Genap 16 hari sejak diberlakukannya masa Social Distancing (16 Maret 2020), sudah stay at home karena semua pekerjaan mengumpulkan orang banyak di cancel sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Imbas dari sebuah pandemi Covid-19 yang berakibat global pada semua sendi kehidupan.Â
Ekonomi masyarakat sangat terpengaruh tak memandang siapapun, baik pengusaha maupun penjual keliling semua kena dampak. Cuma ada sedikit pembeda kalau para pengusaha mungkin akan sedikit tenang karena punya tabungan lah bagi penjual keliling yang minim penghasilan apa kabarnya? Mereka menjadi sangat menderita karena orang lebih memilih stay di rumah dan masak seadanya.
Bagi para karyawan tempat-tempat makan, cafe, hiburan yang harus tutup karena larangan tersebut dan mereka di rumahkan. Ekonomi mereka otomatis langsung terjun bebas, mau kerja apalagi karena keahlian pun terbatas.Â
Akhirnya banyak yang cekcok keluarga akibat ekonomi yang terpuruk. Pekerja harian lepas, kuli panggul di pasar, juga sangat merasakan akibat, di pasar semakin sedikit yang berjualan dan pembeli pun tidak seramai dulu. Masyarakat kecil kian menjerit di tengah pandemi Covid-19 apalagi harga barang di pasaran pun mulai merangkak naik.
Keadaan tersebut juga dirasakan oleh penulis yang pekerjaannya sebagai fasilitator , semua kegiatan mengumpulkan orang banyak dilarang. Akhirnya semula yang sudah terjadwal dibatalkan tanpa kejelasan kapan dimulai lagi. Tentu keadaan tersebut sangat berpengaruh terhadap isi dompet.Â
Pemerintah pusat mengeluarkan perintah agar penggunaan dana desa, APBD baik kabupaten/kota maupun provinsi agar menggunakan dana tersebut untuk penanganan Covid-19. Tapi yang masih terpikir hanya untuk kegiatan pencegahan Covid-19 belum menyentuh pada sendi ekonomi.Â
Himbauan agar menjaga kebersihan, makan-makanan bergizi dan selalu cuci tangan pakai sabun dan sering berjemur untuk tindakan preventif cegah Covid-19.Â
Kalau berjemur di terik matahari masyarakat ekonomi bawah sudah terbiasa, terik matahari adalah teman sejati. Untuk jaga kebersihan dan makan-makanan bergizi itu yang jadi hal besar harus diraih, di kehidupan sehari-hari saja susah untuk hal itu apalagi sekarang yang semua serba terbatas. Cuci tangan pakai sabun apalagi ini, untuk makan saja ngos ngosan mencarinya apalagi untuk beli sabun.
Pemerintah pusat jangan hanya instruksi tanpa melihat pelaksanaan dibawah, coba tengok ibu tua yang masih berjualan keliling, tengok tukang becak yang mangkal tak jalan-jalan karena tidak ada penumpang.
Atau, karyawan yang dirumahkan apakah mereka sudah dapat subsidi untuk berdiam diri di rumah? Tanyakan pada pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota serta desa apakah sudah memberikan subsidinya untuk mereka.Â
Mereka hanya pasrah ditengah-tengah pandemi Covid-19, tidak berangkat alias tidak makan. Bagaimana nasib para pekerja yang dirumahkan?
KBC-04
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H