Peserta dan dewan juri poto bersama(dokpri)
Belajar kepada guru yang benar adalah awal dari pijakan hidup, begitulah pengalaman saat menghadiri acara Coverage Akademi Menulis Kompasiana-PLN yang di selenggarakan pada tanggal 25 April 2016 di Usdiklat PLN, Jalan Letjend S Parman Nomor 25, Slipi Jakarta Barat. Bersama 30 kompasianer yang juga hadir, penulis bersyukur bisa mengikuti acara Coverage Akademi Menulis Kompasiana-PLN, bertemu dengan sesama kompasianer adalah anugerah tersendiri, menyaksikan penjurian langsung merupakan moment luar biasa dan menjadi pengalaman menarik.
Setelah registrasi peserta, penulis pun segera memasuki ruangan yang tampak di penuhi peserta Akademi Menulis Kompasiana-PLN yang berbaju serba putih, dan juga para kompasianer, di pandu pembawa acara yaitu admin Kompasiana, Mbak Widi, acara berlangsung cair dan juga hangat sehingga acara berlangsung menarik dari awal hingga akhir, tampak pula Kang Pepih Nugraha, Bang Iskandar Zulkarnaen dan Mas Nurulloh dari Kompasiana.
Dalam kata sambutanya COO Kompasiana, Pepih Nugraha mengatakan bahwa yang di ajarkan dalam Akademi Menulis Kompasiana-PLN, bagaimana mengisi sosial media dengan konten yang kita create sendiri, persoalannya bagaimana mencari konten yang menarik, di Akademi Menulis, tak melulu konten itu adalah teks semata, ada juga video, ada sound atau suara dan bahkan gabungan dari video dan suara.
Yang menarik dari kata pembuka dari Kang Pepih yaitu bahwa dalam menulis haruslah bermanfaat bagi orang lain, dan dalam Akademi Menulis di ajarkan cara menulis yang baik dengan cara story telling, tulisan mempunyai sebuah ruh dan tentunya bermanfaat bagi orang lain. Bahwa pelatihan menulis bagi Kompasiana bukan hal yang pertama, sudah beberapa kali Kompasiana mengadakan kegiatan Workshop & Blogging di berbagai daerah. Namun untuk kegiatan yang lebih intens dan terarah kegiatan Akademi Menulis Kompasiana-PLN merupakan kegiatan lebih detail dengan melibatkan pemateri handal di bidangnya.
Di pagi hari yang cerah, para kompasianer pun di sambut oleh Pak Ridho dari pihak PLN, bahwa kegiatan ini merupakan program pertama bagi PLN, dan korporasi yang bergerak di bidang kelistrikan tanah air ingin menjadi pionir di Akademi Menulis dan tergandenglah program magang bersama blog keroyokan Kompasiana, dalam kata sambutannya pak Ridho berpesan agar peserta magang menjaga stamina karena kegiatan untuk hari ini adalah salah satu cek point, masih ada kegiatan lain yang peserta pun tetap fokus.
Teknis Uji Akademi Menulis Kompasiana-PLN
Waktu telah menunjukan pukul 9.30 Waktu Indonesia Bagian Barat, Pak Ridho pun telah menguraikan bagai mana teknis kegiatan acara Coverage Akademi Menulis Kompasiana-PLN, peserta magang ada 20 peserta yang nantinya tersring menjadi 14 peserta, 3 peserta observer tidak di ikutkan dalam penilaian, kemudian para peserta terbagi dalam 3 ruangan dengan komposisi juri yaitu 2 dari Kompasiana dan 1 dari PLN.
Ruangan yang akan di pakai sebagai tempat presentasi adalah di lantai 2 yaitu ruangan Teuku Umar dan Diponegoro. Sedangkan satu ruangan di lantai 3 adalah Imam Bonjol, format peserta dalam ruangan adalah 5,5,4 yang berarti ada ruangan di isi lima peserta dan ada juga di isi oleh 4 peserta, adapun untuk ruangan Diponegoro di mana saya berada, di isi dewan juri dari Kompasiana yaitu COO Kompasiana Pepih Nugraha, juri lainnya adalah Adhyatmika, sedangkan juri dari PLN adalah GM Pusdiklat.
Untuk ruangan Teuku Umar yang juga di lantai 2, hadir Bang Iskadar Zulkarnaen dan Mas Gentar, untuk dari PLN adalah bapak Made yang memegang jabatan Kepala Satuan Komunikasi Corporate. Di ruangan lantai 3 bernama ruang Imam Bonjol, di isi dewan juri Mas Nurulloh dan Roderick Andrian Mozes dan juri pengganti yang di isi oleh Pak Ridho.
Mekanisme penjurian yaitu, para peserta harus mempresentasikan apa yang telah di ajarkan dalam Akademi Menulis Kompasiana-PLN dengan durasi selama 10 menit, dan 40 menit berikutnya peserta akan di berikan pertanyaan pertanyaan dari para dewan juri dan juga para kompasianer yang berada dalam ruangan, nantinya akan di pilih peserta terbaik dalam check point presentasi ini.
Ketegangan Dan Kehebohan Di Ruangan Diponegoro
Dalam list Kompasiana peserta coverage untuk ruangan Diponegoro, tercantum nama nama K’ners seperti Indra Purwita, Andri Mastiyanto, Tamita Wibisono, Khairulnisa Maslichul,Ignasia, Anjar Setyoko, Riap Windu dan Evelyne Angeline. Sedangkan untuk peserta Akademi Menulis adalah M Taufiq, Rakhmadsyah, Soelistiyoadi Nikolaus, Emmilia Tobing dan Grahita Muhammad. Ruangan Diponegoro seakan menjadi sebuah saksi bisu di mana para peserta Akademi Menulis Kompasiana-PLN di gelontori pertanyaan pertanyaan dari dewan juri dan juga para kompasianer.
Penulis sempat merekam bagaimana ketegangan, drama, dan juga pertanyaan pertanyaan kritis yang beredar di ruangan Diponegoro, ada rona kegugupan dari para peserta, ada juga peserta yang tampak percaya diri, dan bahkan ada juga peserta Akademi Menulis di saat setelah presentasi meminta poto selfie bersama juri dan kompasianer, sebuah permintaan yang susah untuk di tolak juri dan kompasianer.
Ruangan Diponegoro yang sejatinya adem dengan hembusan dari semilir pengatur ruangan udara seakan tak kuasa melawan riuhnya pertanyaan genial dari dewan juri, dan pertanyaan kompasianer yang terkenal ganas soal tanya menanya kepada nara sumber. Hadir peserta pertama bernama M Taufiq, untuk beberapa detik pertama peserta ini sedikit gugup, entahlah apakah melihat kompasianer yang kece kece? Hehehe. Namun kegugupannya sedikit teratasi seiring dengan waktu yang berjalan.
M Taufiq sangat bersyukur menjadi peserta Akademi Menulis, produktifitas dalam menulis sejak ia berada di Akademi meningkat pesat, sebagai perbandingan yaitu saat mengikuti Akademi, jumlah tulisan di Kompasiana dalam seminggu bisa menghasilkan 4 tulisan dengan jumlah view 476. Padahal dalam rentang 2010 hingga 2013 di blog pribadi, ia hanya menghasilkan 9 tulisan dengan jumlah pembaca 692,menurut M Taufiq yang bekerja di PLN sebagai asisten manager adminitrasi Sektor Pembangkitan Keramasan. Menurut M Taufiq para mentor di Akademi Menulis banyak memberikan pencerahan dalam menulis.
Peserta kedua untuk presentasi adalah Rakhmadsyah yang menjabat sebagai Asisten Manager Keuangan dan Adminitrasi PLN Pembangkitan Sumatera bagian Utara,sektor pembangkitan Medan. Menurut Rakhmadsyah mengungkapkan dengan keikutsertaannya di Akademi Menulis sangat membantu dirinya untuk menuliskan kelistrikan di Sumatera Utara, dan sebuah postingan yang berjudul “Inilah Hambatan PLN Bangun Pembangkit Baru”, yang di posting pada tanggal 20 April 2016 di klik sebanyak 320 kali, tertinggi di bandingkan tiga tulisan lainnya.
Menurut Rakhmadsyah dengan mengikuti Akademi Menulis, kemampuanya menulis feature semakin membaik ini yang membuat beliau percaya diri memberikan informasi tulisan bagi PLN, bahwa memang Sumatera Utara pasokan listrik kurang, beban puncak yang bisa mencapai 2000 Megawatt sedangkan cadangan listrik hanya 2140 ini yang menjadi permasalahan jika ada pemadaman, di sinilah peran humas untuk menuliskan mengapa terjadi pemadaman tanpa harus defensif. Tulisan opini pun menjadi santapan saat di Akademi, dengan mentor yang handal, Rakhmadsyah bersyukur bahwa tulisan opininya di Kompasiana di baca dengan jumlah klik yang signifikan.
Nikolaus Yang Kalem, Emmilia Nan Renyah Serta Grahita Yang Memikat
Setelah dua peserta mempresentasikan karyanya, tersisa tiga peserta yang siap nggak siap harus menghadapi dewan juri dan juga para kompasianer lainnya, peserta ketiga Soelistiyoadi Nikolaus, pria jangkung yang dua kali salah menyebut Kang Pepih sebagai Kang Pepeng,kontan saja ruangan Diponegoro jadi riuh dengan cuitan para kompasianer. Pak Nikolaus dari PLN Nusa Tenggara Timur. Dengan narasi yang terarah, Nikolaus mulai bertutur bahwa dunia literasi adalah dunia baru, selama ini beliau berkecimpung di dunia teknik, mengikuti Akademi seperti menarik adrenalin beliau namun rintangan harus di hadapi.
Semua hal yang baru tentang dunia menulis membuat Nikolaus terus belajar dan mencoba memahami teknik menulis, video blogging, Nikolaus sangat senang bisa di ajarkan cara membuat video blogging melalui smartphone, dari para instruktur menurut Nikolaus dibekali dengan pengajaran merangkai kata dengan pembahasan yang detail, terukur yang membuat pegawai PLN NTT merasa tulisannya semakin mempunyai warna, bahkan salah satu tulisannya berjudul “Suka Duka Membangun Listrik Perbatasan” yang di ganjar Headline.
Fokus tulisan Soelistiyadi Nikolaus menitik beratkan tentang perkembangan kelistrikan di NTT terutama di daerah perbatasan dengan negara terdekat dengan Indonesia yaitu Timor Leste, dengan rasio di bawah 60% dalam program Indonesia menyala, NTT terus membenahi infrastruktur kelistrikan, hingga saat ini sudah ada 5 kabupaten, 9 kecamatan dan 19 desa yang sudah menikmati listrik dan PLN terus secara bertahap akan memperluas akses masuknya listrik ke daerah daerah dengan inovasi tenaga surya yang tentunya lebih hemat energi.
Seusai jeda waktu Istirahat Sholat dan Makan, hadir wanita cantik bernama Emmalia Tobing, sebelum presentasi Mbak Lia sudah dikerubuti kompasianer yang ingin tahu lebih dekat tentang kiprah Mbak Emmalia Tobing yang bertugas sebagai Supervisor Humas dan PKBL PLN Sumatera Barat, presentasi Mbak Lia yang renyah, runut dan gampang di cerna, membuat para kompasianer sempat bisik bisik bahwa si mbak yang satu ini kandidat kuat untuk memenangkan peserta terbaik, Mbak Lia sangat antusias mengikuti Akademi Menulis Kompasiana-PLN, bahwa dunia humas dan dunia literasi new media ibarat saudara kandung beda karakter, bahasa humas yang cenderung baku sangat berbeda dengan penulisan di media sosial. Dalam masa Akademi Menulis Kompasiana-PLN, Mbak Lia menulis tentang salon di pasar Palmerah dengan judul yang eye catching, menggoda dan ada alasan orang untuk mengkliknya, judul Kenikmatan di Dalam Pasar itu Bernama Salon yang menuturkan pengalaman Mbak Lia blusukan di pasar. Selain tentang pasar, ia pun menuliskan tentang permasalahan kelistrikan di Sumatera Barat dalam sebuah tulisan berjudul Kisah di Balik Pasokan Listrik Aman Saat Latihan Mancanegara.
Peserta terakhir dalam acara Akademi Menulis Kompasiana-PLN adalah Mas Grahita Muhammad, dengan kepercayaan diri pegawai PLN dari pembangkitan listrik Tanjung Jati B,dengan mengambil sampel akun resmi facebook PLN. Bahwa berita berita pemadaman listrik yang terkabarkan dalam akun FB seakan menjadi ikon bahwa pemadaman adalah identik dengan PLN. Kenapa PLN tidak menampilkan gambar gambar heroik pekerja PLN yang sedang bertaruh nyawa di ketinggian SUTET yang memiliki aliran listrik tinggi, kenapa bukan pegawai PLN yang hadir paling awal yang di tampilkan.
Grahita menampilkan presentasi yang cukup menohok, seakan anti mainstream namun ini adalah sisi unik yang sebenarnya harus terus di eksplor, dengan bimbingan mentor dari Kompasiana, tulisan Grahita seperti menemukan ruhnya dan tulisan unggulan yang berjudul Limbah Batu Bara, Harta Karun Yang Terpendam di ganjar admin dengan headline, tentang kebermanfaatan abu batu bara(ash) yang merupakan sisa dari batu bara yang merupakan sumber energi untuk PLTU.
Setelah menampilkan presentasi, Grahita meminta untuk poto selfie dengan juri dan kompasianer, wih ada ada saja deh, tapi secara umum presentasi Grahita Muhammad tentang penulisan di dunia digital sangat atraktif dan memikat.
