Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menangkap Bedebah di Dunia Pendidikan Indonesia

27 April 2014   05:59 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:09 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah akan jatuh korban keberapa lagi di tahun tahun mendatang bagi pelajar atau mahasiswa di negeri ini,saya yakin kasus meninggalnya Dimas Dikita Handoko(19)mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran bukan korban terakhir dalam pola kekerasan di sekolah,selama sistemnya memang itu itu saja,ke depannya pasti akan terdenngar pula mahasiswa atau pelajar baru yang akan tewas secara mengenaskan di dunia pendidikan.

Dan kekerasan ternyata begitu akrab di dunia pendidikan kita,pendidikan di ikuti kata kebudayaan yang menjadi sebuah kementerian yang memayungi dunia pendidikan di negeri ini,ternyata hanya bagus di tataran Undang Undang namun perilakunya tak ubah menjadi sebuah unjuk kekuatan dari si kuat terhadap si lemah.

Tahun demi tahun berganti,namun berita kekerasan di dunia pendidikan kita tak juga usai,kita tentu masih mengingat tewasnya taruna bernama Clift Muntu di STPDN beberapa tahun lalu,dan banyak kasus tewasnya peserta didik yang rata rata tewas oleh kakak kelasnya hanya untuk menunjukan superioritas belaka,seolah nyawa seseorang adalah dialah yang menentukan,dan herannya pihak sekolah pun menutup mata dengan apa yang  telah dilakukan mahasiswa senior kepada juniornya.

Dan kita pun dengan geram mengutuk semua bentuk kekerasan ini,namun pada akhirnya korban pun berjatuhan,tak pernah kah belajar dari kesalahan masa lalu agar berbuat lebih baik,dunia pendidikan Indonesia kini  harus menghadapi kenyataan pahit,belum usai kasus pedofilia di JIS yang menggegerkan itu,kini berita duka pun menyapa dengan tewasnya taruna asal Medan di STIP.Buka di sini

Ada satu hal yang patut kita renungkan,mungkin pejabat di kementerian pendidikan harus secepatnya mengevaluasi sistem yang lebih aman agar celah kekerasan tak selalu timbul di lingkungan sekolah,atau buat efek jera kepada siapapun yang melakukan kekerasan terhadap siapapun,dan harus pula memiliki regulasi yang jelas tentang keselamatan murid,siswa ataupun mahasiswa,sudah saatnya dunia pendidikan Indonesia memiliki naluri kesantunan sebagai pola pendidikan,bukan mengedepankan emosi dan juga budaya kekerasan.

Dan tindak tegas para bedebah yang mengotori atmosfir pendidikan nasional,sekolah bukanlah ajang pembantaian nyawa,seluruh peserta didik adalah asset untuk bangsa ini,maka segala upaya harus melindungi asset tersebut.Sudah bosan rasanya mendengar jatuhnya nyawa hanya karena hal hal yang tidak mendasar..Sumber

Mungkinkah dengan seringnya tindak kekerasan yang menimbulkan korban ini,penangganannya kurang serius?Sehingga efek jera tidak efektif?Semoga itu tidak terjadi,namun bila melihat kasus kasus yang merebak tentunya kita juga bertanya,kenapa ini bisa terjadi berulang ulang,seolah kekerasan di sekolah menjadi hal yang teramat biasa.
Mungkin tidak ya pelaksanaan sekolah dalam bentuk kedinasan perlu ditinjau kembali,soalnya yang paling banyak kasus kekerasan terjadi di sekolah sekolah seperti ini.Klik di sini

Dalam kesedihan di malam ini atas meninggalnya taruna STIP,saya hanya bisa berharap,ada tangan tangan kuat di dunia pendidikan Indonesia yang mampu menyelamatkan sistem pendidikan di negeri ini,mampu memberikan solusi agar tak tumbuh dan berkembang budaya kekerasan di sekolah sekolah,kampus kampus yang membuat geram semua lapisan masyarakat,sudah saatnya kita menendang jauh sistem kekerasan yang terasa mencekam di dunia pendidikan,sudah saatnya para orang tua menyadari untuk tidak menitipkan anak anak mereka ke lembaga yang membuat buah hati mereka melayang begitu saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun