hebat, namun pendapat itu bisa tertepis saat penulis hadir dalam peluncuran buku  Perubahan Tiada Henti 25 Tahun Perjalanan QCC Toyota Indonesia “Membangun manusia sebelum membuat produk”.

Gambaran tentang payahnya pekerja Indonesia soal urusan ke disiplinan yang masih minus seolah terhapus, Indonesia secara khusus pekerjanya ternyata memiliki spirit kaizen, sebuah semangat ala negeri samurai yang sukses teraplikasi oleh karyawan/ti Toyota Indonesia, sebuah gelombang kesadaran tentang pentingnya sebuah perubahan meski hanya perubahan yang di anggap remeh temeh.

Budaya Kaizen Di Perkaya Kearifan Lokal

Perbaikan berkesinambungan akar dari kata kaizen, dan kaizen di lakukan dengan menggunakan kendali mutu yang di kenal dengan nama Quality Control Circle(QCC) dengan menggunakan  8 langkah dan tools. Namun perbaikan itu membutuhkan proses, ada ungkapan yang menarik dari Bapak Warih Andang Tjahjono selaku Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia bahwa kita butuh proses yang tidak instan, ada waktu yang di butuhkan untuk mencapai QCC dan salah satu kunci sukses penerapan quality control circle adalah pendekatan humanis kepada pegawai di lingkungan Toyota.

Masyarakat Indonesia sudah lama mengenal budaya gotong royong, di setiap moment entah duka cita maupun acara keriaan, tetangga saling bahu membahu saling memberi dukungan, persoalan pun terpecahkan dengan mengerjakan sesuatu secara bersama sama. Dalam adat gotong royong sudah lumrah orang menyumbang beras, gula atau makanan pokok lainnya di saat kerabat mengalami musibah ataupun sedang mengadakan pesta,

Semangat gotong royong ala bangsa Indonesia sebenarnya beririsan dengan kegiatan QCC. QCC adalah kegiatan berkelompok yang memerlukan kontribusi bersama, tak ada namanya jasa besar ataupun jasa kecil, ide sederhana atau ide brilian, semua turut serta dan mempunyai peranan dalam kelompok. Beruntung akar budaya gotong royong ala bangsa Indonesia tetap melekat kuat, di tambah dengan spirit kaizen sehingga QCC teraplikasi baik oleh karyawan Toyota Indonesia.

Semua Bisa Berubah, Keniscayaan Yang Berbuah Manis

“Berbagi”(Bersama Membangun Indonesia) adalah simbol dari semangat Toyota yang mengambil peranan mengembangkan Indonesia dengan berbagai pihak yang terkait termasuk di dalamnya adalah pemerintah dan masyarakat Indonesia, semangat Berbagi merupakan ketulusan dan cinta dari seluruh elemen Toyota untuk selalu memberikan kontribusi yang terbaik bagi bangsa Indonesia.

Ada adigium yang cukup menarik bagi penulis dan Toyota telah melakukannya dengan cara yang lebih humanis, korporasi bisa saja akan bertujuan membidik laba sebanyak banyaknya dengan cara apapun, bisa dengan cara bengis tanpa etika dan abai terhadap rasa kemanusiaan, yang penting profit mengalir ke kas perusahaan, sebodo amat para pekerjanya hidup pas pasan dengan standar kesejahteraan yang minim.

Namun Toyota bukanlah perusahaan profit oriented, bahwa pekerja adalah sebuah bagian dari keluarga besar yang harus di rawat sebagai manusia seutuhnya, dengan tagline Membangun manusia sebelum membuat produk adalah simbol Toyota mengimplementasikan sumber daya manusia sangatlah berharga.

Salah satu pilar penting adalah Toyota Production System(TPS) yang melejitkan mutu sumber daya manusia di Toyota sehingga mutu produk dan layanan konsumen pun terjaga. TPS hadir memberikan pekerja rasa nyaman, keselamatan, serta kepuasan pekerja. TPS memberikan perusahaan fleksibilitas untuk dapat merespon pasar, mendapatkan keuntungan melalui pengurangan biaya dan kesejahteraan dalam jangka panjang.

TPS menjaga agar karyawan memiliki rasa kebanggaan dan selalu efisien dalam bekerja, dan konsep 5S merupakan panduan dengan cakupan Seiri berarti ringkas, Seiton artinya rapi, Seiso mempunyai makna resik, Seiketsu berarti rawat dan Shitsuke yang berarti rajin.

Kini Toyota memetik hasil dari apa yang di tanam berpuluh tahun silam, begitu pun apa yang terjadi di Toyota Indonesia. Perjalanan 25 tahun QCC Toyota Indonesia memberikan andil yang begitu signifikan, perusahaan multinasional  hingga Maret 2014 memperkerjakan 338.875 karyawan di seluruh dunia, dari jumlah produksi bahwa di tahun 2012 Toyota produsn otomotif terbesar di dunia. Toyota memproduksi lebih dari 10 juta unit kendaraan setiap tahunnya.

Dan di Indonesia pada kenyataannya Toyota merupakan merk mobil favorit konsumen dengan berbagai varian yang merupakan Local Production Model mulai jenis hatcback, sedan, MPV, SUV hingga varian commercial. Moto Toyota yakni we make people before we make product bukan bualan pemanis korporasi namun di laksanakan dengan sebenarnya dengan berbagai cara dan salah satu konkritnya adalah membangun Learninhg Center di pabrik Toyota Indonesia Karawang dan juga Sunter.

QCC Teraplikasi Di Sebuah Negara? Kenapa Tidak!

30 tahun yang lalu sulit rasanya melihat bioskop atau pusat perbelanjaan memiliki toilet cantik dengan kebersihan prima ada di negeri ini, toilet seperti itu hanya ada di negara maju di belahan dunia seperti Jepang, negara negara Eropa atau Singapura. Namun kini apa yang dulu hanya bisa bermimpi dengan toilet bersih ternyata hadir di negeri kita.

Pusat perbelanjaan, tempat umum seperti terminal, bandar udara di Indonesia telah mempunyai konsep kebersihan yang sudah mulai menjadi budaya, perilaku positif ini tentu sangat menggembirakan. Sebuah qoute yang menarik dari Bob Azam Direktur PT TMMIN yang pantas kita renungkan “ Pelaksanaan QCC secara konsisten merupakan salah satu cara ampuh mengembangkan karyawan dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat. Budaya teamwork begitu kental di QCC melahirkan semangat mentoring di mana para senior  secara suka rela membantu para juniornya untuk terjun dan berpikir seorang engineer dalam aktivitas QCC ini.”

QCC tak hanya berhasil di tingkat perusahaan, lompatan sukses QCC menembus batas geografi sebuah bangsa, semangat kaizen menghujam dan memperbaiki keadaan suatu bangsa, beberapa negara yang sukses menerapkan QCC tanpa tersekat budaya membuktikan bahwa QCC bisa berlaku universal. Negara negara yang menerapkan QCC dari Jepang adalah negara seperti Singapura, Burkina Faso dan Botswana.

Kunci keberhasilan dari negara negara tersebut tak serta merta, ada tahun tahun pembelajaran yang akhirnya bermuara dengan keberhasilan negara tersebut menerapkan QCC, namun yang perlu di ingat bahwa negara tersebut mendesain dan mengimplementasikan  sebuah gerakan dengan beberapa mindset seperti komitmen yang kuat dari pemimpin, membangun organisasi inti yang bertanggung jawab terhadap perbaikan kualitas dan produktifitas.

Selain itu ada juga dukungan institusi dan mekanisme di tingkat pusat maupun lokal. Selanjutnya adalah kampanye masif untuk partisipasi massal, adanya otorisasi  dan standarisasi program pelatihan dan material. Hal penting lainnya adalah mengembangkan kapabilitas keahlian konsultan produktivitas dan manajemen swasta.

Singapura meluncurkan Productivity Movement di tahun 1981, namun jauh sebelum itu mereka telah memulainya di tahun 1964 dengan membentuk Productivity unit. Jalan panjang Singapura dalam penerapan QCC kini telah terbukti, negara kecil yang bertetangga dengan Indonesia telah mampu menembus tiga besar Global Competitiveness Index(GCI) di tahun 2010/2011 dan menduduki posisi runner up di tahun 2011/2012 dari 139 negara.

Sekali lagi pencapaian ini tidaklah instan melainkan kerja keras selama bertahun tahun, jejak gemilang aplikasi QCC di Singapura ternyata di ikuti juga oleh negara di belahan benua Afrika, Burkina Faso dan Botswana, adaptasi QCC di Burkina Faso di mulai pada tahun 1989 sedangkan Botswana di mulai saat tahun 90an dengan presiden Sir Ketumile Masire yang meminta bantuan Perdana Menteri Singapura Goh Chok Tong.

Penerapan QCC di Botswana selama 23 tahun namun Botswana belum membuat perkembangan yang sutansial dalam menerjemahkan peningkatan kepedulian, menurut GCI tahun 2009/2010, peringkat Botswana berperingkat ke 66, pada tahun 2011/2012 malah peringkat Botswana melorot ke rangking 88, program perbaikan prudktivitas berjalan dua dekade namun dampaknya belum sesuai harapan.

Semangat kaizen bila kita miliki maka peluang keberhasilan dalam melejitkan produktvitas sebagai suatu bangsa sangat besar, kaizen menekankan kesabaran, daya tahan dan juga orientasi penyempurnaan suatu proses. Budaya Kaizen menurut Padang Wicaksono S.E.,Ph.D selaku Deputi Program Direktur untuk Pendidikan Riset, dan Kemahasiswaan Program Vokasi Univeristas Indonesia, aspek budaya kita menekankan hasil serba cepat(instant).

Namun bukan berarti bangsa Indonesia tidak bisa menerapkan QCC, langkah yang mungkin bisa adalah dengan menerapkan kurikulum pendidikan lebih dini dan berjenjang mulai dari Pendidikan usia dini,SD, SMP dan SMA.

Beruntung Bisa Belajar Perubahan Tiada Henti Ala Toyota

Dengan nara sumber yang berkompeten, penulis merasa beruntung berada di acara peluncuran buku “Perubahan Tiada Henti” api spirit kaizen ternyata bisa di aplikasikan di perusahaan dan juga negara. Hal hal perubahan telah membuka mata penulis bahwa setiap insan bisa berubah ke arah positif, beruntung banget hadir dan juga bertemu dengan Joice Tauris Sakti sebagai penulis buku.

Sudah saatnya memang bangsa ini memiliki semangat perubahan, Toyota Indonesia telah melakukan QCC selama 25 tahun terakhir dan ini membuktikan bahwa bangsa Indonesia pun, wabil khusus karyawan Toyota Indonesia sebenarnya sangat mampu berubah ke arah positif, semoga ini menyemai bibit perubahan untuk Indonesia pada umumnya.

Maju terus Indonesia dan di usianya yang ke 71 ini, semoga perubahan positif akan terus terjadi dan virus kaizen mampu menerjemahkan arti dari sebuahan perubahan agar Indonesia terus berkarya dan bekerja nyata, salam.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun