Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Review Film 2014, Siapa Diatas Presiden?, Fiksi Pilpres yang Mencekam

27 Februari 2015   08:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:26 1068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_399875" align="aligncenter" width="534" caption="Kompasiana"][/caption]

Nobar Kompasiana pada tanggal 26 Februari 2014 di FX Lifestyle kawasan Senayan, akhirnya mempertemukan saya kembali dengan para Kompasianer Movie Freak, nonton film Indonesia yang seharusnya memang jadi tuan rumah di negeri sendiri, tiba di lantai 7 dimana film berjudul Siapa Diatas presiden? 2014 akan diputar, suasana masih sepi padahal sudah hampir jam 6 sore, padahal di email diberitakan bahwa harus hadir tiga puluh menit sebelum film diputar, beruntung ketemu Pak Thamrin Dahlan dan PakMasykur.

Sebelum film di putar, sempetin dulu Maghrib, balik lagi ke studio eh teman teman  kompasianer sudah masuk studio tiga, admin mengarahkan untuk minta tiket dulu dan masuk juga ke studio, film belum di putar, suasana bioskop terlihat lenggang, akhirnya film pun diputar, gambar mulai dengan hiruk pikuk suasana kampanye pilpres, lalu  kemudian suasana sekolah dengan ruang kelas yang ada guru bule sedang mengajar.

10 menit pertama, penonton mulai dilanda teka teki dengan terbunuhnya seseorang di apartemen, dan apaesnya orang yang pertama di TKP adalah si capres bernama Bagas Notolegowo yang diperankan dengan sangat berkarakter oleh aktor senior Ray Sahetapy, dan mulailah konflik yang menjadi inti cerita film ini.

[caption id="attachment_370714" align="aligncenter" width="300" caption="Poster Film Siapa Diatas Presiden?2014"]

14249732841835167262
14249732841835167262
[/caption]

Film ini mengambil latar dari pilpres 2014 di negeri Nusantara, duel dan intrik pencapresan menjadi alur film ini, bagaimana penonton seolah digiring ke atmosfir pilpres yang baru lalu, namun di film ini pilpres ditampilkan lebih mencekam, dramatis serta berdarah darah, jika di pilpres yang kita lalui bersama tahun lalu, paling banter adalah saling ejek di media sosial, namun di fim ini ada tangan tangan yang bermain agar salah satu capres terjebak dalam polemik pembunuhan.

Maka si anak capres yang diperankan oleh Rizky Nazar sebagai Ricky,menguak tabir kenapa ayahnya yang sebagai capres harus menjadi korban konspirasi tingkat dewa, dengan meminta bantuan seorang pengacara bersih yang dilakonkan oleh Donny Damara sebagai Khrisna Dorojatun, mereka sedikit demi sedikit mulai membongkar kasus njelimet ini, dengan dibantu seorang polwan bernama Asri yang diperankan dengan cukup baik oleh Atiqah Hasiholan, akhirnya mereka pun mampu membuka teka tek.

Seperti di dunia sebenarnya saat pilpres, Ricky mulai memberitakan kasus Bapaknya di media sosial, jadi inget nih saat medsos begitu garang saat pilpres, pertempuran dunia maya seolah benar benar menjadi sebuah'kewajiban' bagi pendukung capres Jokowi dan Prabowo, dengan cerdas Hanung memasukan unsur ini, maka melejitlah tanda pagar dari putra si capres yang akhirnya membuat media televisi mempertemukan antar capres di sebuah televisi.

Dan ini menjadi sebuah klimak, saat acara berlangsung, Satria yang diperankan oleh Rio Dewanto dengan dingin menembaki peserta debat ini, walau terasa naif, karena bagimana pun jika debat berlangsung tentunya keamanan diperketat dengan berbagai wilayah ring, namun si antagonis ini dengan mudah menerobos penjagaan dan leluasa menembak, hehe ya namanya juga film sih.

Film ini cukup berani memainkan peran yang tak biasa, tentang konflik terjadi seputaran pilpres, digambarkan presiden yang sedang berkuasa yang diperankan oleh Dedy Sutomo, bersikap netral terhadap capres, dan mungkin penonton mengira bahwa Faisal Abdul Hamid adalah politisi tengik yang ingin berkuasa secara kotor, namun diceritakan bahwa capres ini cinta juga kepada negaranya, memang ada tangan lain yang ingin mengendalikan negara namun capres Faisal akhirnya bersikap sebagai negarawan.

Dan konsekwensinya ia pun 'dihabisi' oleh Godfather ini, sebuah film yang penuh filosofi, dan inilah film yang layak di tonton oleh pecinta film tanah air, apalagi peristiwanya begitu dekat, tahun lalu dimana eskalasi pertarungan pilpres begitu menarik, film ini memang patut diapresiasi, walau memang di film ini pilpres seolah mencekam, dan di akhir cerita akhirnya Bagas Notolegowo dibebaskan dari segala tuduhan dan akhirnya jadi pilpres juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun