Tak terbayangkan dulu saat Konferensi Asia Afrika di gelar pada tahun 1955, saat itu republik ini pun teramat belia, namun hebatnya Indonesia mampu melaksanakan hajat internasionalnya dengan catatan gemilang, pasca KAA Bandung, banyak negara negara Asia dan Afrika merdeka, dan jejak diplomasi gemilang Indonesia akan terus dikenang hingga saat ini. Bahwa gema KAA Bandung yang juga dipelopori oleh negara seperti Ceylon(Sri Langka),Burma(Myanmar), serta India dan Pakistan dan tentu saja oleh negara tercinta Indonesia, pada akhirnya membuka pintu dan kesadaran bahwa kolonialisme memang tak harus ada di muka bumi.
Dengan segala perbedaannya, dari tahun 1955, kini Konferensi Asia Afrika di gelar kembali, mengenang perjalanan 60 tahun dari sebuah konferensi yang spektakuler yang pernah diadakan di Bandung, tahun ini 2015, saya pun menikmati konferensi Asia Afrika di era berbeda dimana komunikasi jauh lebih berkembang di banding 60 tahun lalu, inilah dimana era digital mengantarkan saya menikmati 60 tahun peringatan KAA.
Meski Bandung ataupun Jakarta bisa dijangkau dalam hitungan jam, mungkin saya hanya bisa iri saat kompasianer lainnya menikmati peringatan KAA dengan cara langsung, berada di tempat kejadian, memberitakan dengan kegembiraan disertai sebuah bukti poto, entah poto yang berhubungan dengan kegiatan peringatan, atau pun poto poto selfie yang membuat liputannya seperti penuh warna.
Dengan segala apa adanya, saya menikmati hal dan peristiwa yang berkaitan dengan peringatan 60 tahun KAA hanya lewat televisi, melihat dari kotak kaca saat presiden republik Indonesia yaitu Bapak Insinyur Joko Widodo membuka acara, dan bagaimana stasiun stasiun tivi di tanah air pun turut hiruk pikuk mewartakan tentang peringatan KAA di slot acara entah itu live report, breaking news ataupun sisi lain peringatan KAA, tentang souvenir batu akik yang diberikan wali kota Bandung kepada perwakilan delegasi undangan.
Meski tak berada di tkp tak mesti harus bersedih, mungkin inilah yang bisa saya lakukan, bila di tahun 1955, warga Bandung bisa bertatapan dengan Perdana Menteri Republik Rakyat China saat itu Chou En Lai, ataupun bisa bersua dengan Jawaharlal Nehru dari India, menatap wakil Pakistan yang karismatik Mohammed Ali Bugra, bisa bersalaman dengan Sir Jhon Kotelawa yang mewakili negara Ceylon yang sekarang bernama Sri Langka, ataupun bisa bertemu muka dengan U Nu seorang diplomat ulung yang lahir di Burma atau Myanmar, dan membayangkan betapa riweuh nya perdana menteri Ali Sastroamidjojo sebagai tuan rumah acara.
Kerepotan juga yang dirasakan oleh walikota Bandung Ridwan Kamil, untuk memepersiapkan perhelatan akbar ini, sangat mungkin begitu repot untuk mempercantik kota Bandnung, lagi lagi saya beruntung, karena bisa menyaksikan itu di televisi, kalaupun tertinggal acara tivi, maka cukup klik saja youtube maka segala informasi akan peristiwa peringatan konferensi segera tersaji.
Pesona Bandung memang luar biasa, sebuah keputusan yang tepat jika Bung Karno saat itu memilih Bandung menjadi tuan rumah untuk perhelatan akbar pasca perang dunia kedua, selain memang Bandung relatif lebih dekat dengan ibukota, Bandung adalah sebuah kota yang cantik dengan hawanya yang sejuk, dan saat ini pun kita bisa menyaksikan, Bandung mampu menjadi tuan rumah yang baik bagi para delegasi negara negara sahabat yang ingin mengenang KAA, sukses untuk warga Bandung, dan juga walikotanya yang begitu serius untuk menata Bandung.
Konon dari perhelatan peringatan 60 tahun KAA, kota Bandung mampu meraup mendapatan mencapai 100 miliar, sebuah pendapatan yang lumayan fantastis untuk sebuah kota yang telah menyelenggarakan peringatan, dan bonus lainnya adalah KementerianPariwisata memberikan hadiah untuk kota kembang ini, Bandung akan dijadikan cluster prioritas pengembangan parawisata perkotaan di Indonesia. Dan semoga pencapaian kota Bandung menjadi tuan rumah peringatan 60 tahun KAA semakin membuat kota ini masyhur ke antero jagad raya, dan pariwisatanya bagian dari Indonesia Travel, wisatawan pun berbondong bondong ke kota yang dijuluki Paris Van Java ini.
Meski hanya menikmati riuh rendahnya peringatan KAA dari bumi Swatantra Wibawa Mukti, ya hanya menikmati event akbar ini di kabupaten tercinta, kabupaten Bekasi namun tak lantas saya harus bersedih dan juga meratapi nasib, masih banyak jalan untuk bisa up date dari info info terbaru yang selalu berseliweran, entah dari berita koran, televisi maupun media yang siap ber on line ria mengabarkan hangatnya berita peringatan konferensi.
Maka meski tidak hadir di acara peringatan secara phisik, hidup di era digital seperti ini masih merasakan getar getar kabar dari Jakarta maupun Bandung, apalagi para kompasianer yang tinggal di ibukota maupun kota kembang Bandung menyajikan reportasenya di kanal ini dengan tema yang begitu beragam dan juga sisi lain dari liputan jurnalisme warga biasa.
Betapa kini memang tekhnologi sangat membantu untuk bisa terhubung dan terkoneksi meski jarak dan waktu terbentang, beruntung pisan enam puluh tahun setelah KAA diselenggarakan dan kin era digital hadir sehingga memudahkan siapa pun bisa mengakses berita seputar peringatan KAA, sangat banyak orang seperti saya yang tak berada di Bandung maupun Jakarta, namun adegan demi adegan begitu terasa nyata karena bantuan teknologi.
Mungkin dulu para kuli tinta yang meliput konferensi perlu membekali diri dengan alat tulis yang cukup merepotkan, mesin tik sangat mungkin menjadi benda yang sering dibawa oleh para pewarta baik itu dari dalam negeri maupun wartawan manca negara, kini para jurnalis cukup membekali diri dengan ‘alat perang’ yang jauh lebih ringan bobotnya, dengan laptop maupun tablet serta telepon pintar, semua peristiwa akan lebih cepat tersaji dan selalu real time. Kita dapat tahu lebih cepat apa yang terjadi di detik detik istimewa saata peringatan KAA, inilah berkah teknologi sehingga akhirnya yang tak bisa hadir di kota Bandung dan Jakarta sebagai tempat sentral acara peringatan bisa mengaksesnya dengan mudah dan segera.
Karena teknologi pula saya bisa menikmati pidatonya si Bung Besar Revolusi saat berada di podium Konferensi Asia Afrika tahun 1955, sebuah pidato yang membuat orang orang akan selalu mengenang Indonesia dengan tokoh besarnya bernama Insinyur Haji Soekarno yang juga dikenal sebagai singa podium yang tak ada duanya, sebuah pidato berjudul Let A New Asia And New Africa Be Born.
Dan 60 tahun kemudian seorang presiden ke 7 Republik Indonesia pun berada di podium dan memaparkan tentang sebuah kegelisahan terhadap Perserikatan Bangsa Bangsa yang mungkin terkadang sumir terhadap perdamaian dunia, tentang isue Palestina dan juga dominasi IMF. Mereka adalah pemimpin Indonesia di era berbeda dan berkat teknologi, pidato pidato beliau ini bisa dinikmati kapan pun dimanapun, namun dengan sarat yaitu punya akses internet dan tentu saja ada paket data dari provider seluler.
Keriaan peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika memang telah usai, mungkin kurang lebih seminggu setelah acara, saya ke Jakarta di tanggal 1 Mei untuk merayakan hari Buruh Internasional, jalan jalan protokol ibukota masih terlihat berbagai baliho dan juga banner yang masih terpasang tentang peringatan 60 tahun KAA, atmosfirnya masih terasa, semoga para delegasi mancanegara yang telah hadir dalam acara, akan terkesan dengan sambutan tuan rumah, semoga mereka akan mengenang Indonesia sebagai tuan rumah yang hangat dan juga ramah.
Kisah keriaan acara mengenang peringatan KAA yang saya alami mungkin tidaklah sespektakuler teman teman yang hadir langsung saat acara berlangsung, namun saya tetap bersyukur bahwa memang era digital telah mendekatkan apapun yang jauh, semua akses untuk tetap terbawa ke suasana peringatan lebih mudah karena zaman ini eranya teknologi digital, meski bertempat di Bekasi yang sering dibully di media sosial, namun tak mengurangi antusiasme untuk terus memantau acara.
Terima kasih untuk para kompasianer yang telah melaporkan pandangan mata saat acara baik di Bandung dan Jakarta, terima kasih juga untuk media cetak dan elektronik yang up date memberikan laporannya, dan juga para netizen yang memasukan videonya ke youtube tentang pernak pernik peringatan KAA, memang teknologi bermanfaat untuk kita gunakan, salam keriaan untuk suksesnya acara peringatan Konferensi Asia Afrika, meski tak di tempat acara namun bisa menikmati peringatan KAA dengan adanya teknologi.
Menikmati sisa keriaan peringatan 60 Tahun KAA di Jakarta(dokpri)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H