Kopitiam Tan tempat acara Kompasiana Coverage,kopdar bebas berbagi (dokpri)
Sebuah pencerahan datang saat kopdar Kompasiana, bertempat di Kopitiam Tan kawasan SCBD, Sabtu 19 September 2015, 30 an kompasianer hadir di acara Kompasiana Coverage:Kopdar Bebas Berbagi #UnstoppableIndonesia, bukan semata bertemu dengan para kompasianer, ternyata acara yang saya ikuti benar benar cadas, ada harapan bahwa Indonesia akan jauh lebih baik dengan memiliki anak muda yang memiliki ide cemerlang sekaligus mengaplikasikan sebuah ide menjadi kekuatan bisnis mumpuni.
Menurut Bapak Paul Setio Kartono dari pihak FWD Life, masyarakat Indonesia masih kurang untuk berjiwa enterprenuer alias berjiwa wira usaha, dibanding negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura yang memiliki rata rata 5% hingga 7% jiwa enterpreneurship dari populasi penduduknya, sedangkan Indonesia baru di kisaran 1,6 %.
Paul Setio Kartono yakin bahwa passionpreneur anak muda Indonesia tak bisa dibendung, mereka memiliki originalitas dan juga inovasi, kopdar passionpreneur ini juga menjembatani para passion people dengan para investor untuk mempresentasikan ide dan konsep bisnis.
Anak Muda Indonesia, Cerdas Membuka Peluang Usaha
Para finalis tampak sedang berbincang serius dengan salah satu investor(dokpri)
Tak tanggung tanggung ada 3.500 ide bisnis dan konsep untuk menjalankannya, ide ide bisnis itu berasal dari pemikiran dan inovasi anak muda Indonesia, dan dari ribuan ide bisnis tersebut muncullah 6 finalis, dan yang hadir di Kopitiam Tan ada lima finalis karena satu finalis berhalangan hadir, saat mereka hadir untuk mempresentasikan ide bisnisnya, saya meyakini dari merekalah bangsa ini akan terus ada untuk bersaing dengan negara negara lain, kelima finalis itu adalah, Ignatius Leonardo, Anggia Rahendra, Rinda Fitra, Alicia Van Akker dan Fitri Kumala.
Mereka berlima adalah gambaran anak muda yang rata rata berusia kurang dari 30 tahun, namun daya inovasi mereka sangat mengagumkan, ada yang mengolah kulit kayu menjadi sebuah benda artistik, ada pula yang mengoptimalkan bakat vokal dan hobi bernyanyi yang meramu sebuah talenta menjadi sesuatu yang menghasilkan pendapatan yang mumpuni, ada juga mencari celah dalam potensi daerah, yap memaksimalkan tanaman kopi di Lampung lho, dan yang tak kalah menarik yaitu mendirikan rumah MC dngan konsep bisnis dan sosial.
Di era digital, peluang untuk membuat aplikasi adalah salah satu yang ditampilkan finalis, mobile aplication yang mengoptimalkan fungsi gadget di era kekinian. Disaat banyak pemberitaan miring anak muda di Indonesia, misalnya tawuran, penyalah gunaan obat terlarang dan seabrek kesan negatif, ternyata tumbuh jiwa jiwa enterpreneurship, dan anak muda Indonesia yang tetap berinovasi, masih ada!
Rumah MC Indonesia, Membetot Perhatian Dewan Juri
Sore hari yang cerah, secerah penampilan Alicia Van Akker, dengan sapaan awal “Halo, halo Hai.” Maka meluncurlah apa itu Rumah MC Indonesia, menurut si Mbak yang berpenampilan menawan, bahwa konsep Rumah MC Indonesia adalah one stop sevice for public speaking, berawal dari tahun 2012 saat masih kuliah, Alicia cuma pengen membuat management MC, namun seiring waktu berjalan, konsep jadi berubah sesuai kebutuhan dan permintaan, saat ini Rumah MC meliputi management MC, sekolah MC, komunitas MC, komunitas publik speaking, majalah publik speaking dan terakhir yaitu mengadakan event Indonesia Publik Speaking Festival.
Mengakali luasnya wilayah Indonesia, untuk lingkup festival yang pesertanya dari berbagai penjuru tanah air, maka diadakan audisi melalui video, selain itu Rumah MC pun melakukan perlombaan reguler dengan para peserta dari Jabodetabek, kegiatan ini sudah berjalan tiga tahun. Rumah MC tak melulu berorientasi bisnis namun ada fungsi sosial yang harus dikedepankan, speak,share dan sosial, konsep bisnis dan sosial berjalan seiringan, dari keuntungan Rumah MC Indonesia untuk didonasikan untuk adik asuh.