Dalam berkembangannya, BKKBN pun memiliki sebuah program bernama Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera(UPPKS), kemandirian ekonomi memang sangat diperlukan, apalagi beberapa saat nanti ketika Masyarakat Ekonomi ASEAN datang, persaingan di pasar regional pun akan semakin kompetitif, sudah saatnya kini pemberdayaan keluarga menjadi lebih terfokus, dan dengan program ciamik dari BKKBN, maka peran keluarga untuk mendapatkan peluang usaha akan terbuka lebar.
Ada tujuh fase yang bisa disimpulkan agar kemandirian secara ekonomi bagi keluarga, sebuah step by step yang akan membawa perubahan signifikan agar ekonomi keluarga jauh lebih baik, dan hari hari pun di isi dengan aneka kegiatan produktif, tentu saja dibanding berumpie ria atawa bergosip, jelas kegiatan Usaha Peningkatan pendapatan Keluarga Sejahtera akan terasa bedanya, hal yang pertama yang harus dilakukan adalah pembentukan kelompok, setelah kelompok terbentuk, langkah selanjutnya adalah mengenali pasar, setelah pasar dikenali barulah ke tahap selanjutnya yaitu menentukan jenis usaha.
Setelah jenis usaha di dapat, hal berikutnya adalah menggalang modal, setelah itu baru dipikirkan untuk sebuah proses produksi, proses inilah yang menjadi tulang punggung, karena produksi yang baik tentunya akan menentukan langkah berikutnya yaitu pemasaran, setelah enam tahap dilalui maka pendampingan dan pembinaan menjadi hal berikutnya dalam UPPKS.
Unit unit usaha dalam UPPKS bisa meliputi di sektor pertanian, peternakan maupun perikanan, sebagai contoh, UPPKS di daerah kabupaten Karang Anyar di provinsi Jawa Tengah, UPPKS meliputi usaha usaha seperti agrobisnis, pengrajin, industri keci, pedagang pasar, pedagang kaki lima, dengan modal yang digulirkan, strategi UPPKS ini cukup ampuh untuk menopang perekonomian keluarga, yang dibutuhkan memang ketekunan untuk terus berusaha.
Implementasi Revolusi Mental Agar Tidak Menjadi Macan Kertas
Jalan panjang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional telah di mulai sejak zaman orde lama dan diteruskan oleh zaman orde baru, bahkan di sebut sebut keberhasilan Keluarga Berencana terjadi di saat republik ini dipimpin oleh presiden Soeharto, pasca reformasi, gerakan Keluarga Berencana memang masih ada namun gaungnya pun tidak begitu terasa, dan kini setelah presiden ke tujuh dalam sejarah republik, yaitu presiden Joko Widodo, sebuah konsep baru ditawarkan, konsep itu bernama Revolusi Mental, adigium ini pulalah yang menjadi sebuah titik balik untuk kemenangan pemilihan presiden di tahun 2014 lalu.
Tahta RI 1 telah dalam genggaman, konsep revolusi mental yang menjadi visi misi Joko Widodo saat kali pertama beliau mengucapkannya pada tanggal 26 April 2014, dan konsep revolusi mental memang layak di kedepankan bila memang diperlukan oleh bangsa ini, di setiap tatanan masyarakat selalu ada konsep konsep perbaikan, bila memang revolusi mental bisa ‘menyembuhkan’ perilaku kekinian yang cenderung abai dalam nilai nilai kebenaran, kita lihat saja, perilaku korupsi yang seolah telah membudaya.
Entah berapa orang dari kepala daerah, mulai dari bupati, walikota, gubernur dan juga oknum menteri yang pernah menjabat dalam kabinet akhirnya dijebloskan ke dalam hotel prodeo, masuk bui dengan dakwaan yang sama yaitu mengambil uang rakyat, mereka korupsi, deretan panjang kasus korupsi akan terus mengular, mulai dari anggota legislatif baik di pusat maupu di daerah.
Revolusi mental hanya menjadi macan kertas yang hanya bergaung di wacana, diperlukan keseriusan, agar budaya korupsi akan mengempis di negeri ini, ada satu hal yang perlu diperhatikan agar revolusi mental bisa berjalan, bukan mewacanakan revolusi mental di sebuah seminar hotel berbintang, yang diperlukan agar terbangun kesadaran kolektif, bahwa di sini keluarga adalah benteng pertama untuk menjadi paham apa itu konsep revolusi mental, dari keluargalah budi pekerti di mulai.
Keluarga adalah pilar bangsa, dan di situlah tumpuan besar bagi bangsa ini, setelah ada upaya keras dari BKKBN untuk upaya mengatur jarak kehamilan secara cermat, dan juga mengkampanyekan dua anak cukup, ini sebenarnya makna lain dari revolusi mental itu sendiri, bayangkan jika BKKBN tak serius menggarap tentang demografi, tentang keluarga berencana, akan terjadi ledakan penduduk yang sangat dahsyat di negeri ini.
Kembali ke konsep keluargam di komunitas terkecil dari sebuah lingkungan, revolusi mental bisa dilahirkan, asalkan memang benar benar mempunyai konsep yang jelas, BKKBN telah ada di track yang benar untuk mengendalikan populasi agar bom waktu bernama ledakan penduduk tidak benar benar terjadi, dan sinergi itu akhirnya terkolaborasi, BKKBN adalah garda depan untuk hal penekanan laju kelahiran, bila dikawinkan dengan konsep revolusi mental, maka semua itu akan menjadi sinergi yang bisa membuat bangsa ini lebih maju dan dinamis, dan benar adanya revolusi mental itu harus konkret.
Untuk para pejuang yang tergabung di dalam BKKBN, teruslah menggelorakan sebuah semangat agar laju kelahiran tidak terlalu pesat, keluarga yang ideal adalah keluarga yang mempu memberikan rasa aman, sejahtera lahir dan batin, dan kita juga mesti mengapresiasi kepada pemerintah Tangerang Selatan yang telah sukses menjadi tuan rumah dalam event nasional yaitu peringatan Hari Keluarga Nasional XXII, untuk kali ini Harganas BKKBn mengambil tema yang genial dan konteknya sangat kekinian yaitu HarganasMerupakan Momentum Upaya Membangun Karakter Bangsa Mewujudkan Indonesia Sejahtera.
Semoga sejahtera milik rakyat Indonesia, kejayaan suatu bangsa di mulai dengan jayanya sebuah keluarga, dengan revolusi mental yang telah begitu lekat didalam ingatan kita, harapan sejahtera bagi rakyat Indonesia bukanlah sebuah utopia, saatnya memang kita jarus bekerja keras, kerja..kerja....kerja, seperti apa yang diucapkan presiden Jokowi saat melantik para menteri kabinetnya. Tantangan besar sudah pasti ada di depan mata, semoga sebagai anak bangsa, kita selalu dikuatkan agar apa yang di impi impikan sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945, yaitu mimpi sejahtera akan segera terwujud dalam waktu yang tidak terlalu lama, amin.