Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Caleg yang Kalah Kalap,Wajah Sedih Demokrasi Kita

13 April 2014   04:21 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:44 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru saja terhitung hari pemilu usai,dominasi pemberitaan quick count sudah mulai surut,namun kini berita baru muncul adalah tentang kalapnya beberapa caleg yang gagal menduduki kursi parlemen,memang kejadian ini sudah terprediksi,demokrasi kita masih menganut sistem uang berkuasa,tak pelak lagi untuk menggapai cita cita menjadi anggota parlemen segala upaya akan dilakukan,termasuk memberikan materi dalam berbagai bentuk agar memuluskan jalan ke jabatan impian.

Namun apa lacur,mimpi itu tak kesampaian,padahal mereka kadung mengeluarkan uang,gaspol untuk meminang suara rakyat,kucuran duit ke dapil dapil dimana mereka di pilih,aneka barang di bagikan oleh sang caleg,ada berbentuk paving block untuk masjid,sajadah,kompor gas dan benda benda lainnya yang dikiranya mampu menarik simpati.Namun pada akhirnya suara mereka di pemilu tanggal 9 April lalu malah mutung,gagal total.

Caleg gagal ini pun meradang,maka aneka benda yang telah mereka berikan di minta kembali,seperti kasus yang diberitakan di sini.
Mereka tak segan segan,jauh dari kata malu,meminta agar apa yang telah diberikannya harus dikembalikan,mereka meraung penuh rasa kalap,setelah mengetahui suara suara yang diharapkannya utuk didulang malah jeblok.Caleg sterss ini ada dimana man,jumlah mereka pun tidak sedikit.

Pantas saja sejumlah rumah sakit menambah kamarnya untuk menampung caleg error ini gara gara kalah saat di pileg.Inilah wajah sedih yang meronai demokrasi di negeri ini,sepertinya demokrasi di nusantara berwajah gelap tanpa cahaya,apa boleh buat inilah fase yang kita alami bersama.Duit terhambur suara lepas dan jabatan prestisus sebagai anggota dewan pun musnah.

Mungkin ada yang salah di demokrasi kita,politik uang sejatinya menghancurkan baik yang kalah maupun yang menang,yang kalah pileg sudah pasti harus mengembalkan ongkos politiknya,dan yang menang pun nantinya pun harus berjibaku untuk mengembalikan uang yang pernah ia keluarkan,dikhawatirkan saat ia memangku jabatan,maka besar kemungkinan ia akan mempergunakan jabatannya agar bisa menutup ongkos politik yang pernah dikeluarkan.

Inilah mimpi buruk bagi demokrasi Indonesia,jelas sudah politik uang harus ditendang jauh dari alam demokrasi Indonesia,apakah ini sebuah kutukan,tak ada yang bisa menjawabnya secara benar,dan tampaknya untuk tahun tahun kedepan,politik uang seolah akan semakin akrab dengan kultur dan budaya demokrasi maupun politik di negeri ini,namun semoga saya salah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun