Pertanyaannya, andai sosok yang menjabat Ketua Umum Demokrat adalah Andi Malarangeng sebagaimana yang dikehendaki oleh SBY melalui dukungan anaknya, Ibas, pada Kongres lalu, apakah akan terjadi peristiwa penangkapan KPK atas Wafid Muharam dan Rosa Mindo Manulang, di kantor Kemenegpora, yang kemudian menyeret sejumlah nama lain, seperti M. Nazarudin, Angelina Sondakh, dan Neneng Sri Wahyuni?
Jawabannya, sejumlah kasus korupsi, seperti Wisma Atlet, Hambalang dan PLTS mungkin tidak akan terbongkar seperti yang diketahui oleh publik saat ini. Bukankah, sebenarnya Nazarudin tak lain adalah sebagai bandar, dimana diduga ia menggelontorkan banyak uang juga ke semua kandidat Ketum Demokrat pada Kongres itu, termasuk ke kubu Andi dan Marzuki? Dalam konteks ini, terpilihnya Anas sebagai Ketum Demokrat agaknya perlu disyukuri, sehingga borok-borok partai dapat segera diketahui.
Terlepas, apakah pemicunya ada unsur kesengajaan untuk dibuka atau tidak, apakah ada motif politik atau tidak. Namun, satu hal yang pasti, publik telah menyaksikan sebuah kenyataan yang bertolak belakang dengan slogan iklan partai: Katakan Tidak Pada Korupsi! Hahahahahahahahahahaha.....
Tampaknya, kita akan menyaksikan kelanjutan "duel" panas (dingin) "SBY versus Anas". Kita akan masih menunggu, bagaimana SBY akan lebih berani mengambil langkah-langkah tegas terhadap Anas. Sementara itu, kita pun akan menunggu bagaimana Anas melawannya, sekaligus memainkan sejumlah kartu truf yang disodorkan buat SBY. Termasuk juga, kartu truf CENTURY GATE? Meneketehe........ Hahahahahahahahahahaha....
Mungkin kata Anas, "SBY, Wani Piro?!". Kita tepuk tangan lagi yuukk.... Prok.. Prokk... Prokkk... Hahahahahahahahahahahahahahahahaha....... ****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H