Mohon tunggu...
Her Wanto
Her Wanto Mohon Tunggu... Administrasi - Abstrak

Eska Unggul Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saatnya Nabung Air dengan Sumur Resapan

31 Oktober 2020   23:18 Diperbarui: 31 Oktober 2020   23:20 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Pembuatan sumur resapan di Desa Parereja

Sebaik-baiknya manusia adalah yang berfikir untuk kebermanfaatan umat. 

Musim kemarau telah berlalu, kini sudah datang musim penghujan, dimana pasti pasokan air akan sangat banyak dari hulu ke hilir. 

Bila saat musim kemarau kita kekurangan air, sumber air tanah menipis, bahkan disebagian wilayah sangat kekurangan. Desa Parereja kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes merupakan desa yang sebagian wilayahnya susah ditemukan sumber air. 

Maka bagaimana caranya agar kebutuhan akan air bisa terpenuhi di semua wilayah desa.

Studi banding

Berawal dari studi banding di daerah Cibinong Bogor di tahun 2018, Pemerintah Desa, lembaga desa (BPD dan LPM), Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), Kader Kesehatan dan PKK Desa Parereja. Dengan visi dan misi yang jelas dalam melakukan studi banding, dengan dua agenda yaitu belajar tentang pengolahan sampah dan belajar tentang sumur resapan.

Melihat geografis yang hampir sama tempat yang dikunjungi membuat Parereja yakin bisa melakukannya. Semua tim belajar dengan seksama dan antusiasme. 

Sumur Resapan dan Biopori

Istilah itu pertama didapat memang sangat membingungkan, Nabung air. Sang narasumber yang kebetulan beliau asli  Brebes tapi lama di Cibinong, mengatakan bahwa disamping kita harus melakukan penanaman pohon, ada juga cara yang baik untuk menabung air yaitu sumur resapan dan biopori.

Secara mekanisme hampir sama konsepnya antara sumur resapan dengan biopori, bedanya kalau sumur itu biasanya lebar dan dalam, tapi kalau biopori cuma menggunakan paralon. 

Cara pembuatan sumur resapan

Sumur resapan yang ideal itu kedalam antara 1 sampai dengan 2 meter, dengan catatan tidak boleh sampai melewati batas air tanah. Yang dipraktekkan di Desa Parereja yaitu menggunakan bis beton atau biasa disebut kluwung. Biasanya dibutuhkan sekitar 3 sampai dengan 4 bis/kluwung. Setelah sumur digali dan semua bis/kluwung terpasang baru akan dipasang bagaimana agar air meresap dengan baik.

Bagian paling bawah harus dikasih batu koral, diatasnya kasih serabut ijuk dan paljng atas kasih seplit. Tujuannya adalah untuk mengikat agar lumpur tidak kembali keatas. Ijuk juga bisa sebagai penyaring atau filter alami untuk sumur resapan. Jadi air yang masuk kedalam sumur akan bersih, walaupun tujuan utamanya adalah agar terjadi resapan-resapan air baru bisa juga dimanfaatkan warga untuk mandi dan lainnya.

Setelah semua terpasang dengan baik, baru akan dipasang tutup diatasnya. Posisi tutup harus lebih rendah dari sekelilingnya, denga. Tujuan agar air bisa leluasa masuk ke dalam sumur resapan. Lokasi yang dipilih juga merupakan daerah aliran air hujan atau bisa juga tempat yang agar rendah dari tempat sekelilingnya. 

Target yang diharapkan

Desa Parereja sudah membuat atau memasang sekitar 80 sampai dengan 100 sumur resapan. Memang menabung air tidak serta mudah, sua pasti ada kendala atau halangan. Tapi tetap optimis dan percaya bahwa Allah akan membantu setiap umatnya yang mau berusaha. Semoga tahun berikutnya sumber mata air baru akan tercipta dan Parereja selatan tidak akan kekurangan air lagi, dan dampak dari kurangnya air bersih dapat ditekan.

Dokpri. Virtual meeting pelatihan pembuatan sumur resapan.
Dokpri. Virtual meeting pelatihan pembuatan sumur resapan.

Pelatihan atau peningkatan kapasitas

Walaupun dulu pernah studi banding tapi juga butuh penyegaran dan merefresh kembali pikiran kita. Lewat program kemitraan wilayah (PKW) Kabupaten Brebes itu pun dilakukan seperti pelantihan pembuatan sumur denga narasumber dari akademik universitas negeri Semarang (Unnes).

Dengan mendatangkan seorang kyai host atau apapun agar mau belajar dan berkolaborasi bersama mengatasi kekeringan air di masa pandemi. Karena masih pandemi maka pelantihan pun dilakukan jarak jauh (daring). Maka peran seorang fasilitator sangatlah dibutuhkan. 

Semoga bermanfaat

Semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun