[caption id="attachment_361139" align="aligncenter" width="300" caption="Poster Film Pendekar Tongkat Emas"][/caption]
Undangan dari Komik Comunity yaitu Kompasianers Only Movie entus(i)ast Klub, langsung disambar dan tak sia sia, akhirnya saya bagian dari 15 Kompasianer yang berhak menonton film Pendekar Tongkat Emas di Setabudi XXI, dan akhirnya nonton juga film silat lokal di tengah gempuran film film lokal yang bergenre setan setan seronok yang membuat mules dan males nonton bioskop.
Setelah menunggu Mbak Wawa alias Mbak Wardah Fajri yang telat ke tkp, voucher nonton pun dibagikan juga setelah mbak mbak yang cantik diyakinkan oleh Mas Agung Han, Mas Rahab Ganendra, Mbak Nisa dan juga saya bahwa kami adalah Kompasianer yang memang memiliki kuota untuk nonton Film PTE, memasuki bioskop cinema 1, wuih akhirnya nonton juga film besutan Miles Production yang bekerja sama dengan Kelompok Kompas Grup, sebelum di putar filmnya ada kejutan lain dengan hadirnya Mira Lesmana, Nicholas Saputra, Reza Rahardian dan sutradara Ifa Isfansyah, namun karena bioskop umumnya gelap, maka photo photo artis yang keren itu, hasilnya kurang terang.
Film dibuka dengan siluet hitam putih, bayangan seorang perempuan dan diiringi narasi dengan suara berat, dari detik pertama film diputar, masih tergumpal penasaran, inikah film silat lokal? Dan cerita pun mengalir tentang padepokan Tongkat Emas yang memiliki empat murid utama, dan keempat murid itu adalah Reza Rahardian yang menokohkan peran antogonis bernama Biru, murid terkuat dari padepokan Tongkat Emas, lalu ada Tara Basro yang memerankan Gerhana, Eva Celia sebagai Dara dan murid terkecil padepokan berkepala botak plontos yang diperankan apik oleh debutan bernama Aria Kusumah.
Suasana padepokan, pertarungan khas silat, pembalasan dendam, dan juga penumpasan kejahatan, tetaplah sama sebagai patron film silat, di era 80 hingga 90 an, tema ini memang selalu menjadi kekuatan film silat, Pendekar Tongkat Emas pun sepertinya enggan melepas patron dasar ini, terbukti saat Biru dan Gerhana berkolaborasi menghabisi Cempaka yang menyerahkan Tongkat Emasnya kepada Dara, api dendam tersirat jelas di mata Biru karena ia tahu orang tuanya adalah korban Cempaka sang guru.
Cerita mengalir dengan lumpuhkannya Dara dan Angin hingga mereka terjerembab ke sebuah jurang dan akhirnya di tolong seorang pendekar lainnya, alur ceritanya memang masih mirip mirip cerita silat jaman dulu, setengah film diputar, saya sudah perkirakan endingnya apa dan tidak meleset, yang baik pasti memenangkan pertarungan.
Film Pendekar Tongkat Emas memiliki alur pada umumnya film silat, namun yang lebih istimewa adalah setting film yang konon katanya di daerah Sumba Timur menyajikan panorama menakjubkan, salah satu pesona yang di miliki bangsa Indonesia, padang rumput yang luas, dengan lanskap bebukitan dan pegunungan, awan putih diantara langit biru, aliran sungai serta kuda kuda yang berlarian adalah daya pikat lain film ini. Terus yang patut diapresiasi adalah para pelaku filmnya yang bermain total.
Tak pernah menyangka Eva Celia, seorang gadis remaja anak dari musisi kenamaan Indra Lesmana mampu di sulap menjadi pesilat tangguh, butuh latihan keras untuk hal itu, begitu juga Nicholas Saputra yang melambung dengan AADC, mampu meyakinkan penonton bahwa perannya sebagai pendekar bernama Elang, mumpuni memainkan jurus jurus tongkat mautnya.
Serta Reza Rahardian dengan karakter Birunya yang nampak kejam serta ambisius, berpadu dengan Tara Basro yang memerankan dengan dingin karakter Gerhana, yang mencuri perhatian adalah si botak Angin, seorang pendekar cilik yang tak bisa berbicara, namun di ujung bagian perannya, bocah ini bersuara juga untuk melawan keangkaraan dua kakak seperguruannya, dialah Aria Kusumah yang bermain ciamik.
Ending cerita di film ini juga ditutup dengan pertarungan antara pasangan Biru dan Gerhana melawan Dara dan Elang, walau berbekal tongkat emas hasil rebutan secara paksa, namun Biru tak mempunyai jurus pamungkas yaitu tongkat melingkar bumi, hingga akhirnya murid terkuat Cempak bernama Biru akhirnya roboh menyusul kalahnya Gerhana. Di akhir cerita pertarungan antara ketiga murid padepokan tongkat emas plus Elang divisualkan secara manis, pertarungan Elang dan Biru atau Dara dan Gerhana seolah hidup, adegan slow motion juga di sisipkan untuk mempercantik film ini dan hasilnya kita ketahui bersama, pendekar Tongkat Emas memang layak untuk pecandu film silat nasional.
Dan saat layar bioskop di tutup, ada secercah asa, semoga film silat tanah air mampu bangkit kembali, film Pendekar tongkat Emas memang sangat layak di tonton keluarga Indonesia, dan akhirnya saya pun keluar bioskop dengan hati puas, apalagi di pintu keluar dihadiahi sebotol Nestle dan poster film, setelah itu photo photo denganlatar bannner film Pendekar Tongkat Emas, terima kasih Miles production, terima kasih Kompas Group, semoga film Indonesia menjadi juragan di layar layar bioskop seluruh Indonesia. Maju terus perfilman Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H