Mind Mapping, Pemetaan Pemikiran Dalam Sebuah Tulisan, Nasehat Jitu Kang Pepih
Akademi Menulis Kompasiana-PLN merupakan titik awal untuk membangun kokohnya dunia literasi di kalangan pegawai PLN, dengan bekal pengalaman yang di bagikan oleh para petinggi Kompasiana kepada peserta di harapkan nantinya dengan ilmu yang di dapat, mereka mampu menuliskan dengan kualitas baik kiprah PLN, Akademi Menulis Kompasiana-PLN yang meliputi teknik membuat video blogging, fotografi, pelatihan menulis serta pelatihan jurnalistik dasar yang bersumber dari orang orang ahli di bidangnya, tersebutlah nama Hilman Fajrian dan Gapey Sandy sebagai seorang expert di bidang jurnalistik yang mementori para peserta, belum lahi peran Kang Pepih, Bang Isjet dan Mas Nurul yang all out memberikan ilmunya kepada peserta Akademi.
Namun yang menurut saya menarik dan sangat seksi untuk di pelajari yaitu tentang ucapan Kang Pepih saat menjadi juri di ruangan Diponegoro. Sebuah kata Map Mapping bisa di aplikasikan dalam tulisan, sehingga tulisan lebih fokus dan terarah, tidak meloncat loncat, metode ini di kenalkan oleh Tony Buzan yang merupakan ahli di bidang pengembangan potensi manusia yang memaksimalkan penggunaan otak kanan dan kiri.
Pemetaan pemikiran yang di ulas Kang Pepih dan penulis beruntung mendapatkan ilmu tersebut bersama kompasianer yang berada di ruangan Diponegoro,dengan cara mencatat yang efektif serta fokus, tulisan tak akan kemana mana, mind mapping sangat elastis dalam merencanakan rute tulisan agar lebih terarah, kemana pun arah tulisan yang kita inginkan akan selalu menuju ke arah tulisan yang benar.
Pemetaan pemikiran meski di ulas hanya beberapa menit dari Kang Pepih namun memberikan bekas yang mendalam bagi penulis, sekali lagi penulis sangat bersyukur bisa tahu tentang mind mapping atau pemetaan dalam acara coverage Akademi Menulis Kompasiana-PLN.
Saat Mati Lampu, Di Sana Pula Crew PLN Kerja Keras Meski Cacian Berhamburan
Pernah denger lagu berjudul Mati Lampu?
“Mati Lampu
Aduh Gelapnya
Gelap gelapan jadinya seperti siluman”
Yup mati lampu identik dengan PLN, karena PLN korporasi yang mengurus masalah listrik di tanah air. Seusai acara penjurian dan semua peserta dan kompasianer berkumpul di satu ruangan, penulis perhatikan dari semua topik yang ada, mati lampu mendominasi pembicaraan dan ini merupakan pekerjaan besar bagi PLN. Masyarakat awam saat mati lampu dipastikan akan merutuki kinerja PLN yang dianggap asal asalan, namun masyarakat belum paham betapa di balik mati lampu itu ada kerja keras dari tangan tangan terampil petugas lapangan untuk memulihkan listrik dari ancaman padam, saking seringnya PLN mati lampu, para netizen membuat meme meme yang terkadang nyelekit namun itu adalah fakta yang ada.
Dengan adanya Akademi Menulis-PLN semoga para punggawa PLN yang mengikuti Akademi dapat memberikan edukasi betapa PLN pun berupaya agar listrik tetap hidup selama 24 jam nonstop, dan walau pun mati lampu para petugas PLN tetap bekerja keras agar jaringan yang padam bisa segera pulih. Dari gambar gambar yang di sajikan Mas Grahita Muhammad kita jadi berdecak kagum akan kesungguhan PLN menjaga pasokan listik di tanah air.
Senyum Kemenangan Mbak Lia, Antusiasme Penanya Terbaik dan Live Tweet Terbaik
Jam telah menunjukan pukul setengah empat sore, Mbak Widi pun bersiap mengumumkan peserta terbaik dalam Internship of Communication Public Relation in Digital, dan ternyata Mbak Emmalia Tobing mendapatkan gelar peserta terbaik dengan hadiah 2 juta rupiah, pembawa acara pun mengumumkan 10 pemenang untuk penannya terbaik dan ada juga jawara live tweet.
Alhamdulillah meski sempat terpeleset saat nanya ke Pak Niklous, ternyata penulis menjadi salah satu pemenang dari 10 penanya terbaik dengan hadiah 200 ribu rupiah, sedangkan untuk live tweet, seperti biasa Mas Uci Junaedi di dapuk sebagai pemenang.
Tuntas sudah acara Coverage Menulis Kompasian-PLN, semoga bisa mendapat manfaat dari acara ciamik ini, banyak ilmu di dapatkan, dan senang rasanya bertemu dengan para pegawai PLN dan juga para K’ners yang keren keren, maju terus dunia literasi digital Indonesia, salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H